40
BAB IV ANALISIS MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK
TOBA DI KECAMATAN BALIGE
4.1 Proses Pemberian Nama Orang pada Masyarakat Batak Toba
Kebiasaan pada setiap suku yang ada di Indonesia memiliki corak tersendiri. Kebiasaan yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh kaum suku
dinamakan adat peri kehidupan masyarakat pada suku yang diikat oleh adanya suatu peraturan baik secara tertulis UU maupun konvensional yang diyakini dan
dilaksanakan oleh suku tersebut dalam kesehariannya dinamakan adat-istiadat setempat. Salah satu dari sekian banyak suku di Indonesia yang memandang adat-
istiadat merupakan suatu yang penting adalah Batak Toba. Adat-istiadat yang terdapat dalam masyarakat Batak Toba sangatlah kompleks karena mencakup
seluruh aspek kehidupan mulai dari proses kelahiran, pemberian nama, perkawinan, hingga kematian.
Kemampuan untuk melaksanakan segala adat-istiadat bagi suku Batak Toba merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Masyarakat Batak Toba akan merasa
dirinya sebagai orang Batak Toba yang baik jika ia mampu melaksanakan adat istiadat yang berlaku atau sekurang-kurangnya dapat mengetahui adat-istiadat
yang berlaku dalam sukunya tersebut. Pada dasarnya setiap manusia ingin mulia dan dianggap baik oleh orang lain. Cara yang ditempuh setiap orang untuk
menjadikan dirinya mulia dan dianggap baik oleh orang lain tidaklah sama. Dalam
Universitas Sumatera Utara
41 masyarakat Batak Toba, adat-istiadat dilaksanakan dengan tata cara yang
menyangkut jati diri marwah. Salah satu adat-istiadat suku Batak Toba yang menyangkut jati diri tersebut adalah adalah nama. Nama merupakan elemen yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat Batak. Pada umumnya Batak Toba memiliki tatacara proses pemberian nama pada seorang anak. Misalnya suku
Karo memberi nama dengan spesifik. Mereka memberi nama kepada anak- anaknya sesuai dengan kondisi atau keadaan saat anak lahir. Hal lahiriah benda-
benda yang terdapat di sekitar mereka ikut menjadi pertimbangan untuk memberi nama kepada anak tersebut. Dengan demikian dalam suku Karo sering ditemukan
nama “Siang, Tomat, Bengkel, dan Malam”. Semua itu mengandung makna yang luhur untuk menghargai dan mencintai manusia yang baru lahir sebagaimana
dekatnya dengan benda dan keadaan tersebut dengan hidup manusia. Benda dan dan keadaan itu menjadi bagian dari hidup dan anak yang memiliki nama itu pun
akan menjadi bagian dari kehidupan keluarga. Demikian juga dengan Batak Toba. Batak Toba memiliki tatacara dan ciri
khas dalam hal memberikan nama kepada seorang anak. “Ise goarmu?” ‘siapa namamu?’, pertanyaan ini muncul dalam bahasa Batak Toba. Itu menandakan
agar nama yang ditanya tersebut diketahui.
4.1.1 Proses Upacara Menyambut Kelahiran sampai Proses Pemberian Nama Anak pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Balige
Nilai budaya Batak Toba menjadi sumber perilaku sehari-hari dalam kehidupannya yang terikat pada sistem kekerabatan Batak Toba itu sendiri dan hal
ini sudah tertuang dalam Dalihan Natolu seperti yang telah dipaparkan
Universitas Sumatera Utara
42 sebelumnya. Kekerabatan tersebut sangat erat dengan kelahiran karena kelahiran
itu menumbuhkan kekerabatan baik secara vertikal maupun horizontal. Selain itu, kelahiran juga sangat menentukan kedudukan seseorang pada sistem
kemasyarakatan Batak Toba. Dalam perilaku sehari-hari pada masyarakat Batak Toba sangat erat kaitannya dengan kelahiran seseorang. Seorang anak sulung
yang lahir dipandang keluarga memiliki hikmat kebijaksanaan karena kelahirannya pertama. Dengan demikian kelahiran anak pertama selalu disambut
dengan bahagia melalui proses upacara adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat Batak Toba.
Dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Balige dikenal beberapa upacara adat secara bertahap untuk menyambut seorang bayi yang akan lahir
sampai pada tahap kelahiran hingga memberikan sebuah nama. Adapun tahapan upacara tersebut adalah:
a. Manghare Mangganje