Metode dan Teknik Analisis Data

36 d. Berstatus sosial menengah ke atas. e. Dapat berbahasa Indonesia. f. Sehat jasmani dan rohani. g. Berpendidikan minimal tamat SD atau sederajat. h. Pekerjaannya bertani atau buruh. i. Menguasai dialek atau bahasa yang diteliti dan mampu mempergunakannya dengan baik.

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dalam pengkajian data dalam penelitian “Makna Nama Orang pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Balige” ini adalah metode padan. Disebut metode padan karena metode ini menggunakan alat penentu referen bahasa, organ wicara, bahasa, dan mitra wicara Sudaryanto,1993:13. Alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini dapat dilakukan dengan metode pilah. Makna nama orang pada masyarakat Batak Toba akan diketahui berkat daya pilah yang digunakan oleh peneliti. Sub jenis metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode referensial dengan alat penentunya bahasa dan metode pragmatis dengan alat penentunya adalah mitra wicara. Bila tercapai suatu penentuan bahwa suatu nama mengandung makna tambahan dari unsur subjektif pemakainya, nama itu termasuk sub jenis referensial atau dilihat dari hubungannya dengan dunia luar. Sesuai dengan teori antropolinguistik yang menyatakan kedudukan dan fungsi bahasa dalam konteks sosial dan budaya secara lebih luas memiliki peran Universitas Sumatera Utara 37 dan struktur sosial masyarakat, maka Batak Toba juga memiliki adanya upaya tersebut. Salah satunya adalah proses upacara menyambut kelahiran hingga pemberian nama anak pada masyarakat Batak Toba. Adapun proses upacara tersebut adalah: a. Manghare Mangganje memberi makanan yang khusus b . Pabosurhon memberi makan hingga kenyang c. Mangharoan kelahiran d. Martutuaek pergi ke air e. Mangebang berjalan-jalan f. Mampe Goar memberi nama Selanjutnya berdasarkan jenis nama orang pada masyarakat Batak Toba, didapatkan data seorang anak laki-laki yang baru lahir dalam sebuah keluarga langsung diberi nama “si Unsok”, kemudian setelah beberapa hari keluarga tersebut mengadakan acara adat pemberian nama kepada anak laki-laki tersebut. Berdasarkan acara adat yang telah dilaksanakan, maka anak laki-laki tersebut diberi nama “Togar” dan diikuti dengan pemberian marga secara patrilineal garis keturunan ayah yaitu bermarga “Simbolon”. Dengan demikian nama lengkap anak tersebut adalah “Togar Simbolon”. Kemudian anak tersebut menikah dan mempunyai anak, maka dia dan istrinya diberi nama baru yang diambil dari nama anak sulungnya dengan ditambah kata yang dapat menunjuk pada kata yang bermakna “ayah”, dan “ibu”. Misalnya, anak sulungnya bernama “Horas”, maka dia akan diberi nama “Ama ni Horas” ‘Bapak si Horas’ dan istrinya diberi nama “Nai Horas” ‘Ibu si Horas’. Nama tersebut akan berubah Universitas Sumatera Utara 38 juga apabila si anak tersebut telah memiliki cucu. Hal demikian disebut jenis nama “panggoaran”. Tetapi pada pelaksanaannya nama yang telah diberi kepada seorang anak dapat diganti atau diubah dengan alasan tertentu, misalnya jika anak tersebut sering sakit, karena ada mitos pada masyarakat Batak Toba bahwa nama itu tidak cocok disandang si anak. Maka, untuk mengatasinya dapat dilakukan acara untuk mengganti nama anak tersebut. Demikian juga dengan makna nama orang pada masyarakat Batak Toba memiliki ciri khas sebagai penanda kebudayaan tersebut. Berikut adalah contoh data nama dalam bahasa Batak Toba. Misalnya, 1 “Horas” ‘Selamat’,2 “Togar” ‘Tegar’, 3 “Lasma” ‘Bahagia’, 4 “Lambok” ‘Lembut’. Dari data tersebut dapat dilakukan analisis makna berdasarkan mkana-makna nama berdasarkan Robert Sibarani. Dari teori makna, data tersebut dapat dianalisis berdasarkan jenis makna. 1 “Horas” yang berarti ‘Selamat’ bermakna agar anak tersebut senantiasa selamat, 2 “Tegar” yang berarti ‘Tegar’ bermakna agar anak tersebut selalu tegar, 3 “Lasma” yang berarti ‘Bahagia’ bermakna anak tersebut menjadi pembawa kebahagiaan, 4 “Lambok” yang berarti ‘Lembut’ bermakna agar anak tersebut menjadi anak yang lembut. Dari analisis tersebut dapat simpulkan bahwa semua data tersebut dikelompokkan ke dalam makna nama jenis pengharapan. Selanjutnya, berdasarkan kategorisasi nama dikenal makna pragmatis yang terdiri dari konotasi formal nama lengkap, konotasi non formal nama kecil konotasi kelaki-lakian, dan konotasi kewanitaan. Universitas Sumatera Utara 39 Dalam hal ini dilakukan pemilahan nama untuk membedakan keempat konotasi tersebut. Misalnya, 1 “Hamonangan” ‘ Kemenangan’, 2 “Hatorangan” ‘Terang’, 3 “Lasmaria” ‘Kesenangan’ 4 “Romauli” . Dari contoh nama-nama di atas, konotasi formalnya akan sangat kental apabila ditambahkan dengan nama keluarga yang sering disebut dengan ‘marga’ menjadi “Hamonangan Pardede, Hatorangan Siahaan, Lasmaria Simagunsong, dan Romauli Tambunan”. Namun, pada konteks non formal atau dalam kehidupan sehari-hari nama lengkap tersebut jarang digunakan. Dengan demikian, digunakanlah nama kecil yang mengacu kepada konotasi non formal menjadi“Monang, Torang, Lasma, dan Roma”. Sedangkan untuk membedakan konotasi kelaki-lakian dengan konotasi kewanitaan dapat dilihat dari nama orang tersebut. Nama “Hamonangan dan Hatorangan” sangat kental dengan konotasi laki-lakinya, sedangkam nama “Lasmaria dan Romauli” sangat kental dengan konotasi kewanitaannya. Contoh lain, 1 “Torang” ‘Terang’, 2 “Tiar” ‘Terang’. Berdasarkan makna kedua nama di atas memiliki arti dan makna yang sama yaitu bermakna semoga menjadi terang bagi orang lain. Namun secara pragmatis kedua nama tersebut sangat berbeda. 1 “Torang” ‘Terang’ sangat kental dengan konotasi kelaki-lakiannya, sedangkan 2 “Tiar” ‘Terang’ sangat kental dengan konotasi kewanitaannya. Universitas Sumatera Utara 40

BAB IV ANALISIS MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK

TOBA DI KECAMATAN BALIGE

4.1 Proses Pemberian Nama Orang pada Masyarakat Batak Toba

Kebiasaan pada setiap suku yang ada di Indonesia memiliki corak tersendiri. Kebiasaan yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh kaum suku dinamakan adat peri kehidupan masyarakat pada suku yang diikat oleh adanya suatu peraturan baik secara tertulis UU maupun konvensional yang diyakini dan dilaksanakan oleh suku tersebut dalam kesehariannya dinamakan adat-istiadat setempat. Salah satu dari sekian banyak suku di Indonesia yang memandang adat- istiadat merupakan suatu yang penting adalah Batak Toba. Adat-istiadat yang terdapat dalam masyarakat Batak Toba sangatlah kompleks karena mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari proses kelahiran, pemberian nama, perkawinan, hingga kematian. Kemampuan untuk melaksanakan segala adat-istiadat bagi suku Batak Toba merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Masyarakat Batak Toba akan merasa dirinya sebagai orang Batak Toba yang baik jika ia mampu melaksanakan adat istiadat yang berlaku atau sekurang-kurangnya dapat mengetahui adat-istiadat yang berlaku dalam sukunya tersebut. Pada dasarnya setiap manusia ingin mulia dan dianggap baik oleh orang lain. Cara yang ditempuh setiap orang untuk menjadikan dirinya mulia dan dianggap baik oleh orang lain tidaklah sama. Dalam Universitas Sumatera Utara