konsumsi ikan. Namun demikian, perubahan harga tersebut bukanlah satu-satunya faktor penentu jumlah konsumsi, tetapi juga dipengaruhi oleh preferensi, selera
dan atribut sosial lainnya. Oleh karena itu perlu dikenali karakteristik sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi permintaan konsumsi ikan. Penelitian yang
dilakukan kali ini salah satunya bertujuan untuk mengenali pola konsumsi ikan masyarakat khususnya di Kota Depok.
Penelitian yang dilakukan terhadap 120 responden di Kota Depok menunjukkan bahwa hampir semua responden yakni 99.20 pernah
mengonsumsi ikan dalam tiga bulan terakhir. Hanya ada 1 responden atau 0.80 dari total sampel yang menyatakan tidak makan ikan karena alergi. Namun
demikian, responden yang berperan sebagai penentu menu masakan di rumahnya, tidak membatasi keluarganya untuk mengonsumsi ikan.
4.2.1 Pola konsumsi ikan menurut frekuensi konsumsi
Kebiasaan responden dalam mengonsumsi ikan dapat dilihat pada Gambar 12. Sebanyak 78 responden 65 mengonsumsi ikan di atas 11 kali dalam
sebulan, 26 responden 21.67 mengonsumsi ikan sebanyak 5 – 11 kali per
bulan dan 16 responden 13.33 mengonsumsi ikan di bawah 5 kali dalam sebulan. Artinya lebih dari separuh responden ternyata mengonsumsi ikan lebih
dari 3 kali dalam seminggu.
Gambar 12. Proporsi responden menurut frekuensi makan ikan per bulan n=120 Berdasarkan frekuensi makan ikan yang dikelompokkan kedalam tiga
kelompok yakni rendah 1-4 kali per bulan, sedang 5-11 kali per bulan dan tinggi ≥ 12 kali per bulan, maka sebagian besar responden 65 termasuk pada
kelompok dengan tingkat frekuensi konsumsi ikan yang tinggi. Frekuensi makan
5 kali 13,33
5-11 kali 21,67
11 kali 65
ikan responden per bulan berdasarkan karakteristik demografi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Frekuensi makan ikan per bulan menurut karakteristik demografi n=120
Karakteristik Responden Frekuensi makan ikan
Total Rendah
Sedang Tinggi
Jml Jml
Jml Jml
Jenis kelamin Laki-laki 1
4.76 6
28.57 14
66.67 21
100 Perempuan
15 15.15
20 20.20
64 64.65
99 100
Usia 26 tahun
- 2
40.00 3
60.00 5
100 26-35 tahun
8 14.29
17 30.36
31 55.36
56 100
36-45 tahun 7
18.92 5
13.51 25
67.57 37
100 45 tahun
1 4.55
2 9.09
19 86.36
22 100
Pengeluaran 1 juta
5 15.15
8 24.24
20 60.61
33 100
1 - 2 juta 4
10.00 9
22.50 27
67.50 40
100 2,1 - 3 juta
2 15.38
6 46.15
5 38.46
13 100
3 juta 5
14.71 3
8.82 26
76.47 34
100 Jml anggota
keluarga 1-2 orang
1 14.29
2 28.57
4 57.14
7 100
3-5 orang 13
13.83 21
22.34 60
63.83 94
100 5 orang
2 10.53
3 15.79
14 73.68
19 100
Pendidikan Tamat SD
2 6.67
4 13.33
24 80.00
30 100
Tamat SMP 2
9.09 4
18.18 16
72.73 22
100 Tamat SMA
6 23.08
7 26.92
13 50.00
26 100
Universitas 6
14.29 11
26.19 25
59.52 42
100 Total
16 13.33
26 21.67
78 65
120 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden laki-laki maupun perempuan menyukai ikan dengan tingkat konsumsi tinggi di atas 3 kali dalam seminggu.
Namun demikian, responden laki-laki lebih sering mengonsumsi ikan dibandingkan dengan perempuan. Sebanyak 20 orang dari 21 responden laki-laki
95.23 mengonsumsi ikan dengan frekuensi sedang dan tinggi dan hanya 4.76 yang mengonsumsi ikan dengan frekuensi yang rendah. Sementara itu,
responden perempuan yang mengonsumsi ikan dengan frekuensi sedang dan tinggi adalah 84 orang dari 99 responden 84.85. Dapat dikatakan bahwa dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap ikan, responden laki-laki memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi dari pada responden perempuan.
Jika dilihat dari karakteristik usia, terdapat keterkaitan antara usia dengan frekuensi makan ikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien kontingensi dari
hasil uji Chi-Square sebesar 0.098 sebagaimana pada Tabel 6 hasil uji lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Penduduk golongan usia muda saat ini relatif
memiliki pola konsumsi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Kecenderungan anak muda untuk mengonsumsi fast food dengan variasi rasa dan
warna cenderung menarik anak-anak muda. Sementara bagi generasi sebelumnya, hidangan ikan segar atau makanan tradisional masih tetap menjadi pilihan yang
berselera. Tingkat kesadaran akan asupan gizi yang aman juga menjadi pertimbangan dipilihnya ikan sebagai sumber protein yang dikonsumsi pada
kelompok usia yang lebih tinggi Gambar 13. Tabel 6. Hasil uji Chi-Square antara karakterisik responden dengan
frekuensi makan ikan
Parameter Nilai Koefisien
Kontingensi Signifikansi
Jenis Kelamin 0.127
0.373 Usia
0.286 0.098
Pendidikan 0.240
0.292 Pengeluaran
0.265 0.171
Jumlah anggota keluarga 0.087
0.922 N
120 Signifikan pada level 0.1
Gambar 13. Frekuensi makan ikan berdasarkan usia n=120 Dari hasil analisis korespondensi Gambar 14 terhadap faktor usia sebagai
faktor yang berpengaruh signifikan Tabel 6, diketahui bahwa kelompok usia antara 20-35 tahun lebih dekat kepada frekuensi makan ikan kategori sedang 5-
11 kali per bulan, sedangkan untuk kelompok usia 36-45 tahun menempati porsi pada kedua kategori frekuensi yakni tinggi di atas 11 kali per bulan dan kategori
1 4
,2 9
1 8
,9 2
4 ,5
5 3
3 ,9
3 1
3 ,5
1 9
,0 9
58,93 67,57
86,36
30 60
90
20-35 tahun 36-45 tahun
45 tahun
Jum lah
responden
Usia
Rendah Sedang
Tinggi
1.0 0.5
0.0 -0.5
-1.0
Dimensi 1
1.0 0.5
0.0 -0.5
-1.0
D im
en si
2
45 tahun
36-45 tahun 20-35 tahun
tinggi 11 kali sedang 5-11 kali
rendah 5 kali usia
frekuensi makan ikan
frekuensi rendah di bawah 5 kali per bulan. Sementara itu, kelompok usia di atas 45 tahun lebih dekat kepada tingkat konsumsi ikan tinggi di atas 11 kali per
bulan. Jika dilihat dari tingkat pengeluaran per bulan, diketahui adanya
peningkatan jumlah responden dengan frekuensi makan ikan tinggi, yakni dari 60.60 pada tingkat pengeluaran di bawah 1 juta rupiah meningkat menjadi
67.50 pada tingkat pengeluaran antara 1 –2 juta rupiah. Namun pada tingkat
pendapatan antara 2.1-3 rupiah juta terjadi penurunan persentase jumlah responden dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi. Kenaikan persentase
kembali terjadi pada golongan pengeluaran di atas 3 juta rupiah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15. Hasil uji Chi-Square pada Tabel 6 menunjukkan
keterkaitan yang lemah antara tingkat pengeluaran dengan frekuensi makan ikan, dengan nilai signifikansi sebesar 0.171.
Gambar 14. Hasil analisis korespondensi antara usia dan frekuensi makan ikan n=120
Gambar 15. Tingkat konsumsi ikan responden berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan n=120
15,2 10,00
15,4 14,70
24,20 22,50
46,20 8,80
60,60 67,50
38,50 76,50
40 80
1 juta 1-2 juta
2,1-3 juta 3 juta
Ju m
la h
r esp
o n
d en
Tingkat pengeluaran Rendah 5 kali
Sedang 5-11 kali Tinggi 11 kali
Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi makan ikan responden, dengan nilai signifikansi pada uji chi-square
sebesar 0.933 sebagaimana pada Tabel 6. Namun demikian, frekuensi makan ikan dengan kategori sering di atas 11 kali mengalami peningkatan dari 57.10 pada
responden dengan jumlah anggota keluarga antara 1-2 orang menjadi 63.80 pada jumlah keluarga antara 3-5 orang dan meningkat kembali pada jumlah
anggota keluarga di atas 5 orang sebesar 73.70. Frekuensi makan ikan menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Frekuensi makan ikan menurut jumlah anggota keluarga n=120 Pola konsumsi ikan menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa
terjadi kecenderungan penurunan tingkat konsumsi ikan dengan frekuensi di atas 11 kali per bulan dari responden yang berpendidikan sekolah dasar SD hingga
sekolah menengah atas SMA. Peningkatan yang terjadi disini adalah tingkat konsumsi dengan frekuensi di bawah 12 kali per bulan. Namun pola ini mulai
berubah pada responden dengan tingkat pendidikan universitas. Pada tingkat pendidikan ini mulai menunjukkan peningkatan konsumsi ikan pada frekuensi di
atas 11 kali per bulan. Pola konsumsi makan ikan menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 17.
Jika dilihat dari minat responden dalam meningkatkan frekuensi makan ikan, sebagian besar responden menyatakan masih berminat meningkatkan
konsumsi ikan dalam keluarganya. Sebanyak 90 responden berminat untuk meningkatkan konsumsi ikan, sebagaimana pada Tabel 7. Alasan responden
adalah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa kandungan gizi seperti berprotein tinggi, rendah kolesterol dan kandungan omega 3 yang terdapat di
10 20
30 40
50 60
70 80
1-2 orang 3-5 orang
5 orang
Ju m
la h
r esp
o n
d en
Jumlah anggota keluarga 5 kali
5-11 kali 11 kali
dalam tubuh ikan menjadi faktor pertimbangan utama. Sementara itu, 7.50 responden menyatakan tidak berminat meningkatkan konsumsi ikan karena
mengalami kejenuhan terhadap ikan, dan 2.50 menyatakan abstain karena faktor ekonomi, yang berarti konsumsi ikan akan ditingkatkan jika keadaan
perekonomiannya mampu menjangkau untuk membeli ikan. Dengan kata lain, responden akan meningkatkan konsumsi ikan dalam keluarganya jika harga ikan
terjangkau oleh perekonomian keluarganya.
Gambar 17. Frekuensi makan ikan menurut tingkat pendidikan n=120 Tabel 7. Minat responden dalam meningkatkan konsumsi ikan n=120
No Minat responden
Tingkat Konsumsi Ikan Rendah
5 kali Sedang
5-11 kali Tinggi
11 kali Total
1 Berminat
87.5 88.46
91.03 90
2 Tidak berminat
12.5 7.69
6.41 7.50
3 Tidak tahu
3.85 2.56
2.50 Total
100 100
100 100
4.2.2 Pola konsumsi ikan menurut jenis ikan yang disukai responden