Produksi Perikanan dan Konsumsi Ikan di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Perikanan dan Konsumsi Ikan di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai sepanjang 81,000 km memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat melimpah. Potensi tersebut bersumber dari kegiatan penangkapan ikan di laut, sungai, danau, rawa dan hasil budidaya. Dari sisi budidaya, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dan hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Data pada tahun 2009 menyebutkan potensi lahan budidaya adalah sebesar 17.74 juta Ha yang terdiri atas potensi tambak, kolam, perairan umum, sawah dan potensi laut KKP 2010. Sebagai gambaran produksi perikanan Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 9.82 juta ton yang terdiri atas produksi perikanan tangkap sebesar 5.11 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 4.71 juta ton KKP 2010. Sebesar 40 dari total produksi tersebut atau sebesar 3.93 juta ton diolah menjadi produk olahan ikan. Menurut Ditjen P2HP 2010, produk olahan ikan olahan adalah setiap hasil perikanan yang telah mengalami proses kimia atau fisika seperti pemanasan, pengasapan, penggaraman, pengeringan atau pengacaran dan lain- lain, baik yang berasal dari produk yang didinginkan atau produk beku baik yang dikombinasikan dengan bahan makanan lain atau kombinasi dari beberapa proses. Sedangkan produk segar ikan segar adalah setiap produk perikanan baik utuh atau produk yang mengalami perlakuan pembuangan isi perut, insang, pemotongan kepala, dan pemisahan daging fillet, termasuk produk yang dikemas secara vakum atau modifikasi atmosfir yang belum mengalami perlakuan pengawetan selain pendinginan. Pengolahan hasil perikanan dikelompokkan menjadi 10 sepuluh kelompok yakni: 1 penggaramanpengeringan; 2 pengasapanpemanggangan; 3 pemindangan; 4 peragian fermentasi; 5 pengalengan; 6 pembekuan; 7 pereduksianpengekstraksian; 8 pengolahan produk jelly ikan communited product; 9 pengolahan segar; dan 10 pengolahan lainnya Ditjen P2HP 2010. Berdasarkan pengelompokan pengolahan tersebut, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengelompokkan produksi olahan ikan menjadi beberapa kelompok produk olahan yakni segar, beku, keringasin, pindang, asapan, kalengan, tepung ikan, terasi, peda, kecap ikan, dan lainnya. Produksi olahan ikan berdasarkan jenis olahannya dapat dilihat pada Tabel 1. Hingga saat ini, produk olahan yang mendominasi adalah berupa produk beku dengan dominasi hingga mencapai 39.48 pada tahun 2008, sedangkan sisanya adalah berupa olahan kering, pindang, kaleng dan olahan lainnya. Data Produksi perikanan dan olahan ikan serta volume ekspor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Produksi olahan ikan berdasarkan jenis olahannya, 2006 – 2009 Satuan: Kg Jenis Olahan Tahun 2006 2007 2008 2009 Segar 543,969 586,530 629,091 692,105 Beku 1,286,811 1,387,494 1,488,177 1,637,244 Keringasin 840,852 906,642 972,432 1,069,838 Pindang 177,940 191,862 205,784 226,397 Asapan 135,754 146,376 156,998 172,724 Kalengan 91,666 98,838 106,010 116,629 Tepung Ikan 13,322 14,364 15,406 16,949 Terasi 12,370 13,338 14,306 15,739 Peda 11,763 12,654 13,545 14,902 Kecap Ikan 317 342 367 404 Lainnya 57,093 61,560 66,027 72,641 Jumlah 3,171,857 3,420,000 3,668,143 4,035,571 Angka sementara Sumber: Ditjen P2HP 2010 Tabel 2. Data produksi perikanan, produksi olahan ikan dan volume ekspor Uraian Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Volume produksi ton 7,448,708 8,238,302 8,858,315 9,816,534 10,862,802 Produksi olahan ikan ton 3,171,857 3,420,000 3,668,143 4,035,571 4,200,000 Volume ekspor ton 926,477 854,329 911,674 881,413 1,053,421 Angka sementara, Angka target Sumber: Ditjen P2HP 2010 dan KKP 2010 Berdasarkan perbandingan jumlah ikan yang diekspor dan di konsumsi dalam negeri, hanya sekitar 10 dari total produksi ikan nasional ditujukan untuk pasar ekspor, sedangkan sekitar 90 sisanya dipasarkan di dalam negeri. Namun demikian, konsumsi ikan di Indonesia masih menunjukkan angka yang rendah, seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume ekspor, ketersediaan ikan untuk konsumsi dan konsumsi ikan, 2006 – 2010 Rincian Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Volume ekspor ton 926,477 854,329 911,674 881,413 1,053,421 Ketersediaan ikan untuk konsumsi ton 5,759,210 6,380,660 7,072,000 7,754,000 7,651,000 Konsumsi ikan kgkapth 25.03 26.00 28.00 29.08 30.47 Angka perkiraan Sumber: Ditjen P2HP 2010 Tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Indonesia tersebut tidak merata pada wilayah di Indonesia. Tidak meratanya tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari perbandingan besarnya tingkat konsumsi ikan perkapita pertahun di provinsi seluruh Indonesia, seperti pada Tabel 4. Rendahnya tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Indonesia, disebabkan oleh dua hal yang terkait dengan lemahnya sisi ketersediaan supply dan rendahnya tingkat permintaan demand. Pada sisi ketersediaan, rendahnya konsumsi ikan masyarakat Indonesia disebabkan kurang meratanya suplai ikan yang berkualitas, kurangnya sarana prasarana penjualan dan distribusi ikan yang baik dan higienis serta mampu menjangkau seluruh penjuru daerah serta adanya produk substitusi ikan. Sementara pada sisi permintaan, banyak faktor diduga berperan dalam pembentukan budaya makan ikan yang masih rendah di Indonesia sampai saat ini, diantaranya : a ketersediaan ikan segar yang rendah di pasaran, b perilaku dan budaya tabu makan ikan dalam komunitas masyarakat tertentu, c pengetahuan gizi di kalangan ibu yang masih rendah, d harga ikan dan produknya yang relatif lebih mahal daripada yang lainnya serta daya beli masyarakat yang rendah, e rendahnya ragam jenis ikan dan produk diversifikasi olahan hasil perikanan dan penguasaan teknologi yang masih minim, f masalah prestise dan preferensi di kalangan masyarakat tertentu yang menganggap bahwa produk ikan merupakan bahan pangan inferior, g ketakutan akan terkontaminasi logam-logam berat dari perairan tercemar Poernomo 2007 dalam Kusharyanti 2007. Tabel 4. Tingkat konsumsi ikan di Indonesia berdasarkan provinsi, 2008-2009 No Propinsi Tingkat Konsumsi Ikan kgkapitath 2008 2009 1 Aceh 38.33 39.33 2 Sumatera Utara 32.01 32.83 3 Sumatera Barat 24.81 25.65 4 Riau 28.78 34.14 5 Jambi 26.37 26.56 6 Sumatera Selatan 21.95 25.55 7 Bengkulu 19.33 21.08 8 Lampung 19.43 18.60 9 Babel 37.58 36.12 10 Kep. Riau 40.37 43.59 11 DKI Jakarta 17.56 19.51 12 Jawa Barat 16.65 16.40 13 Jawa Tengah 11.37 10.74 14 DIY Yogyakarta 6.64 8.77 15 Jawa Timur 16.34 6.30 16 Banten 20.56 20.13 17 Bali 21.02 19.38 18 NTB 16.97 16.09 19 NTT 16.61 16.71 20 Kalimanatan Barat 27.08 26.93 21 Kalimantan Tengah 35.37 42.35 22 Kalimantan Selatan 36.39 38.85 23 Kalimantan Timur 31.84 35.36 24 Sulawesi Utara 36.44 37.75 25 Sulawesi Tengah 34.52 36.59 26 Sulawesi Selatan 40.58 40.47 27 Sulawesi Tenggara 38.93 43.92 28 Gorontalo 39.50 36.04 29 Sulawesi Barat 33.15 38.30 30 Maluku 51.41 47.52 31 Maluku Utara 46.97 41.60 32 Papua 37.62 40.25 33 Papua Barat 25.07 32.39 INDONESIA 28.00 29.80 Sumber: Direktorat PDN 2011 Menurut Muhdi 2007, rendahnya minat masyarakat mengonsumsi produk olahan ikan disinyalir karena sebagian masyarakat hanya mengenal produk ikan dalam bentuk utuh hidup, segar, dingin atau beku, sehingga produk olahan ikan sampai saat ini belum menjadi pilihan utama masyarakat. Disisi lain, apresiasi konsumen terhadap mutu produk perikanan masyarakat Indonesia juga secara umum masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari cara pengambilan keputusan untuk membeli produk perikanan. Sebagian besar didasarkan pada harga dan bukan pada mutu atau kualitas produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, banyak konsumen yang lebih mengutamakan produk perikanan dengan harga murah, tanpa memperhatikan apakah ikan tersebut masih layak untuk dikonsumsi atau tidak. Kenyataan ini berawal dari tingkat pengetahuan konsumen itu sendiri yang kurang memahami bagaimana cara memverifikasi mutu suatu produk yang ditawarkan atau bahkan karena tingkat daya beli yang terbatas. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menempuh berbagai upaya untuk meningkatkan konsumsi ikan baik dari sisi ketersediaan maupun permintaan, diantaranya melalui pelaksanaan program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan GEMARIKAN. Pada sisi ketersediaan, pemerintah telah membangun sarana pemasaran untuk lebih mendekatkan ikan kepada masyarakat, seperti pasar khusus ikan dan sepeda ikan keliling. Selain itu, dikembangkan juga kegiatan budidaya ikan air tawar di daerah nonpantai. Sementara itu, pada sisi permintaan, pemerintah telah melakukan promosi melalui pendekatan multimedia visual, audio dan audiovisual promosi kelompok maupun perorangan, serta mendayagunakan institusi masyarakat seperti tim penggerak PKK, posyandu dan majelis taklim. Untuk mengatasi kurangnya ragam jenis ikan dan produk diversifikasi olahan hasil perikanan dikembangkan berbagai kegiatan yang menstimulasi tumbuhnya variasi olahan dan masakan berbahan baku ikan dengan prinsip surimi based product. Berkaitan dengan rendahnya daya beli masyarakat, dilakukan promosi terhadap ikan yang memiliki nilai ekonomis tidak terlalu tinggi namun memiliki nilai gizi cukup seperti ikan japuh, lemuru, tembang dan sangeh Riyadi 2007.

2.2 Perilaku Konsumen