produk olahan yang semakin disukai responden seiring dengan semakin tingginya tingkat pengeluaran dan tingkat pendidikan. Produk olahan tersebut adalah bakso
ikan, nugget ikan dan ikan kaleng. Strategi pengembangan produk dalam hal ini adalah dengan
mengembangkan produk yang disukai responden berdasarkan hasil penelitian, yang meliputi produk segar dan produk olahan. Produk segar yang perlu
diperhatikan distribusinya dalam kaitannya dengan peningkatan konsumsi ikan adalah ikan lele 27.03, ikan kembung 21.17 dan ikan mas 12.16.
Sementara itu, produk olahan yang perlu dikembangkan adalah bakso ikan, nugget ikan dan ikan kaleng, sehingga mampu meningkatkan ikan dari sisi produk olahan
ikan. Dalam pelaksanaan strategi ini perlu diperhatikan empat unsur bauran pemasaran yakni produk, harga tempat atau distribusi dan promosi sehingga
dalam implementasinya mampu memberikan keuntungan baik bagi produsen maupun konsumen yang akan menjadi sasaran atas produk yang dikembangkan.
4.5.2.2 Strategi penyusunan kebijakan
Strategi penyusunan kebijakan yang dilakukan adalah untuk mendorong minat masyarakat dalam mengonsumsi ikan. Kebijakan tersebut harus mampu
menyentuh sisi pasokan ketersediaan dan keterjangkauan dan sisi permintaan yang disinyalir menjadi penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan saat ini,
sebagaimana telah diuraikan pada Bab II. Berdasarkan hasil analisis logit, keputusan responden dalam membeli dan mengonsumsi ikan yang dalam hal ini
dicerminkan pada frekuensi mengkosumsi ikan, dipengaruhi oleh variabel usia sig 0.016. Variabel ini yang kemudian akan diuraikan ke dalam strategi
penyusunan kebijakan dalam rangka peningkatan konsumsi ikan.
1 Meningkatkan konsumsi dari sisi permintaan
Pola konsumsi ikan yang terjadi berdasarkan persepsi dan preferensi responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden lebih dari 65 lebih
menyukai ikan segar. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan informasi yang diperoleh sebagai bahan persepsi dan preferensi terhadap ikan cenderung kearah
ikan segar. Sebagian besar informasi dan pengetahuan tentang ikan diperoleh responden dari proses penglihatan dan pengamatan di sekitar tempat tinggal
mereka. Ikan segar adalah bentuk ikan yang paling sering dijumpai di lokasi
tempat tinggal mereka atau yang sering mereka jumpai di tempat perbelanjaan mereka sehingga paling banyak dikenal dan disukai responden. Dalam hal ini
aksesibilitas atau keterjangkauan menjadi faktor yang sangat berperan penting selain faktor ketersediaan dan keamanan pangan.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan formal yang diperoleh responden telah mampu menggeser tingkat kesukaan responden yang
semula hanya menyukai ikan dalam bentuk segar menjadi menyukai ikan dalam bentuk segar beserta olahannya. Terkait dengan tersebut maka strategi kebijakan
yang dapat diambil dari sisi permintaan ini adalah:
a Memasyarakatkan produk olahan ikan
Produk olahan ikan masih kurang diminati oleh sebagian besar responden. Persepsi tentang ikan masih didominasi oleh ikan segar sehingga untuk
meningkatkan konsumsi ikan diperlukan pengenalan produk olahan ikan kepada masyarakat. Jika dibandingkan dengan ikan segar, upaya pengenalan terhadap
produk olahan ikan memerlukan pendekatan yag lebih serius. Pengenalan produk olahan ikan diperlukan untuk mendekatkan ikan kepada masyarakat sehingga
dapat diinterpretasikan sebagai persepsinya. Pengenalan terhadap berbagai jenis olahan ikan diharapkan mampu mengurangi kejenuhan masyarakat terhadap ikan,
sehingga ada penambahan konsumsi ikan dalam menu sehari-hari. Pengenalan produk olahan ini dilakukan dengan alasan kepraktisan dalam mengolah dan
mengonsumsi ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada responden yang berpendidikan
universitas telah mulai mengenal dan menyukai olahan ikan, sedangkan untuk strata pendidikan dibawahnya masih menunjukkan kesukaannya pada ikan segar.
Dengan demikian diperlukan segmentasi pada sasaran pengenalan produk olahan ikan tersebut. Pengenalan produk olahan saat ini harus lebih difokuskan kepada
masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTA dan jenjang dibawahnya. Sementara itu, bentuk olahan yang menjadi fokus pengenalan produk
adalah bentuk olahan tersier seperti bakso, nugget dan sosis ikan, karena bentuk olahan yang lain lain seperti ikan pindang, ikan kaleng, ikan asap dan terasi telah
dikenal sebagian responden. Dengan segmentasi pada sasaran pengenalan produk
dan pemilihan produk tersebut diharapkan mampu meningkatan konsumsi ikan secara keseluruhan.
b Meningkatkan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang ikan
Berdasarkan hasil penelitian, usia responden terbukti signifikan mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengonsumsi ikan. Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada responden kelompok usia tua lebih sering mengonsumsi ikan dari pada kelompok usia muda. Oleh karena itu
diperlukan suatu kebijakan yang mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ikan sejak usia dini. Peningkatan pengetahuan ini dapat diberikan melalui
pendidikan formal maupun informal dengan memberikan pemahaman tentang keunggulan kandungan gizi yang terkandung di dalam tubuh ikan. Kegiatan
melalui pendidikan formal yang dapat dilakukan diantaranya melalui pemberian bahan ajaran tentang kesehatan dan ikan, sedangkan kegiatan secara informal
dapat dilakukan antara lain dengan memberikan pengetahuan cara mengolah ikan yang benar bagi ibu-ibu muda dan memberikan informasi tentang masakan yang
sebelumnya tidak dikenal atau modifikasi menu yang telah ada. Dalam penyampaian pengetahuan dan informasi tersebut perlu dibuat
segmentasi berdasarkan tingkat pendapatan. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada tingkatan pendapatan yang berbeda
terdapat persepsi yang berbeda tentang penggunaan media yang berpengaruh pada keputusan pembelian ikan. Gambar 40 menunjukkan perbedaan penggunaan
media yang paling berpengaruh pada setiap tingkat pendapatan. Media penyampaian pesan yang melibatkan target peserta secara langsung
seperti pelaksanaan demo masak dan penyuluhan akan menjadi efektif jika dilakukan pada peserta dengan tingkat pendapatan di bawah 3 juta rupiah. Untuk
penyuluhan seperti pada kegiatan PKK masih nampak efektif pada golongan pendapatan atara 3
–4 juta rupiah. Sementara itu, media televisi paling tepat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi pada golongan
tingkat pendapatan di atas 4 juta rupiah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesibukan yang cenderung terjadi pada golongan pedapatan di atas 4 juta rupiah. Adapun
bentuk penyampaian informasi dengan menggunakan media televisi ini dapat berupa iklan layanan masyarakat maupun tayangan dalam kegiatan seperti demo
masak maupun talk show tentang manfaat ikan. Hal perlu diperhatikan dalam penggunaan media adalah ketepatan waktu, tempat dan pilihan media yang
digunakan.
Gambar 40. Tiga media yang paling berpengaruh dalam keputusan membeli ikan menurut tingkat pendapatan n=120
2 Meningkatkan ketersediaan ikan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa persepsi tentang jenis ikan yang ada di benak responden terbentuk berdasarkan ketersedian dan
keterjangkauan jenis ikan tersebut di sekitar tempat tinggal mereka. Dengan demikian diperlukan kebijakan peningkatan konsumsi ikan dari sisi pasokan.
Pasokan yang dimaksud dalam hal ini adalah ketersediaan dan keterjangkauan ikan dan produk olahan ikan di pasaran. Ketersediaan ikan meliputi terjaminnya
jenis ikan yang ada di pasaran baik ikan dari hasil tangkapan maupun ikan hasil budidaya, sedangkan keterjangkauan meliputi keterjangkauan ikan terhadap
konsumen baik dalam hal harga maupun tempat. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam menjaga ketersediaan ikan
diantaranya dengan meningkatkan produksi budidaya untuk menutup kekurangan produksi penangkapan. Hal ini dilakukan karena semakin lama kecenderungan
hasil tangkapan mengalami penurunan, sehingga untuk menjaga pasokan ikan diperlukan ikan dari hasil budidaya sebagai substitusi atas ikan hasil tangkapan.
Dalam menjaga ketersediaan ikan tersebut diperlukan dukungan fasilitas yang mampu mendekatkan ikan hingga terjangkau oleh konsumen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 61.70 responden membeli ikan di tempat yang
5 3
,1 3
8 ,5
6 ,0
8 ,0
3 2
,7 2
6 ,9
10 5
,7 1
,2 1
9 ,2
3 ,0
5 ,7
30 60
90
2 juta 2,1 - 3 juta
3,1 - 4 juta 4 juta
Tingkat pendapatan Televisi
Demo masak Penyuluhan
dekat dengan tempat tinggal mereka yakni pedagang keliling Tabel 15. Selain itu, responden juga telah menyadari mutu dan gizi ikan yang dibelinya,
sebagaimana pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa kandungan gizi menjadi faktor yang utama yang dipertimbangkan responden dalam membeli ikan. Dengan
demikian, sarana dan perlatan rantai dingin diperlukan dalam mendekatkan ikan kepada masyarakat. Widiastuti 2008 mengkonfirmasi hal yang sama bahwa
untuk mempertahankan mutu ikan diperlukan penerapan pengawasan dan penanganan rantai dingin mulai dari ikan ditangkap hingga ke tangan konsumen.
Penggunaan peti es coolbox dengan perbandingan es 1:1 dapat mempertahankan suhu ikan tetap dingin sehingga mampu mempertahankan mutu ikan.
Jenis ikan laut yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam hal pasokan di Kota Depok berdasarkan hasil penelitian adalah ikan kembung, tongkol, tuna,
bandeng, kakap dan udang. Sementara itu, ikan air tawar yang perlu diperhatikan pasokannya adalah ikan lele, mas, gurame, mujahir dan patin.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pilihan ikan sebagai sumber protein hewani yang dikonsumsi menunjukkan pola yang meningkat pada kelompok usia yang lebih tinggi. Pilihan
konsumsi ikan dalam bentuk segar mengalami pergeseran menjadi bentuk olahan seiring dengan meningkatnya pendidikan responden. Responden dengan tingkat
pendidikan universitas semakin menyukai ikan olahan dengan tidak meninggalkan konsumsi ikan segarnya. Dalam mengkonsumsi ikan, sebagian besar responden
72.50 lebih menyukai makan ikan di luar rumah karena alasan kepraktisan, sedangkan pilihan tempat membeli ikan yang disukai responden adalah pedagang
keliling karena dekat dengan tempat tinggal akses yang mudah. Persepsi masyarakat tentang ikan masih didominasi oleh ikan segar.
Sebagian besar responden lebih dari 65 lebih menyukai ikan dalam bentuk segar jika dibandingkan dengan ikan dalam bentuk olahan karena pengetahuan
dan informasi yang diperoleh sebagai bahan persepsi terhadap ikan cenderung kearah ikan segar.
Preferensi masyarakat terhadap ikan secara umum menunjukkan pola preferensi yang homogen yakni suka pada ikan dalam bentuk segar, baik ikan air
tawar maupun ikan air laut. Sebagai pilihan responden atas sumber protein hewani yang dikonsumsi, ikan menduduki urutan pertama dalam preferensi konsumen.
Strategi pengembangan produk yang perlu dilakukan adalah dengan mengembangkan produk segar dan olahan, yakni ikan lele, ikan kembung dan
ikan mas untuk produk segar serta bakso ikan, nugget ikan dan ikan kaleng untuk produk olahan. Strategi penyusunan kebijakan dilakukan melalui sisi permintaan
dan sisi pasokan. Dari sisi permintaan dilakukan upaya melalui pemberian pengetahuan dan informasi kepada masyarakat golongan usia muda sesuai dengan
media yang tepat dan pengenalan variasi produk olahan, sedangkan dari sisi pasokan dilakukan dengan mendekatkan ikan kepada masyarakat dengan harga
yang terjangkau.