Limbah Industri Pengolahan Karet Produksi Bersih

6 menyengat terutama amoniak, hidrogen sulfida serta senyawa organik lainnya yang mudah menguap Purwati, 2005. Amoniak adalah senyawa dari nitrogen dan hidrogen dengan formula NH 3 hasil transformasi N-organik melalui proses amonifikasi Jenie dan Rahayu 1993. Pada suhu dan tekanan standar amoniak berbentuk agas. Amoniak memiliki bau yang tajam, bersifat toksik dan korosif untuk beberapa bahan. Amoniak tidak berwarna dan berbau menyengat. Amoniak dapat mencair pada suhu -33,7 C dan menjadi padat pada suhu -75 C berupa masa kristal putih. Gas amoniak sangat berbahaya bagi manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta dapat menurunkan mutu akhir produk yang dihasilkan. Hidrogen sulfida H 2 S adalah gas tidak berwarna, toksik, mudah terbakar dan menyebabkan bau busuk. H 2 S dihasilkan ketika bakteri menguraikan bahan protein pada kondisi anaerob. H 2 S mempunyai bau seperti telur busuk dan kadang lebih toksik dibandingkan karbon dioksida Lens dan Pol, 2000. Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan diantaranya sakit kepala, mual, dan muntah, pingsan serta pada konsentrasi lebih dari seribu ppm, akan menyebabkan kehilangan kesadaran sampai kematian.

D. Limbah Industri Pengolahan Karet

Di proses pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah. Limbah cair merupakan limbah terbesar yang dihasilkan pada industri pengolahan karet. Dalam industri pengolahan karet, air digunakan sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan larutan-larutan kimia, pencuci hasil pembekuan dan alat yang digunakan, serta mendinginkan mesin-mesin. Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik, lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan . Karakteristik limbah cair pabrik karet tersebut yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi. Limbah dengan karakteristik tersebut dapat mencemari lingkungan, baik pencemaran udara maupun pencemaran air Yulianti et al, 2005. Selain itu, limbah yang dihasilkan pada industri pengolahan karet antara lain serum dari hasil pemggumpalan lateks yang relatif bebas dari butir-butir karet dan limbah berupa lateks yang sangat encer dan biasanya merupakan hasil pencucian tangki pengangkut dan penampung lateks di tempat pengolahan Nazaruddin dan Paimin,1992. Menurut Sudibyo 1996, mengingat keterbatasan sumber air, baik air permukaan sungai maupun air tanah sumur arteris, maka industri karet sudah saatnya untuk melakukan penghematan penggunaan air dengan cara melakukan kalkulasi menyeluruh kebutuhan air untuk setiap tahapan proses, dan mempertimbangkan kemungkinan penggabungan proses atau menghilangkan proses pencucian yang kurang perlu, serta memanfaatkan air buangan proses daur ulang air proses dengan tanpa mengurangi mutu produk yang dihasilkan. Selain keterbatasan sumber air, langkah penghematan air tersebut juga akan mengurangi debit air limbah yang dihasilkan, sehingga secara langsung akan mengurangi beban pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari proses pengolahan. 7

E. Produksi Bersih

Pada tahun 19891990 UNEP United Nations Environment Program memperkenalkan konsep Produksi Bersih yang didefinisikan sebagai : Suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk end-of pipe treatment. Pendekatan ini terkonsentrasi pada pembuangan limbah dan upaya pengolahannya. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat. Menurut BAPEDAL 1996 dalam Indrasti dan Fauzi 2009 kendala yang muncul dalam penerapan end of pipe treatment diantaranya adalah : a. Sifat pendekatan adalah reaktif, artinya bereaksi setelah limbah terbentuk. b. Limbah tetap terbentuk sehingga memberi peluang pengembangan teknologi pengolahan limbah, tetapi upaya mengurangi limbah pada sumbernya cenderung tidak dilakukan. c. Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena sering kali kegiatan pengelolaan limbah ini hanya mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari satu media ke media lain. d. Upaya ini meningkatkan biaya produksi, tetapi tidak setinggi upaya perbaikan kerusakan dan pencemaran. e. Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah, belum mencakup upaya pencegahan. Produksi bersih bertujuan mengefisienkan penggunaan sumber daya bahan baku, energi, dan air dan mengurangi limbah industri. Teknologi produksi bersih merupakan gabungan antara teknik pengurangan limbah pada sumber pencemar dan teknik daur ulang. Dalam produksi bersih, limbah yang dihasilkan dalam keseluruhan proses produksi merupakan indikator ketidakefisienan proses produksi. Oleh karena itu, apabila dilakukan optimasi proses, limbah yang dihasilkan juga akan berkurang Indrasti dan Fauzi, 2009. Produksi bersih diterapkan antara lain pada : a. Proses produksi meliputi penghematan bahan baku dan energi, penggantian bahan baku yang bersifat racun, dan mengurangi jumlah dan kandungan bahan berbahaya pada limbah dan emisi yang dihasilkan b. Desain dan pengembangan produk meliputi pengurangan dampak negatif yang meliputi siklus hidup dari suatu produk dari bahan baku hingga pembuangan akhir, dan c. Industri jasa meliputi penerapan pertimbangan aspek lingkungan dalam desain dan pengadaan layanan atau jasa Indrasti dan Fauzi, 2009. Beberapa upaya dan teknik yang dapat dilakukan dalam penerapan produksi bersih disajikan pada Gambar 2. Menurut Indrasti dan Fauzi 2009, secara garis besar, pemilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokan menjadi lima bagian, yaitu: a. Good house-keeping Mencakup tindakan prosedural, administratif maupun instutusional yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi. 8 b. Perubahan material input Bertujuan mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang digunakan dalam proses produksi. Perubahan material ini juga termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan. c. Perubahan teknologis Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah dan emisi. Selain perubahan peralatan, perubahan teknologi ini juga dapat mencakup perubahan tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan perubahan kondisi proses. d. Perubahan produk Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk. e. On-site reuse Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik digunakan kembali pada proses awal maupun sebagai material input dalam proses yang lain. Gambar 2. Teknik - Teknik Produksi Bersih Sumber : USAID 1997 Tata Cara Operasi • Tindakan-tindakan prosedural • Pencegahan kehilangan • Pemisahan aliran limbah • Peningkatan penanganan • Penjadwaln produksi Pengubahan Material Input • Pemurnian material • Penggantian material Pengubahan Teknologi • Pengubahan Proses • Pengubahan tata letak, peralatan atau perpipaan • Pengubahan tatanan dan ketentuan operasi • Otomatisasi peralatan Pengubahan Produk • Penggantian produk • Pengubahan Komposisi Produk Pengendalian Sumber Pencemar Penggunaan Kembali • Pengembalian ke proses asal • Penggantian bahan baku untuk proses lain Pengambilan Kembali Diproses untuk: • Mendapatkan kembali bahan asal • Memperoleh produk samping Pengurangan Sumber Pencemar Daur Ulang TEKNIK PRODUKSI BERSIH 9 Penerapan produksi bersih di suatu industri dapat dikatakan pula sebagai upaya minimisasi limbah. Menurut UNEP dan ISWA 2002 dalam Indrasti dan Fauzi 2009, ada tiga tahapan utama dalam penerapan minimisasi limbah pada industri, yaitu: 1. Perencanaan dan struktur organisasi Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah membentuk kesepakatan manajemen, membuat program perencanaan, menentukan tujuan dan prioritas serta membentuk tim audit. 2. Mengidentifikasi limbah Tahapan untuk mengidentifikasi limbah adalah mengidentifikasi proses produksi, menetapkan input proses, menetapkan output proses, membuat neraca massa, mengidentifikasi peluang, dan membuat studi kelayakan. 3. Penerapan, pengawasan dan pengontrolan Hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah menyiapkan rencana pelaksanaan, mengidentifikasi sumber, melaksanakan pengukuran, dan mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan. 10

III. METODE PENELITIAN