Penerapan Good housekeeping Penggantian Bahan Penggumpal yang Anti Bakteri

21 Tabel 3. Karakteristik Limbah Hasil Pengolahan IPAL Komponen Satuan Maksimum Sebelum IPAL Setelah IPAL pH BOD COD N-Nitrat NH 3 -N TSS mgl mgl mgl mgl mgl 6-9 100 250 25 15 100 6,27 1778 2970 32,24 5,45 600 7,19 12 19,8 3,6 2,21 18

E. Strategi Produksi Bersih yang Dapat Diterapkan

Produksi bersih dapat meningkatkan efisiensi produksi dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan. Pada dasarnya PT Condong Garut sudah mengetahui pilihan-pilihan yang dapat memperbaiki produksi karet. Namun hal ini belum dapat dilakukan karena berbagai alasan. Pilihan produksi bersih yang dapat diterapkan oleh PT Condong Garut antara lain penerapan good housekeeping yang meliputi penghematan air dengan adanya pemantauan air dan membuat bak penampungan bahan baku bokar untuk meningkatkan kualitas produk estate brown crepe yang dihasilkan. Produksi bersih juga dilakukan dengan penggantian bahan penggumpal yang alami yakni asap cair yang berasal dari pirolisis cangkang kelapa sawit dan pemanfaatan partikel karet yang terdapat pada kolam rubber trap untuk bahan baku alas kaki.

F. Analisis Alternatif Penerapan Produksi Bersih secara Kajian di Lapangan

Analisis alternatif penerapan produksi bersih didasarkan pada peninjauan secara langsung terhadap industri pengolahan karet di PT Condong Garut. Analisis ini ditinjau dari beberapa aspek yakni aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Aspek teknis artinya meninjau dari kemudahan dalam penerapan teknologi dari pilihan yang diberikan. Aspek lingkungan artinya meninjau dampak yang diakibatkan terhadap lingkungan, sedangkan aspek ekonomi adalah meninjau penambahan pemasukan atau penghematan yang diberikan dari penerapan pilihan produksi bersih tersebut.

1. Penerapan Good housekeeping

Terdapat beberapa macam pilihan dalam hal penerapan good housekeeping ini, antara lain pemantauan pemakaian air ketika proses produksi berlangsung. Meskipun sumber air yang digunakan berasal dari mata air pegunungan yang sangat melimpah, namun dengan melakukan good housekeeping ini penggunaan air dapat terkendali. Pembuatan bak penampung bokar juga dapat dilakukan untuk menjaga mutu bokar. Selama ini, bokar yang diangkut dari kebun hanya diletakkan di lantai produksi yang tergenang air. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan mutu bokar dan menyebabkan bau tidak yang tidak enak. Oleh karena itu, perlu adanya penampungan bokar sebelum bokar di cuci. Dari segi teknis, penerapan good housekeeping tersebut mudah dilakukan karena hanya membutuhkan tambahan peralatan yang sederhana dan dibutuhkan pengontrolan produksi yang baik. Penerapan good housekeeping ini akan berdampak pada jumlah limbah cair yang ditangani oleh IPAL akan berkurang, mutu produk akan terjamin, dan kebersihan tempat produksi akan terjaga. Aspek Ekonomi a. Biaya pembelian bak penampung dari aluminium dengan volume 2 m 3 dengan asumsi biaya = Rp 400.000,00 sumber harga dari PT Condong Garut 22 b. Asumsi dengan adanya bak penampung bokar akan terjadi peningkatan mutu untuk estate brown crepe I sebesar 5 PT Condong Garut. Peningkatan mutu ini diartikan bokar lebih terjaga kebersihannya sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan mikroba yang menyebabkan penurunan mutu berupa bau dan kerusakan partikel karet di dalam bokar. Pada tahun 2011 PT Condong Garut rata-rata menghasilkan 20.000 kg estate brown crepebulan dengan komposisi 17 mutu I, 51 mutu II, 25 mutu III dan 7 mutu cutting. Peningkatan mutu dari mutu II menjadi mutu I 5X51 X 20.000kgbulan = 510 kgbulan Keuntungan : 510 kgbulan X Rp 3000,00 selisih harga mutu I dan II, PT Condong Garut = Rp 1.530.000bulan Paybackperiod= = = 0,26 bulan

2. Penggantian Bahan Penggumpal yang Anti Bakteri

Proses penggumpalan RSS di PT Condong Garut dilakukan dengan menggunakan zat kimia berupa asam format. Penggunaan asam format tersebut bisa digantikan dengan menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan yakni asap cair atau Deorub. Deorub adalah cairan berwarna cokelat dengan pH sekitar 2,5 yang diproduksi melalui proses pirolisis tempurung kelapa sawit dalam suatu reaktor tertutup pada suhu 300-400 C selama 8-10 jam Solichin, 2007. Asam asetat yang terdapat di dalam asap cair dapat digunakan sebagai penggumpal lateks kebun Solichin, 2003, sedangkan senyawa-senyawa fenolik terbukti sebagai anti oksidan, anti bakteri, dan anti jamur Darmadji dan Rahardjo, 2002. Sifat anti oksidan yang akan melindungi molekul karet dari oksidasi pada suhu tinggi sehingga nilai PRI akan tetap tinggi. Sifat anti bakteri tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri tetapi juga membunuh bakteri, di dalam lateks atau koagulum, sehingga mencegah terjadinya bau busuk dari koagulum yang diberi koagulum, sementara sifat anti jamur mencegah pertumbuhan jamur pada sheet kering dan senyawa karbonil akan memberikan warna cokelat yang seragam pada sheet kering. Penggantian bahan penggumpal ini cukup memungkinkan diterapkan di industri pengolahan karet PT Condong Garut. Dari segi teknis proses penggantian ini mudah dilakukan karena prosesnya tidak jauh berbeda dengan penggunaan asam format. Penggunaan asap cair ini juga dapat dilakukan untuk mengurangi bau busuk bokar pada saat pengolahan estate brown crepe. Asap cair tersebut hanya disemprotkan saja ke tumpukan bokar. Cairan tersebut dapat mengurangi bau busuk pada bokar karena dapat mengurangi pertumbuhan mikroba dan bakteri yang hidup di bokar. Perbedaan mutu sheet yang dihasilkan antara asam format dan asap cair dapat dilihat pada Tabel 3. Penentuan nilai Plasticity Retention Index PRI adalah ukuran dari besarnya sifat keliatan plastisitas karet mentah sebelum Po dan sesudah Pa pengusangan pada suhu 140 C selama 30 menit. Nilai PRI yang tinggi menunjukan ketahanan yang tinggi terhadap degradasi oleh oksidasi serta tingkat kekuatan produk. Dengan mengetahui nilai PRI dapat diperkirakan mudah atau tidaknya karet menjadi lengket selama penyimpanan atau jika dipanaskan. Viscositas Rubber VR merupakan panjangnya rantai molekul karet atau BM serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Semakin tinggi BM hidrokarbon karet 23 semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran, dengan kata lain karetnya semakin viskos dan keras. Tabel 4. Perbedaan mutu sheet yang dihasilkan antara asam format dan asap cair No Parameter Asam format Asap cair 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dosis Kecepatan beku Warna bekuan Bau Serum Mutu Po Pa PRI VR 55 ml larutan 2 12 menit Putih Bau busuk Putih 46 40 85 75 80 ml larutan 5 16 menit Coklat krem Bau asap Coklat jernih 49 43 89 80 Sumber : Balai Penelitian Sumbawa, 2005 Aspek Ekonomi Keunggulan asap cair untuk penggumpalan lateks pada pengolahan RSS dibandingkan dengan menggunakan asam format adalah dapat mengurangi waktu pengeringan dari 120 – 144 jam atau 5 – 6 hari menjadi 36 – 48 jam atau 1,5 – 2 hari Solichin, 2007. Penghematan waktu disebabkan karena dengan menggunakan koagulan asap cair maka waktu pengasapan yang berfungsi sebagai proses pengawetan dapat dihilangkan. Proses pengawetan tersebut terjadi pada saat pembekuan sehingga pengasapan hanya berfungsi sebagai pengering sheet saja. Dengan demikian jumlah kayu karet yang digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan asap dan panas dapat dikurangi. Perbandingan biaya pengolahan tersebut adalah seperti dipaparkan pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan biaya penggunaan koagulan asap cair dan asam format pada pengolahan RSS untuk produksi empat ton karet kering di PT Condong Garut menggunakan formula perhitungan menurut Solichin 2007 Uraian Biaya per kg karet kering Rp Asap cair Asam format Asam format 6 mlkg karet kering Rp 12.000liter - 288.000 Asap cair 75 mlkg karet kering Rp 4.200liter 1.260.000 - Kebutuhan kayu karet untuk 6 hari pengeringan 4m 3 ton karet kering harga Rp 130.000m 3 - 2.080.000 Kebutuhan kayu karet untuk 2 hari pengeringan 1,33m 3 ton karet kering harga Rp 130.000m 3 691.600 - Jumlah biaya 1.951.600 2.368.000 Penghematan biayakg karet kering Rp 410.400 17,6 24

3. Pemanfaatan Partikel – Partikel Karet pada Kolam Rubber Trap