Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet dan Estate Brown Crepe

15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet dan Estate Brown Crepe

Lateks hasil sadapan dari kebun diangkut ke tiap afdeling. Lateks dikumpulkan disebuah bak yang ada tiap afdeling yang sebelumnya dilakukan penyaringan untuk membuang kotoran- kotoran yang terbawa saat penyadapan. Kemudian lateks yang sudah terkumpul tersebut diukur volumenya dan dimasukkan ke dalam tangki dan dibawa ke pabrik. Setibanya di pabrik, dilakukan pengukuran volume dan selalu terjadi pengurangan volume karena selama di perjalanan terjadi goncangan yang menyebabkan lateks berbusa. Lateks kebun yang memiliki nilai Kadar Karet Kering KKK 25-30 dilakukan pengenceran. Pengenceran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan nilai KKK hingga mencapai 14 agar warna lateks yang dihasilkan lebih cerah. Pengenceran dengan cara menambahkan air tersebut, bertujuan untuk memudahkan penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat di dalam lateks, serta dapat melunakkan bekuan lateks sehingga mengurangi tenaga yang diperlukan untuk proses penggilingan. Selama proses pencampuran di tahap ini menghasilkan limbah, limbah terbentuk pada saat penyaringan lateks ke dalam bak pencampuran. Limbah yang dihasilkan berupa lump busa yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan estate brown crape. Pada proses pembekuan, lateks yang telah diencerkan, dicampurkan dengan larutan asam format. Banyaknya asam format yang digunakan pada tahap ini, sangat tergantung dari jumlah campuran lateks yang akan dibekukan. Semakin tinggi jumlah lateks yang akan dibekukan semakin tinggi pula larutan asam format yang dibutuhkan untuk membantu mempercepat proses pembekuan. Pada proses ini juga dihasilkan limbah berupa lump busa ketika dilakukan proses pengadukan saat menghomogenkan lateks dan asam format. Proses penggilingan yang bertujuan untuk menipiskan bekuan serta mengeluarkan sisa bahan kimia dan air yang masih terkandung dalam bekuan, dilakukan dengan bantuan dua operator untuk menarik bekuan menuju mesin sheeter. Dalam proses ini memperlihatkan adanya penggunaan air dalam jumlah besar yang bertujuan untuk memudahkan bekuan untuk mengapung, sehingga meringankan tenaga operator dalam menarik bekuan. Air dialirkan melalui talang air menuju bak pembekuan kemudian bekuan diambil dari bak dan dialirkan menuju mesin penggilingan. Proses penggilingan dengan sheeter menghasilkan limbah cair berwarna putih pekat. Air limbah langsung dialirkan menuju kolam IPAL, dimana limbah tersebut terdiri dari air yang digunakan untuk mengapungkan bekuan dan air ataupun bahan kimia yang keluar dari bekuan setelah diberi tekanan oleh sheeter. Sheet tersebut kemudian dimasukkan dalam rumah asap selama 4-6 hari. Dimana suhu dalam rumah asap selalu dikontrol oleh petugas agar proses pengeringan sheet dapat sempurna. Selama di dalam rumah asap sheet akan mengalami penurunan bobot, akibat proses pematangan yang menghilangkan kandungan air yang terkandung dalam sheet. Pada proses produksi estate brown crepe dimulai dari proses pencucian yang dimaksudkan untuk menyingkirkan benda selain bahan baku, misalnya daun, plastik, ranting kayu serta benda dan kotoran lainnya yang terikut dalam tumpukan lump. Pada proses ini lump direndam dalam bak penampungan. Selain itu pada tahap ini lump dikelompokkan, dimana lump yang sudah jelek yang berwarna coklat kehitaman dipisahkan dengan lump yang masih segar yang berwarna putih. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dari air sisa pencucian dan limbah padat. Limbah cair tersebut langsung dibuang ke saluran IPAL yang berada di samping pabrik. Lump 16 yang telah dicuci dan disortasi kemudian dilakukan pencacahan oleh mesin pencacah. Pencacahan ini bertujuan untuk menghancurkan padatan dan menghancurkan kotoran dan lendir yang tidak terambil ketika pencucian di awal. Pada proses ini air harus selalu dialirkan sebagai pendingin dan untuk membersihkan kotoran. Pada proses ini dihasilkan limbah berupa limbah cair dan limbah berupa kotoran. Pada proses pembentukan, lump yang berbentuk bongkahan-bongkahan dibentuk lembaran kasar dengan ketebalan 5 cm dengan menggunakan cairan H 2 SO 4 asam sulfat untuk membentuk lembaran crepe yang mantap. Pada proses ini air juga harus terus dialirkan sebagai pendingin agar karet tidak panas dan lengket. Limbah yang dihasilkan adalah limbah cair yang mengandung asam sulfat.. Proses ini membentuk lembaran-lembaran krep yang memiliki ketebalan 5 cm digiling hingga memiliki ketebalan 1-2 cm. Pada proses ini tidak lepas dari penggunaan air untuk menghindari panas yang disebabkan oleh mesin. Oleh karena itu dihasilkan juga limbah cair yang tidak sedikit. Selain limbah cair yang dihasilkan dari mesin, pekerja juga terkadang menyemprotkan air ke lantai untuk mencegah timbulnya bau dan mengeringnya lateks dilantai. Hal ini menyebakan banyak air menggenang di lantai. Crepe yang telah selesai digiling kemudian ditimbang dan dilakukan proses pengeringan. Pengeringan dilakukan secara alami dengan bantuan matahari selama 30-45 hari.

B. Neraca Massa