Prinsip Produksi Bersih yang Sudah Diterapkan Strategi Produksi Bersih yang Dapat Diterapkan

20

C. Penanganan Limbah yang Diterapkan

Penanganan limbah PT Condong Garut sudah menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Semua limbah cair dari proses produksi akhirnya akan masuk ke IPAL. Limbah cair tersebut diolah sedemikan rupa hingga tidak mencemari sungai ketika dibuang. Proses pengolahan limbah cair yang dihasilkan dari produksi RSS dan estate brown crape menggunakan sistem pengolahan biologi yang terdiri dari kolam rubber trap, kolam aerasi, kolam pengendapan dan kolam testimoni. Kolam rubber trap digunakan untuk memisahkan padatan dari limbah cair yaitu partikel-partikel karet yang tidak menggumpal pada proses koagulasi. Pengolahan biologi merupakan suatu teknik untuk pengolahan limbah cair yang mengandung senyawa organik dengan memanfaatkan kemampuan purifikasi alamiah oleh mikroba. Sistem proses biologi merupakan cara yang paling luas digunakan untuk mengolah limbah cair yang mengandung senyawa organik dan untuk meningkatkan efektivitas pengolahan limbah Metcalf dan Eddy, 1991. Pengolahan biologi yang dilakukan oleh PT Condong Garut dengan menggunakan sistem lumpur aktif. Proses lumpur aktif adalah suatu sistem yang menguraikan senyawa organik dengan menggunakan bakteri atau mikroba pengurai yang bersifat aerob dengan perbandingan keduanya dikontrol agar selalu tetap. Dalam proses penguraian senyawa organik dengan lumpur aktif dibuat bersinggungan dengan waktu yang memadai sambil diberikan pasokan oksigen udara sehingga senyawa organik dalam limbah akan terurai. Pada sistem lumpur aktif, berbagai macam bakteri, fungi, protozoa, dan metazoa hidup dalam kumpulan didalamnya dan membentuk struktur piramida rantai makanan. Sistem lumpur aktif terdiri dari kolam aerasi yaitu tempat lumpur aktif kumpulan dari mikroba dan bakteri aerob dan limbah cair bercampur sambil diberi udara oksigen. Di kolam ini senyawa organik BOD, COD diuraikan oleh mikroba aerob. Setelah penguraian senyawa organik di dalam kolam aerasi telah selesai, campuran lumpur dan air dialirkan ke kolam pengendapan untuk dilakukan pemisahan air dan lumpur. Air yang terpisah yang kandungan BODdan COD sudah berkurang dialirkan keluar ke kolam testimoni sedangkan lumpurnya dialirkan kembali ke kolam aerasi. Dari pengolahan limbah cair karet dengan sistem lumpur aktif dihasilkan lumpur berlebih yang berasal dari kolam pengendapan akhir dan padatan terapung scum. Scum merupakan hasil endapan melayang dari proses penguraian oleh bakteri. Scum tersebut dikeringkan dan diaplikasikan di sekitar tanaman kelapa sawit karena dapat untuk memperbaiki sifat fisik-kimia tanah.

D. Prinsip Produksi Bersih yang Sudah Diterapkan

Bahan baku berupa lateks kebun hasil sadapan yang diterima oleh pabrik, sebelum dikirim ke pabrik untuk diolah telah mengalami penyaringan di stasiun penerimaan lateks yang berada di areal perkebunan karet. Penyaringan tersebut menyebabkan lateks yang diterima oleh pabrik, telah bebas dari limbah padat berupa ranting, daun ataupun bahan padat lain yang tercampur dalam lateks. Usaha penyaringan lateks di stasiun dapat mengurangi beban limbah yang akan ditangani oleh IPAL pabrik. Selain itu usaha produksi bersih dilakukan dengan cara menggunakan kembali lump mangkok, scraps dan serpihan sisa pengolahan RSS slab basah untuk bahan baku pembuatan estate brown crape. Selain itu menggunakan kembali lump busa untuk diolah dan digunakan sebagai pelapis RSS jenis cutting. Selain itu, tata letak di PT Condong Garut sudah sesuai urutan proses produksi sehingga proses produksinya efisien dan lantai produksi juga sudah berupa keramik sehingga keadaan ruangan produksi terlihat bersih. 21 Tabel 3. Karakteristik Limbah Hasil Pengolahan IPAL Komponen Satuan Maksimum Sebelum IPAL Setelah IPAL pH BOD COD N-Nitrat NH 3 -N TSS mgl mgl mgl mgl mgl 6-9 100 250 25 15 100 6,27 1778 2970 32,24 5,45 600 7,19 12 19,8 3,6 2,21 18

E. Strategi Produksi Bersih yang Dapat Diterapkan

Produksi bersih dapat meningkatkan efisiensi produksi dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan. Pada dasarnya PT Condong Garut sudah mengetahui pilihan-pilihan yang dapat memperbaiki produksi karet. Namun hal ini belum dapat dilakukan karena berbagai alasan. Pilihan produksi bersih yang dapat diterapkan oleh PT Condong Garut antara lain penerapan good housekeeping yang meliputi penghematan air dengan adanya pemantauan air dan membuat bak penampungan bahan baku bokar untuk meningkatkan kualitas produk estate brown crepe yang dihasilkan. Produksi bersih juga dilakukan dengan penggantian bahan penggumpal yang alami yakni asap cair yang berasal dari pirolisis cangkang kelapa sawit dan pemanfaatan partikel karet yang terdapat pada kolam rubber trap untuk bahan baku alas kaki.

F. Analisis Alternatif Penerapan Produksi Bersih secara Kajian di Lapangan