Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Proses Produksi

12

IV. PROFIL INDUSTRI

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pada awalnya perkebunan Condong Garut merupakan perkebunan swasta Inggris yang berkedudukan di London, sedangkan kepengurusannya dilaksanakan oleh NV J.A. WATTIE CO. Ltd yang berkedudukan di Jakarta, perkebunan ini dibuka sejak tahun 1900 namun secara resmi akte pendiriannya baru pada tahun 1910 dengan tanaman karet sebagai tanaman pokok pada saat itu. Sejak tahun 1963 sampai dengan sekarang, perkebunan Condong Garut telah beberapa kali berganti nama serta pemilik. Mulai perkebunan Condong P.P. Dwikora V sampai kini di bawah pemilik PT. Rejosari Bumi dan Hutomo Mandala Putra di bawah pimpinan Bapak H. Herry Sunardi. Komoditas Karet ditanam di atas lahan seluas 2529.43 Ha dan areal lahan pembibitan seluas 9.67 Ha. Pabrik pengolahan dibangun pada tahun 1987 dengan luas pabrik 0.85 Ha, dapat menghasilkan karet kering sebanyak 4-5 ton per hari. Produk yang dihasilkan adalah RSS dan estate brown crepe. Kualitas karet terdiri dari RSS I, RSS II, dan Cutting serta estate brown crepe I, II, III, dan cutting

B. Proses Produksi

a. Ribbed Smoked Sheet RSS Ribbed Smoked Sheet RSS adalah salah satu produk yang paling baik dari suatu pabrik pengolahan getah karet atau lateks. Produk ini merupakan lembaran karet tipis, berwarna kuning kecoklatan dan agak transparan serta mempunyai kelenturan yang sangat baik. Proses pengolahan RSS di PT Condong Garut dimulai dengan penerimaan lateks di pabrik. Lateks dari tangki pengangkut dimasukkan ke dalam bak penampung, terlebih dahulu diambil contohnya untuk pembuatan monster atau contoh. Lateks yang telah diterima kemudian dialirkan dari tangki pengangkut ke bak penampungan dan dilakukan penyaringan. Penyaringan lateks ini dilakukan untuk memisahkan lateks dari kotoran-kotoran yang ikut bersama lateks serta memisahkan lateks dari lump busa. Penyaringan dilakukan di atas bak penampung dengan menggunakan saringan kasar 60 mesh. Proses selanjutnya adalah pengenceran yang merupakan perlakuan mengubah kadar karet kering KKK kebun menjadi KKK baku yang dikehendaki. Dengan adanya pengenceran ini maka akan diperoleh koagulum yang mempunyai kekuatan yang sama, sehingga penggilingan berjalan lancar. Air yang digunakan pada proses pengenceran ini tergantung kepada kepekatan lateks awal dan kepekatan yang diminta untuk proses pengolahan selanjutnya. Proses selanjutnya pembekuan yang bertujuan untuk mempersatukan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, sehingga menjadi satu gumpalan atau koagulum. Tingkat kekerasan koagulum tergantung pada KKK, lama pembuatan, dan jumlah asam yang ditambahkan. Semakin tinggi KKK dalam lateks akan semakin keras pula gumpalannya. Semakin lama proses pembekuan berlangsung dan semakin banyak asam yang ditambahkan, akan semakin keras pula koagulum yang dihasilkan Sebelum penambahan asam format, dilakukan penyaringan dengan menggunakan saringan halus 40 mesh, busa yang berada di permukaan lateks dibuang. Pembuangan dengan menggunakan plat aluminium yang dibengkokkan. Sesudah asam format ditambahkan ke dalam lateks kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk. Hasil pengadukan ini 13 menimbulkan busa sehingga busa dibuang kembali untuk kedua kalinya. Setelah busa dibuang semua, kemudian dipasang sekat. Sebelum sekat-sekat itu dipasang, sekat dibasahi terlebih dahulu dengan air agar tidak ada udara yang terjepit dan tidak ada gelembung udara dalam RSS yang dihasilkan. Proses pembekuan ini biasanya berlangsung sekitar 1-2 jam. Proses selanjutnya adalah penggilingan yang bertujuan untuk memisahkan sebagian besar air yang terkandung dalam gumpalan. Dengan cara penggilingan permukaan sheet menjadi lebih lebar, sehingga akan mempercepat pengeringan. Dengan adanya alur pada sheet juga akan berpengaruh pada pengemasan, karena sheet tidak mudah melekat antara sheet satu dengan lainnya. Di atas gilingan-gilingan tersebut dilengkapi dengan saluran air bersih yang disemprotkan untuk pencucian lembaran karet selama penggilingan. Lembaran karet setelah digiling, dicuci dalam bak berisi air bersih sehingga lembaran bersih dari serum dan tidak melekat satu sama lainnya, serta untuk menghindarkan penampakan yang menghitam pada karet keringnya dan menghambat pertumbuhan jamur. Pencucian juga dapat menyebabkan warna karet menjadi muda dan jernih. Lembaran karet setelah dicuci digantung untuk membiarkan air menetes paling lama satu jam. Penetesan tidak boleh terlalu lama, sebab dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahn seperti timbulnya noda merah pada sheet kering. Penetesan dilakukan pada tempat yang berangin dan teduh. Proses selanjutnya adalah pengasapan dan pengeringan bertujuan agar bahan–bahan yang ada di dalam asap yang mempunyai sifat pengawet diserap oleh permukaan karet yang masih basah. Selain sebagai pengawet, asap juga berfungsi sebagai pengering. Mutu sheet yang baik dapat diperoleh dengan cara mengatur jumlah asap, suhu dan sirkulasi udara yang diperlukan dengan baik dan tepat. b. Estate Brown Crepe Estate Brown crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah. Proses pertama adalah penerimaan bahan baku di ruang produksi. Bahan baku brown crepe berasal dari lump mangkok dari perkebunan, lump busa, scrap pohon, dan serpihan sisa pengolahan RSS. Bahan baku tersebut ditimbang terlebih dahulu kemudian bahan baku dimasukkan ke dalam bak yang sebelumnya sudah diisi air untuk dilakukan pencucian. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan berbagai macam kotoran pada bahan baku. Dalam waktu bersamaan, dilakukan juga proses sortasi bahan baku. Proses sortasi bahan baku ini untuk memisahkan bahan baku yang masih dalam kondisi baik dan yang jelek. Bahan baku yang baik biasanya berasal dari lump busa dan sisa pengolahan RSS slab basah, sedangkan bahan baku yang jelek berasal dari lump mangkok ataupun scraps yang biasanya terkontaminasi oleh daun, ranting ataupun kerikil. Proses selanjutnya adalah proses pencacahan yang bertujuan untuk menghancurkan padatan dan menghancurkan kotoran dan lendir pada bahan baku. Kemudian dilanjutkan proses pembentukan crepe, dimana dibentuk lembaran kasar dengan ketebalan sampai 5 mm. Pada proses pembentukan ini lump cacahan akan dipres dan dibentuk menjadi lembaran setengah jadi lembaran kasar. Pada proses ini digunakan cairan H 2 SO 4 Asam Sulfat untuk membentuk lembaran crepe yang mantap. Kemudian dilanjutkan proses finishing yakni membentuk lembaran dengan penggiling dengan ketebalan 2-5 mm. Setelah semua lembaran crepe selesai terbentuk kemudian ditimbang dan dilakukan proses pengeringan dengan bantuan matahari. Proses pengeringan dilakukan selama 30-45 14 hari lamanya. Setelah lembaran crepa kering merata, maka dilakukan sortasi crepe dimana ada tiga mutu yakni brown crepe I, brown crepe II, brown crepe III, dan cutting. 15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN