19 4.
Finishing
Gambar 13. Neraca massa proses finishing 5. Pengeringan
Gambar 14. Neraca massa proses pengeringan Tabel 2. Sistem Kesetimbangan Massa Proses Produksi Karet
Proses Input Produk
Limbah Sumber
Data Pilihan
Produksi Bersih
A. RSS
• Penerimaan lateks • Pengenceran
• Pembekuan • Penggilingan
• Pengeringan
B. Estate Brown Crepe
• Pencucian dan Sortasi
• Pencacahan • Pembentukan
• Finishing • Pengeringan
Lateks kebun Lateks bersih
dan air Camp. Lateks
dan asam format Bekuan tebal
dan Air Bekuan tipis
Lump, scrap dan slab basah
Lump bersih Lump cacah dan
asam sulfat Crepe tebal dan
asam sulfat Crepe tipis
Lateks bersih Camp Lateks
Bekuan tebal Bekuan tipis
RSS
Lump bersih Lump cacah
Crepe tebal Crepe tipis
Estate brown crepe
Lump busa Lump busa
Lump busa Slabs basah
dan air Uap air
Air dan kotoran
Air Air
Air Uap Air
2 1
3 3
3
2 3
3 3
3 Bahan baku EBC
Bahan baku EBC Bahan baku EBC
Bahan baku EBC IPAL
IPAL IPAL
IPAL IPAL
IPAL
Keterangan 1. Pengukuran langsung
2. Informasi dari lapangan 3. Studi pustaka
Crepe tebal 728 kg
Air 480 kg
Finishing Crepe tipis
532 kg Limbah cair
676 kg
Crepe tipis 532 kg
Pengeringan Estate Brown Crepe
317 kg Uap air
532
20
C. Penanganan Limbah yang Diterapkan
Penanganan limbah PT Condong Garut sudah menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Semua limbah cair dari proses produksi akhirnya akan masuk ke IPAL. Limbah
cair tersebut diolah sedemikan rupa hingga tidak mencemari sungai ketika dibuang. Proses pengolahan limbah cair yang dihasilkan dari produksi RSS dan estate brown crape menggunakan
sistem pengolahan biologi yang terdiri dari kolam rubber trap, kolam aerasi, kolam pengendapan dan kolam testimoni. Kolam rubber trap digunakan untuk memisahkan padatan dari limbah cair
yaitu partikel-partikel karet yang tidak menggumpal pada proses koagulasi. Pengolahan biologi merupakan suatu teknik untuk pengolahan limbah cair yang
mengandung senyawa organik dengan memanfaatkan kemampuan purifikasi alamiah oleh mikroba. Sistem proses biologi merupakan cara yang paling luas digunakan untuk mengolah
limbah cair yang mengandung senyawa organik dan untuk meningkatkan efektivitas pengolahan limbah Metcalf dan Eddy, 1991. Pengolahan biologi yang dilakukan oleh PT Condong Garut
dengan menggunakan sistem lumpur aktif. Proses lumpur aktif adalah suatu sistem yang menguraikan senyawa organik dengan
menggunakan bakteri atau mikroba pengurai yang bersifat aerob dengan perbandingan keduanya dikontrol agar selalu tetap. Dalam proses penguraian senyawa organik dengan lumpur aktif dibuat
bersinggungan dengan waktu yang memadai sambil diberikan pasokan oksigen udara sehingga senyawa organik dalam limbah akan terurai.
Pada sistem lumpur aktif, berbagai macam bakteri, fungi, protozoa, dan metazoa hidup dalam kumpulan didalamnya dan membentuk struktur piramida rantai makanan. Sistem lumpur
aktif terdiri dari kolam aerasi yaitu tempat lumpur aktif kumpulan dari mikroba dan bakteri aerob dan limbah cair bercampur sambil diberi udara oksigen. Di kolam ini senyawa organik BOD,
COD diuraikan oleh mikroba aerob. Setelah penguraian senyawa organik di dalam kolam aerasi telah selesai, campuran lumpur dan air dialirkan ke kolam pengendapan untuk dilakukan
pemisahan air dan lumpur. Air yang terpisah yang kandungan BODdan COD sudah berkurang dialirkan keluar ke kolam testimoni sedangkan lumpurnya dialirkan kembali ke kolam aerasi.
Dari pengolahan limbah cair karet dengan sistem lumpur aktif dihasilkan lumpur berlebih yang berasal dari kolam pengendapan akhir dan padatan terapung scum. Scum merupakan hasil
endapan melayang dari proses penguraian oleh bakteri. Scum tersebut dikeringkan dan diaplikasikan di sekitar tanaman kelapa sawit karena dapat untuk memperbaiki sifat fisik-kimia
tanah.
D. Prinsip Produksi Bersih yang Sudah Diterapkan