25
G. Analisis Alternatif Penerapan Produksi Bersih secara Kualitatif
Analisis alternatif penerapan produksi bersih secara kualitatif ini dilakukan menggunakan proses hirarki analitik Analytical Hierarchy ProcessAHP. Prinsip kerja AHP adalah
penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarkhi Marimin dan Maghfiroh, 2010.
Struktur hirarkhi penerapan produksi bersih yang diambil dari industri pengolahan karet dapat dilihat pada Gambar 15. Pada Gambar 15. menunjukkan struktur hirarki dari kasus
permasalahan yang ingin diteliti yakni pemilihan alternatif produksi bersih pada industri pengolahan karet yang berdasarkan tiga faktor yakni lingkungan, ekonomi, dan teknik. Garis –
garis yang menghubungkan kotak – kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai adalah penerapan produksi bersih pada pengolahan karet dengan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap persoalan tersebut yakni lingkungan,
teknis dan ekonomi. Aktor yang berpengaruh antara lain pelaku industri, litbang, dan lembaga pemerintahan. Strategi yang ditawarkan antara lain penerapan good housekeeping yang meliputi
pemantauan pemakaian air dan pembuatan bak penampung untuk bokar. Selain itu penggantian bahan penggumpal yang anti bakteri, pemanfaatan partikel-partikel karet yang masih terdapat pada
rubber trap, dan pemberian insentif kepada pelaku industri yang menerapkan produksi bersih.
Gambar 15. Struktur Hirarki dengan Analitycal Hierachy Process AHP Penerapan Produksi Bersih pada Pengolahan Karet
Hasil pengolahan pendapat pakar dipaparkan pada Gambar 16, dimana dapat diketahui bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi upaya penerapan produksi bersih, faktor lingkungan
merupakan faktor terpenting dengan bobot 0,655, kemudian faktor teknis 0,206 dan ekonomi 0,139. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam
penerapan produksi bersih dalam pengolahan karet. Diharapkan dengan penerapan produksi bersih perbaikan lingkungan dapat dilakukan. Aktor yang berpengaruh dengan nilai bobot terbesar
sampai terkecil adalah pelaku industri 0.638, lembaga pemerintahan 0.218, dan litbang 0.142.
Pelaku Industri Litbang
Penerapan Produksi Bersih Pada Pengolahan Karet
Ekonomi Lingkungan
Teknis
Lembaga pemerintahan
Penerapan Good
Housekeeping Penggunaan
koagulan yang mengandung
anti bakteri Pemberian
Insentif bagi pelaku industri
yang menerapkan produksi bersih
Pemanfaatan partikel karet
dalam rubber trap
26
Synthesis with respect to:
Goal: Penerapan produksi bersih pada pengolahan karet
Overall Inconsistency = ,05
penerapan good housekeeping ,277
pemanfaatan partikel karet ,272
penggunaan koagulan antibakteria ,258
pemberian insentif ,194
Hal ini menunjukan bahwa pelaku industri memegang peranan penting untuk menunjang terlaksananya produksi bersih pada pengolahan karet. Pelaku industri sebagai pelaksana
komitmen, kepemilikan modal, dan yang mengaplikasikan strategi yang ditawarkan. Kepemilikan modal saja tentu tidak akan cukup jika tidak didukung dari segi pengembangan teknologi atau
informasi lain terkait penerapan produksi bersih pada pengolahan karet. Sementara itu, lembaga pemerintahan menempati posisi kedua sebagai aktor yang berpengaruh karena menurut pendapat
pakar, dukungan yang diberikan pemerintah juga mempengaruhi dalam menjalankan penerapan produksi melalui penilaian terhadap penanganan limbah pada industri.
Gambar 16. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP Menurut Kementerian Lingkungan Hidup 2000, pelaksanaan produksi bersih lebih
mengarahkan pada pengaturan diri sendiri self regulation, daripada pengaturan secara command and control. Jadi pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan
pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap, cara pandang, dan tingkah laku.
Gambar 17. Hasil perhitungan bobot alternatif strategi produksi bersih dengan AHP Dari pengolahan data menggunakan Expert Choice 2000, Gambar 17 dapat dilihat
sttrategi penerapan good housekeeping menempati posisi pertama dengan bobot 0,277. Dilanjutkan dengan strategi pemanfaatan partikel karet sebesar 0,272, kemudian strategi penggantian koagulan
antibakteria sebesar 0,258 dan pemberian insentif bagi pelaku industri sebesar 0,194. Hal ini berarti untuk penerapan produksi bersih dalam pengolahan karet, alternatif strategi yang
diprioritaskan terlebih dahulu adalah penerapan good housekeeping. Hasil AHP dikatakan sudah konsisten jika memiliki nilai ratio konsistensi maksimal 10.
Jika lebih dari 10 maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki. Dari pengolahan data menggunakan expert choice 2000, diperoleh nilai inkonsistensi sebesar 0,05. Hal ini berarti hasil
27 yang diperoleh dapat dikatakan sudah konsisten dan cukup akurat karena masih dalam batas rasio
konsistensi 10.
H. Implementasi Produksi Bersih