Kajian Peluang Aplikasi Produksi Bersih di Industri Kelapa Sawit. Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina-Perbaungan, Sumatera Utara

(1)

KAJIAN PELUANG APLIKASI PRODUKSI BERSIH

DI INDUSTRI KELAPA SAWIT

Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Perbaungan, Sumatera Utara

SKRIPSI

PANJI MAULANA

F34080002

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

i STUDY OF CLEANER PRODUCTION IMPLEMENTATION IN PALM OIL INDUSTRY

A CASE STUDY AT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT USAHA ADOLINA-PERBAUNGAN, NORTH SUMATERA

Panji Maulana, Tajuddin Bantacut, Suprihatin

Departement of Agroindustry, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.

Phone/Fax : 62 251862 5088, 62 251862 1974 ABSTRACT

Palm oil mill is one of the most important industries that supporting the Indonesian’s economy in vacancy of employment, the provision of industrial raw materials, development, and sources of national revenue from non-gas sector. Palm oil mill produces CPO (Crude Palm Oil) and PKO (Palm Kernel Oil). Environmental pollution is one of consequence from palm oil mill that needs special concern. This condition can make a dangerous effect for human and environment. Cleaner production is one of the efforts to improve effectiveness, efficiency of the process, and minimize waste. This research identifies the alternatives recommended of cleaner production in palm oil mill using the case study of palm oil mills at PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina. The focus of the analysis is done by looking at the financial aspects of the implementation of the recommended alternative. Determination of priorities to be carried out by AHP (Analytical Hierarchy Process) from experts. The analysis showed that implementation of recommended alternative provide some benefits. The application of good house-keeping will give financial gain Rp. 1.8941 billion/year, process modification will provide Rp. 0.2843 billion/year, and on-site reuse of Rp. 1.6934 billion/year. Alternative assessment of AHP seen from technical factors, economic, and environmental. The priority of alternative that will be implemented are optimization Standar Operational Procedure (0.179), efficiency of water use (0.167), good operating procedures (0.152), use of palm oil mill effluent as biogas (0.152), optimizing the utilization of EFB (0.116), FFA controlling (0.104), collecting split oil by making condensate pond (0.083), and the last is preventing contaminant of FFB (0.046).


(3)

ii PANJI MAULANA. F3408002. Kajian Peluang Aplikasi Produksi Bersih Di Industri Kelapa Sawit. Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina-Perbaungan, Sumatera Utara. Di bawah bimbingan Tajuddin Bantacut dan Suprihatin. 2013

RINGKASAN

Agroindustri kelapa sawit menghasilkan minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil). Total produksi minyak sawit dunia pada November 2012 telah mencapai 52,32 juta ton dan didominasi Indonesia mencapai 51,59%. Data tersebut menunjukkan produksi minyak sawit dunia terus meningkat yang berarti permintaan minyak sawit dunia terus bertambah. Produksi minyak sawit di Indonesia sendiri pada akhir tahun 2012 telah mencapai 28,00 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan telah mencapai 6,30%. Permintaan ekspor bahkan telah mencapai 19,60 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9,50%. Permintaan CPO dunia mengakibatkan kemajuan teknologi pengolahan CPO yang secara tidak langsung berpengaruh pada hasil samping yang dihasilkan. Pencemaran pada lingkungan hidup merupakan masalah dunia yang akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak karena dapat menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan. Salah satu sistem penanganan dan pengolahan limbah yang dilakukan yaitu EOP (End of Pipe). EOP adalah sistem pengolahan lingkungan yang dilakukan setelah limbah terbentuk. Model pendekatan penanganan seperti ini hanya mengubah bentuk limbah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Selain itu model pengelolaan lingkungan dengan penerapan EOP hanya bereaksi setelah limbah terbentuk. Untuk mengatasi hal tersebut maka model produksi bersih (cleaner production) dapat diterapkan sebagai pemecahan masalah. Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhada Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alternatif-alternatif potensi untuk penerapan produksi bersih, mengevaluasi kelayakan tindakan alternatif secara teknik, ekonomi, dan lingkungan, menentukan pilihan terbaik dari alternatif, memformulasikan rekomendasi perencanaan dan penerapan produksi bersih, serta menentukan pilihan alternatif terpilih pelaksanaan produksi bersih dengan metode kualitatif berupa AHP (Analytical Hierarchy Process) dari para pakar yang berkompeten dalam bidang perkelapa sawitan sebagai pendukung keputusan. Metode pelaksanaan kajian ini yaitu tahapan persiapan, pengumpulan data primer dan sekunder, mengidentifikasi proses produksi dan limbah yang dihasilkan, penentuan potensi alternatif secara teknik, lingkungan, dan analisis finansial. Konsep produksi bersih direkomendasikan sebagai upaya untuk memberikan keuntungan dalam hal teknik, ekonomi, dan lingkungan untuk perusahaan atau industri pengelola kelapa sawit. Pada penelitian ini direkomendasikan tiga teknik produksi bersih yang dilaksanakan yaitu good house-keeping, modifikasi proses, dan on site reuse. Alternatif terpilih dari teknik good house-keeping yaitu optimasi penegasan SOP, tata cara operasi yang baik, efisiensi pengunaan air, pengendalian asam lemak bebas, dan upaya pencegahan kontaminan pada buah. Alternatif terpilih dari teknik modifikasi proses dilakukan dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan kolam penampung minyak dari air kondensat. Untuk teknik on site reuse dilakukan dengan pemanfaatan limbah cair sebagai biogas dan pemanfaatan losses tandan kosong kelapa sawit pengganti pupuk organik.

Penerapan good house-keeping yang direkomendasikan mampu menghasilkan penerimaan untuk industri kelapa sawit sebesar Rp. 1.894.118.036 per tahun. Aplikasi modifikasi proses menghasilkan penerimaan tambahan sebesar Rp. 248.355.091 per tahun. Dan untuk penerapan teknik produksi


(4)

iii bersih on site reuse (pemanfaatan limbah) menghasilkan penerimaan kepada industri kelapa sawit yaitu sebesar Rp. 1.693.941.992 per tahun. Jika dilihat dari skala prioritas tertinggi berdasarkan penilaian AHP (Analytical Hierarchy Process), maka alternatif terpilih yang direkomendasikan untuk dilaksanakan berturut-turut yaitu optimasi penegasan standar operasional prosedur, efisiensi penggunaan air, tata cara operasi yang baik, pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif biogas, optimasi pemanfaatan tandan kosong sebagai pengganti pupuk, pengendalian asam lemak bebas dengan pengaturan jadwal panen dan efisiensi penggunaan truk, pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan kolam penampung minyak dari air kondensat, dan pencegahan kontaminasi pada buah.


(5)

iv

KAJIAN PELUANG APLIKASI PRODUKSI BERSIH

DI INDUSTRI KELAPA SAWIT

Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Perbaungan, Sumatera Utara

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh

PANJI MAULANA

F34080002

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(6)

v Judul Skripsi : Kajian Peluang Aplikasi Produksi Bersih di Industri Kelapa Sawit.

Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina-Perbaungan, Sumatera Utara

Nama : Panji Maulana NIM : F34080002

Menyetujui,

Mengetahui:

Ketua Departemen,

NIP. 19621009 198903 2 001 (Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)

Tanggal lulus:

Pembimbing II,

(Prof. Dr.-Ing. Ir. Suprihatin) NIP. 19631221 199003 1 002 Pembimbing I,

(Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc.) NIP 19590503 198703 1 001


(7)

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul : Kajian Peluang Aplikasi Produksi Bersih di Industri Kelapa Sawit : Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina-Perbaungan, Sumatera Utara adalah hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc. dan Prof. Dr.-Ing. Ir. Suprihatin dan belum diajukan pada perguruan tinggi dan Instansi manapun dan dimana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013 Yang membuat pernyataan

Panji Maulana F34080002


(8)

vii © Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(9)

viii

BIODATA PENULIS

Penulis lahir di Dolok Merangir, Sumatera Utara pada tanggal 15 Januari 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Heriadi dan Ibu Dharmawaty Sinaga. Pendidikan formal ditempuh penulis di SD Negeri 091598 Dolok Merangir pada tahun 1996-2002, SLTP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar pada tahun 2002-2005, dan SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar pada tahun 2005-2008. Setelah lulus SMA, penulis lalu melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan kemudian diterima melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) angkatan 45 dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan non-akademik ekstrakampus diantaranya Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan (IMMAM), Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dalam organisasi tersebut Alhamdulillah penulis diberikan amanah untuk menjabat sebagai Pengurus Divisi Keagamaan IMMAM periode 2009-2010, Staff Departemen Human Resource Development HIMALOGIN IPB periode 2009-2010, Wakil Ketua BEM Fateta IPB Kabinet Totalitas Reaksi periode 2010-2011, dan Kepala Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan HMI Komisariat Fakultas Teknologi Pertanian IPB (Fateta IPB) periode 2010-2011. Selama aktif di organisasi, penulis sering terlibat dalam kepanitiaan dan berbagai acara yang diselenggarakan baik di IPB maupun di luar IPB. Penulis pernah mengikuti program Praktik Lapangan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina, Perbaungan- Sumatera Utara pada tahun 2012.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitiaan dan penyusunan skripsi yang berjudul Kajian Peluang Aplikasi Produksi Bersih di Industri Kelapa Sawit : Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Perbaungan, Sumatera Utara. Tak lupa pula shalawat beriring salam atas junjungan Tauladan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejak Juni 2012 sampai dengan September 2012 di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Perbaungan-Sumatera Utara. Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari semua pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc. selaku pembimbing utama dan Prof. Dr.-Ing. Ir. Suprihatin selaku pembimbing kedua, yang dengan sangat sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Endang Warsiki, M.T. selaku dosen penguji yang memberikan perbaikan dan saran yang membangun dalam penyempurnaan penulisan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Endang Gumbira Sa’id, MA. Dev., Fitri Efendi, S.T., dan Ir. Solahuddin yang telah bersedia menjadi responden dalam pengisian kuisioner AHP (Analytical Hierarchy Process). 4. Ir. Eka Priari selaku Manajer Unit di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina yang telah banyak membagi ilmu dan pengalamannya.

6. Mamak, Abah, kedua saudaraku, Azhari Praja Kesuma dan Muhammad Tomy Andrian serta keluarga besar Alm. Awalludin Tha’ib dan Alm. J. Sinaga yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.

7. Tori, Teguh, Dody, Ida, Niza, Rosyid, Dhani, Yudha, Anton, Dolly, Melisa dan teman-teman TIN IPB terutama TIN 45 seperjuangan atas dukungan dan doa, serta sarannya. Teman-teman IMMAM Medan, IkanMas Siantar, wisma mahameru, dan markas Grawida buat dukungannya. 8. Pihak lain yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memerlukan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian khususnya dalam bidang industri kelapa sawit serta bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Maret 2013 Panji Maulana


(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar... ix

Daftar Tabel... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

II. Tinjauan Pustaka 2.1. Tanaman Kelapa Sawit ... 3

2.2. Minyak Sawit ... 6

2.3. Limbah Industri Kelapa Sawit ... 9

2.4. Produksi Bersih ... 11

III. Metodologi 3.1. Kerangka Pemikiran ... 16

3.2. Tahap Penelitian dan Pengumpulan Data ... 16

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

IV. Gambaran Umum Perusahaan 4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 19

4.2. Letak Geografis ... 19

4.3. Luas Lahan ... 20

4.4. Struktur Organisasi ... 20

4.5. Ketenagakerjaan ... 22

4.6. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 23

4.7. Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001-2008) dan Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001-2004) ... 23

4.8. RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) ... 23

4.9. Sistem Pengupahan ... 24

V. Aspek dan Dinamis Peneraan Produksi Bersih 5.1. Penanganan Bahan Baku ... 25

5.2. Proses Produksi (Minyak dan Inti Sawit) ... 27

5.3. Penanganan Limbah Yang Diterapkan ... 36

5.4. Analisis Aplikasi Produksi Bersih ... 41

VI. Implikasi Operasional Perusahaan 6.1. Penegasan Standar Operasional Prosedur ... 61

6.2. Efisiensi Penggunaan Air ... 62

6.3. Tata Cara Operasi yang Baik ... 62

6.4. Pemanfaatan LCPKS Sebagai Biogas ... 63

6.5. Optimasi Pemanfaatan Tandan Kosong ... 64

6.6. Pengendalian Asam Lemak Bebas ... 65

6.7. Pengutipan Minyak ... 65


(12)

xi VII. Kesimpulan dan Saran

7.1. Kesimpulan ... 68

7.2. Saran ... 68

Daftar Pustaka... 69


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Taksonomi tanaman kelapa sawit ... 3

Tabel 2. Ciri-ciri buah Dura, Pisifera, dan Tenera ... 5

Tabel 3. Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit Tabel 4. Standar Nasional Indonesia tentang syarat mutu minyak dan inti sawit ... 7

... 7

Tabel 5. Standar kualitas minyak sawit ... 8

Tabel 6. Kandungan hara limbah padat kelapa sawit ... 9

Tabel 7. Kualitas limbah cair (inlet) pabrik kelapa sawit ... 10

Tabel 8. Tahap proses, fungsi, dan limbah pengolahan kelapa sawit ... 11

Tabel 9. Jumlah tenaga kerja Unit Usaha Adolina 2012 ... 22

Tabel 10. Derajat kematangan buah ... 25

Tabel 11. Data analisis limbah cair pabrik kelapa sawit ... 38

Tabel 12. Hasil pemantauan pengukuran emisi gas buang pabrik kelapa sawit ... 40

Tabel 13. Hasil pengujian udara ambient pabrik kelapa sawit ... 40

Tabel 14. Hasil uji kadar kotoran terhadap buah yang jatuh ... 42

Tabel 15. Losses minyak terikut tandan kosong ... 48

Tabel 16. Nutrisi dalam tandan kosong ... 49

Tabel 17. Kesetaraan nilai biogas dengan beberapa bahan bakar ... 54

Tabel 18. Komposisi biogas ... 54

Tabel 19. Emisi metana dan produksi limbah cair pabrik kelapa sawit Tabel 20. Penentuan penilaian prioritas produksi bersih ... 57


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ... 3

Gambar 2. Penampakan buah kelapa sawit ... 4

Gambar 3. Penampakan varietas buah kelapa sawit ... 5

Gambar 4. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ... 6

Gambar 5. Produksi dan volume ekspor CPO di Indonesia ... 8

Gambar 6. Teknik pelaksanaan produksi bersih ... 15

Gambar 7. Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina Gambar 8. Letak geografis Unit Usaha Adolina dalam google map dan peta ... 20

... 19

Gambar 9. Siklus perebusan tiga puncak (tripple peak) ... 30

Gambar 10. Neraca massa stasiun perebusan ... 31

Gambar 11. Neraca massa stasiun penebahan ... 32

Gambar 12. Neraca massa stasiun pengempaan ... 33

Gambar 13. Neraca massa stasiun pemurnian ... 35

Gambar 14. Neraca massa stasiun pabrik biji ... 36

Gambar 15. Struktur kimia pembentukan asam lemak pada minyak ... 43

Gambar 16. Desain pembuatan pintu manhole ... 50

Gambar 17. Statistik pemakaian air ... 51

Gambar 18. Struktur hierarki dalam pembobotan pakar ... 58


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pohon industri tanaman kelapa sawit ... 74

Lampiran 2. Diagram alir penelitian ... 75

Lampiran 3. Kuisioner AHP (Analytical Hierarchy Process) ... 76

Lampiran 4. Flowsheet proses produksi pabrik kelapa sawit ... 82

Lampiran 5. Standar (norma) di pabrik pengolahan ... 83

Lampiran 6. Denah pengolahan limbah (fat fit - kolam anaerobik) ... 84

Lampiran 7. Permasalahan dan alternatif produksi bersih pabrik kelapa sawit ... 85

Lampiran 8. Sistem penjadwalan waktu panen dan efisiensi penggunaan truk ... 91

Lampiran 9. Pembuatan kolam penampung air kondensat ... 96

Lampiran 10. Pemanfaatan losses tandan kosong dan minimasi buah terikut tandan kosong... ... 102

Lampiran 11. Penghematan penggunaan air ... ... 104

Lampiran 12. Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai biogas ... ... 105


(16)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Agroindustri memegang peranan penting dalam menopang perekonomian Indonesia baik dalam penyerapan tenaga kerja, penyediaan bahan baku industri, serta pembangunan dan pendapatan daerah hingga nasional dari sektor non gas. Pada era globalisasi seperti saat ini, peranan sektor pertanian berupa keterkaitan agronomi, agroindustri, dan agrobisnis sangat penting untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang lebih baik. Salah satu bentuk agroindustri yaitu industri kelapa sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit atau PKO

(Palm Kernel Oil). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman dari famili

palma yang dapat tumbuh di dataran rendah beriklim tropis basah yang dapat menghasilkan minyak sawit (Pahan, 2006). Minyak kelapa sawit yang dihasilkan ini yang menjadi andalan Indonesia sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif untuk budidaya tanamana kelapa sawit.

Berdasarkan data statistik Indeks Mundi USDA (2012) total produksi CPO dunia pada November 2012 telah mencapai 52,32 juta ton dan didominasi Indonesia mencapai 51,59% dan disusul Malaysia yang mencapai 35,35% sebagai negara produsen CPO. Dari data tersebut menunjukkan produksi CPO dunia terus meningkat yang berarti permintaan CPO dunia terus bertambah. Produksi CPO di Indonesia pada pertengahan November 2012 telah mencapai 27,00 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 6,30%. Permintaan ekspor bahkan telah mencapai 19,10 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,11%.

Permintaan CPO dunia mengakibatkan kemajuan teknologi pengolahan CPO yang secara tidak langsung berpengaruh pada hasil samping yang dihasilkan. Pencemaran pada lingkungan hidup merupakan masalah dunia yang akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan pencemaran dapat menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan. Salah satu penanganan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengolahan terhadap limbah yang dihasilkan agar limbah yang dibuang aman bagi manusia dan lingkungan. Penanganan limbah seperti ini dikenal dengan sistem EOP (End of Pipe). Dalam penerapan EOP masih sering didapatkan kendala seperti adanya efek samping berupa terbentuknya limbah padat (sludge) dan emisi gas yang bersifat polutan. Sehingga model pendekatan penanganan seperti ini seakan-akan hanya mengubah bentuk limbah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya (Bapedal, 1996). Wibowo (1996) menambahkan bahwa penerapan EOP hanya bereaksi setelah limbah terbentuk. Selain itu upaya perbaikan kerusakan dan pencemaran akibat limbah yang terbentuk membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk mengurangi hal-hal yang kurang menguntungkan dari penerapan EOP, maka pendekatan produksi bersih (cleaner production) dapat diterapkan sebagai pemecahan masalah. Produksi bersih adalah sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap (UNEP, 2003).

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina-Perbaungan merupakan salah satu industri kelapa sawit di Indonesia yang menghasilkan CPO. Industri ini menghasilkan limbah padat, cair, dan gas sebagai hasil samping dalam pengolahannya. Limbah-limbah yang dihasilkan ini dapat diminimasi untuk mengurangi biaya pengolahannya. Kebutuhan akan produksi bersih dirasakan


(17)

2 sangat perlu untuk diterapkan dengan upaya pencegahan, minimasi, dan memanfaatkan kembali

(reuse) terhadap limbah yang terbentuk. Kautsar (2006) menyebutkan alternatif good house-keeping,

tata cara operasi yang baik, dan modifikasi proses adalah salah satu alternatif produksi bersih yang harus dilakukan di industri kelapa sawit. Alternatif good house-keeping dilakukan dengan melakukan penutupan kebocoran, pengadaan SOP penyimpanan dan penanganan bahan, pengutipan buah tercecer, dan pemasangan peringatan. Alternatif tata cara operasi yang baik dilakukan dengan pelaksanaan pengawasan dan penambahan SOP. Modifikasi proses dilakukan dengan membuat kolam penampung air kondensat. Nanda (2010) menambahkan alternatif produksi bersih di Industri kelapa sawit bisa dilakukan dengan pemanfaatan kembali effluent pada hydrocylone dan pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dengan penerapan alternatif yang akan disajikan, maka industri kelapa sawit diharapkan tidak hanya mengutamakan dalam hal keuntungan saja, tapi juga menunjukkan kepedulianya terhadap lingkungan (sustainbility system). Konsep produksi bersih direkomendasikan sebagai upaya memberikan keuntungan dalam hal teknik, ekonomi, dan lingkungan untuk perusahaan terkait dan industri pengelola kelapa sawit lainnya.

1.2. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mempelajari konsep produksi bersih dan penerapannya dalam industri kelapa sawit.

b. Menganalisis alternatif-alternatif potensi untuk penerapan produksi bersih di setiap stasiun proses industri kelapa sawit.

c. Menentukan tindakan dari alternatif terpilih yang harus dilakukan sebagai upaya penerapan produksi bersih di industri kelapa sawit.

d. Menganalisis finansial dari investasi penerapan produksi bersih di industri kelapa sawit. e. Menentukan pilihan terbaik dari alternatif terpilih pelaksanaan produksi bersih di industri

kelapa sawit dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) dari para pakar. f. Rekomendasi perencanaan pelaksanaan produksi bersih.


(18)

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada masa Pemerintahan Belanda pada tahun 1848 di Kebun Raya Bogor. Pada waktu itu bernama s’Lands

Plantentuin Buitenzorg dimana benihnya didatangkan dari Inggris (Pahan, 2006). Yoseph Hooker di

tahun 1876 mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli-Sumatera Utara, namun sepuluh tahun berikutnya semua tanaman kelapa sawit ini ditebang habis dan diganti dengan tanaman kelapa. Budidaya tanaman kelapa sawit kemudian dilanjutkan pada tahun 1911 oleh seorang berkebangsaan Jerman, Schadt dengan mendirikan perkebunan kelapa sawit di Tanah Deli-Sumatera Utara. Pada tahun yang sama Andrien Hallet seorang berkebangsaan Belgia juga mendirikan perkebunan kelapa sawit di Pulau Raja Asahan-Sumatera Utara dan Sungai Liput-NAD. Tahun berikutnya perkebunan kelapa sawit semakin berkembang pesat khususnya di Pulau Sumatera. Penampakan tanaman kelapa sawit dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Sumber : LokerInside (2012)

Perkembangan kelapa sawit sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk turunan minyak lainnya yang dihasilkan terus meningkat. Hal ini menjadi sesuatu hal yang penting bagi devisa negara dalam perdagangan minyak di Indonesia dan dunia. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang termasuk palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani elaion atau minyak. Sedangkan nama spesies guineensis berasal dari Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Giunea (Ketaren, 1996). Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Taksonomi tanaman kelapa sawit Tingkat

Taksonomi Klasifikasi

Kingdom Plantae

Divisi Embryophita Siphonagama

Kelas Angiospermae

Ordo Monocotyledonae

Famili Arecaceae

Sub famili Cocoideae

Genus Elaeis

Spesies Elaeis guineensis Jacq.


(19)

4 Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting yang menghasilkan minyak nabati. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daratan rendah di daerah tropis basah. Daerah tropis basah berarti tanaman ini sangat cocok di Indonesia tepatnya di sepanjang garis khatulistiwa antara 23,50 LU sampai 23,50 LS. Kelapa sawit yang umum dibudidayakan di indonesia berspesies Elaeis guineensis Jacq. dan

Elaeis oleifera. Spesies Elaeis guineensis Jacq. mempunyai kemampuan produksi yang lebih tinggi

dibandingkan Elaeis oleifera. Namun spesies Elaeis oleifera memiliki tanaman yang lebih rendah sehingga lebih muda dipanen. Hingga saat ini para ahli terus melakukan penelitian untuk menyilangkan dua spesies ini.

Persyaratan tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik menurut Pahan (2006) yaitu daerah yang memiliki curah hujan ≥ 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (‹100 mm/bulan) tidak lebih dari tiga bulan. Temperatur atau suhu siang hari rata-rata 29-330C dan malam hari 22-240

a. Kelapa sawit adalah tanaman palmae yang bisa terus menghasilkan buah produktif lebih dari 10 tahun lebih.

C. Selain itu matahari bersinar sepanjang tahun minimal 5 jam perhari dengan ketinggian area tidak lebih dari 500 mdpl dan kelembaban yang tinggi. Pardamean (2008) menyebutkan kelapa sawit merupakan tanaman monokotil (berbiji tunggal) yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah. Tanaman ini adalah salah satu tanaman yang dibudidayakan. Seperti tanaman budidaya lainnya, kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kelapa sawit dapat menghasilkan buah bernilai ekonomis. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut :

b. Buah tersusun dalam sebuah tandan yang biasa disebut dengan TBS (Tandan Buah Segar) dan dalam satu pohon bisa menghasilkan 12-15 Tandan (Data Kantor Tanaman PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina).

c. Satu tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 15-30 kg, tersusun dari 600-2.000 buah. d. Buah diambil minyaknya dan menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) sebesar 20-24% dan 6%

inti sawit yang menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil) sebesar 3-4%.

Buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp. Eksokarp adalah lapisan kulit luar buah kelapa sawit yang keras dan licin. Lapisan ini berwarna hitam, ungu tua, atau hijau ketika buah masih muda dan berubah menjadi oranye, merah, atau kuning oranye ketika buah mulai matang. Mesokarp adalah lapisan daging buah yang mengandung minyak CPO dalam jumlah besar jika buah sudah masak. Sedangkan lapisan terakhir disebut dengan endokarp yang merupakan lapisan cangkang yang melindungi inti. Endokarp atau cangkang ini berwarna putih dan memiliki tekstur lunak ketika buah masih muda. Ketika buah sudah mulai masak, endokarp akan berubah menjadi keras dan berwarna merah (Sastrosayono, 2006). Penampakan bagian-bagian buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Penampakan buah (a. eksokarp, b. mesokarp, dan c. endokarp). Sumber : Fauziah (2011)

a c b


(20)

5 Tipe tanaman kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dapat dibedakan menjadi dura, pisifera, dan tenera. Tipe dura memiliki ketebalan tempurung 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis yaitu sekitar 35-50% dari buah brondol, dan kernel besar dengan kandungan minyak rendah. Jika dilakukan persilangan maka tipe dura dipakai sebagai pohon induk betina. Tipe pisifera memiliki ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada, memiliki daging buah tebal dan lebih tebal dari daging buah dura, serta daging biji sangat tipis. Tipe ini tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan tipe ini biasanya dipakai sebagai pohon induk jantan. Dari kombinasi antara tipe dura dan pisipera akan menghasilkan tipe tenera yang menghasilkan tempurung tipis (0,5-4,0 mm). Pada tipe tenera terdapat lingkaran serabut sekeliling tempurung, daging buah sangat tebal (60-96% dari buah), dan menghasilkan tandan buah lebih banyak walaupun berukuran relatif lebih kecil. Tipe varietas buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penampakan varietas buah kelapa sawit (Suprianto, 2010)

Naibaho (1996) menyebutkan bahwa kelapa sawit pada umumnya mengandung 67% daging buah, 23% tandan, dan 10% air dimana dalam pengolahan daging buah mampu menghasilkan 43% minyak kasar, 11% biji, dan 13% ampas. Setiap varietas tanaman kelapa sawit yang berbeda sudah pasti berbeda pula kandungan di dalamnya. Setiap varietas selalu memiliki ciri-ciri yang khas. Ciri-ciri yang khas tersebut meliputi ketebalan cangkang, persen cangkang, persen mesokarp, persen inti buah, dan kadar minyak yang terdapat didalamnya. Ciri-ciri dari varietas tanaman kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ciri-ciri buah Dura, Pisifera, dan Tenera

Komponen Dura Pisifera Tenera

Ketebalan cangkang (mm) 2-5 Tidak ada 1-2 % Cangkang/buah 20-50 Tidak ada 3-20

% Mesokarp/buah 20-65 92-97 60-90

% Inti/buah 4-20 3-8 3-15

Kadar minyak Rendah Tinggi Sedang

Sumber : Naibaho (1996)

Buah kelapa sawit mempunyai warna yang bervariasi dari ungu, merah, dan ada juga yang hitam. Warna yang bervariasi ini tergantung penggunaan bibit yang digunakan. Buah kelapa sawit akan membrondol pada tandan. Buah inilah yang akan menghasilkan minyak dimana dagingnya menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan intinya menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil). Kandungan minyak akan bertambah seiring dengan kematangan buah. Setelah melewati fase matang maka kandungan asam lemak bebas akan meningkat. Semakin tinggi asam lemak bebas maka semakin menurun pula kualitas minyak yang dihasilkan. Oleh karena itu buah dipanen pada saat masa panen yang tepat, tidak mentah, dan juga tidak terlalu matang. Panen kelapa sawit didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak minimum. Kondisi ini


(21)

6 terjadi saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu dimana kriteria kematangan dapat dilihat dari warna kulit dan jumlah buah yang membrondol pada setiap tandan tanaman kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Ekspansi lahan semakin luas untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan mencakup hampir seluruh provinsi di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian (2012), terdapat lima provinsi yang memiliki area perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia berturut-turut Provinsi Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. Luas lahan perkebunan di Indonesia berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 mencapai luasan 8,03 juta ha. Kepemilikan usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia dipegang oleh

3 stakeholder. Ketiga stakeholder tersebut yaitu perkebunan rakyat, perkebunan negara, dan

perkebunan swasta nasional. Komposisi kepemilikan perkebunan dominan dikuasai oleh perkebunan swasta nasional, disusul perkebunan rakyat, dan perkebunan negara (BUMN). Penggunaan lahan untuk tanaman kelapa sawit ini akan terus meningkat seiring waktu dan kebutuhan minyak nabati dunia. Pulau yang paling luas area perkebunan kelapa sawitnya yaitu Pulau Sumatera. Pulau Kalimantan dan Papua merupakan pulau yang saat ini masih sedikit ditanami, namun daerah ini sangat berpotensi untuk ditumbuhi dan dikembangkan budidaya kelapa sawit. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit (2006-2010) menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2012) disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia (juta ha) Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan (2012)

2.2. MINYAK SAWIT

Minyak sawit adalah suatu trigriserida yang merupakan senyawa gliserol dengan asam lemak yang berwarna kemerahan karena mengandung karotenoid (ẞ-Karotena), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar, serta dalam keadaan yang segar mengandung kadar asam lemak bebas yang rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Muchtadi (1992) mengartikan minyak sawit sebagai minyak yang diperoleh dari ekstraksi bagian mesokarp buah kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq.) yang tidak mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak kelapa sawit mengandung trigliserida hampir 94% dan komponen-komponen lainnya seperti karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipida dan glikolipida (Winarni, 2007). Trigliserida dapat berbentuk padat maupun cair. Hal ini bergantung


(22)

7 kepada komposisi asam lemak penyusunnya. Dalam minyak sawit terdapat banyak asam lemak (Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, 2007). Asam lemak adalah senyawa-senyawa dengan bersama-sama dengan gliserol dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam lemak biasanya berbentuk bebas karena lemak yang terhidrolisis (biasa disebut dengan asam lemak bebas) dan ada juga asam lemak yang terikat sebagai dan inti sawit menurut Eckey (1955) berbeda-beda dan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

(persen)

Minyak Inti Sawit (Persen)

Asam kaprilat - 3,0-4,0

Asam Kaproat - 3,0-7,0

Asam laurat - 46,0-52,0

Asam miristat 1,1-2,5 14,0-17,0

Asam palmitat 40,0-46,0 6,5-9,0

Asam stearat 3,6-4,7 1,0-2,5

Asam oleat 39,0-45,0 13,0-19,0

Asam linoleat 7,0-11,0 0,5-2,0

Sumber : Eckey (1955)

Produk minyak kelapa sawit mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak serta kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma, kejernihan, dan kemurnian produk. Asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) merupakan satu indikator penentuan mutu dari CPO dan PKO. Semakin tinggi kandungan asam lemak bebas maka mutu dari minyak yang dihasilkan semakin menurun. Kelapa sawit bermutu prima (Special Quality) mengandung FFA tidak lebih dari 2%. Kelapa sawit dengan mutu standar mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Sebagai negara produsen CPO terbesar dunia dan untuk keberlangsungan ekspor CPO, maka Indonesia memiliki standar untuk tetap menjaga kualitas dari minyak dan inti sawit yang dihasilkan. Standar Nasional Indonesia mutu minyak dan inti sawit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar Nasional Indonesia tentang syarat mutu minyak dan inti sawit

No Karakteristik Syarat Cara Pengujian

Minyak Sawit (SNI 01-2901-1992)

1 Warna Kuning jingga sampai

kemerah-merahan

Visual 2 Asam lemak bebas (sebagai asam

palmitat), % bobot/bobot maks

5,00 BS 684-1958

3 Kadar kotoran, % bobot/bobot maks 0,05 SNI 01-3184-1992

4 Kadar air % bobot/bobot maks 0,45 BS 684-1958

Inti Sawit (SNI 01-0003-1987) 1 Asam lemak bebas (sebagai asam

palmitat), % bobot/bobot maks

5,00 SP.SMP-30-1975

(BS.684:1958)

2 Kadar kotoran, % bobot/bobot maks 0,05 SP.SMP-28-1975

3 Kadar air % bobot/bobot maks 0,45 SP.SMP-29-1975


(23)

8 Pahan (2006) menambahkan bahwa untuk memastikan kualitas minyak hasil produksi perlu dilakukan pengecekan ulang mengenai tingkat kematangan buah dengan benar dan telah sesuai dengan standar. Terlaksananya persyaratan kematangan buah diharapkan menghasilkan produk minyak dan inti sawit menjadi baik dengan losses rendah. Dengan tercapainya nilai standar mutu minyak dan inti sawit maka secara tidak langsung akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi dari suatu pabrik kelapa sawit. Standar kualitas minyak sawit menurut Pahan (2006) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Standar kualitas minyak sawit

No Karakteristik Batasan

1 Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50

2 Kadar air (%) < 0,10

3 Kadar kotoran (%) < 0,01

4 DOBI (Deterioritation of Bleachability Index) > 2,40 Sumber : Pahan (2006)

Permintaan CPO dunia terus bertambah. Produksi dunia hingga November 2012 telah mencapai 52,32 juta ton CPO (USDA, 2012). Indonesia sebagai negara penghasil terbesar CPO hingga November 2012 mampu menghasilkan 27,00 juta ton CPO atau sekitar 51,60 % dari total produksi dunia dan telah mengekspor 19,10 juta ton CPO. Rata-rata produktivitas terhadap lahan mencapai 2,73 ton CPO/ha pada tahun 2006-2010. Produktivitas diperkirakan akan terus meningkat karena permintaan minyak sawit juga terus meningkat karena kebutuhan dunia. Minyak sawit biasanya digunakan untuk memproduksi kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit yang berasal dari tanaman kelapa sawit hampir 90% digunakan untuk memproduksi bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kokoa, kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Sedangkan kebutuhan 10% digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, alkohol lemak, gliserin dan metil ester. Oleokimia digunakan pada industri yang menghasilkan produk pangan, lemak, sabun, deterjen, kosmetik, produk perawatan pribadi, pelumas, minyak pengering, polimer, pelapis permukaan

(coating), dan biofuel (Gelder, 2004). Pohon Industri tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada

Lampiran 1. Produksi dan volume ekspor CPO di Indonesia (2008-2012) dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Produksi dan volume ekspor CPO di Indonesia (juta ton)

Sumber : United States Departement of Agriculture (2012) Tahun

Volume CPO (juta ton)


(24)

9

2.3. LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT

Limbah Industri kelapa sawit secara umum berdasarkan lokasi pembentukannya dibedakan menjadi dua tipe yaitu limbah hasil perkebunan dan limbah hasil pengolahan (Sa’id, 1994). Fauzi (2007) menyebutkan bahwa limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit dan digolongkan menjadi limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat yang dihasilkan dari industri kelapa sawit biasanya berasal dari proses penebahan, proses pengempaan dan pemecahan biji. Proses penebahan menghasilkan limbah padat berupa tandan kosong. Proses pengempaan menghasilkan ampas sedangkan proses pemecahan biji menghasilkan limbah padat berupa cangkang sawit. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan yang berasal dari sisa proses pengolahan. Berdasarkan nilai guna atau pemanfaatannya limbah padat dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang dan limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat yang cukup besar dalam proses pengolahan CPO yaitu mencapai 22% dan dapat dimanfaatkan. Tandan kosong dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) perkebunan kelapa sawit. Ditjen PPHP (2006) menyebutkan bahwa cangkang yang dihasilkan pada pengolahan bisa mencapai 6,5%. Cangkang mengandung bahan organik yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan permasalahan yang cukup besar bagi lingkungan. Serabut atau serat yang juga dihasilkan dari proses pengolahan bisa mencapai 13% dari bobot TBS.

Serat akan dihisap dan dibawa ke stasiun boiler, sedangkan biji akan diolah lebih lanjut untuk mendapatkan inti. Pada stasiun pabrik biji, biji akan dipecah pada proses ripple mill dan mendapatkan hasil samping berupa cangkang. Inti akan dipisahkan dari cangkang, dicuci dan disimpan lebih lanjut pada hopper inti. Sedangkan cangkang yang terpisah akan dibawa ke stasiun boiler. Komposisi serat yang dihasilkan di stasiun pengempaan dan cangkang yang dihasilkan dari stasiun pabrik biji akan dijadikan sebagai bahan bakar unit boiler untuk menghasilkan uap. Sampai saat ini cangkang dan serat hanya dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit sebagai bahan bakar utama boiler. Namun di sisi lain cangkang sebenarnya bisa dimanfaatkan ke bahan bakar kebutuhan rumah tangga seperti biopelet, sedangkan serat atau serabut bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Menurut Ditjen PPHP (2006), bahwa setiap limbah padat kelapa sawit memiliki kandungan hara spesifik. Kandungan hara spesifik limbah padat kelapa sawit disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan hara spesifik limbah padat kelapa sawit No Limbah Kelapa Sawit Kandungan atas dasar % berat kering

N P K Mg Ca

1 Batang pohon 0,488 0,047 0,699 0,117 0,194

2 Pelepah 2,380 0,157 1,116 0,287 0,568

3 Daun 0,373 0,066 0,873 0,161 0,295

4 Tandan kosong 0,350 0,028 2,285 0,175 0,149

5 Serat buah 0,320 0,080 0,470 0,020 0,110

6 Cangkang 0,330 0,010 0,090 0,020 0,020

Sumber : Ditjen PPHP (2006)

Limbah cair pengolahan kelapa sawit berasal dari proses perebusan dan klarifikasi. Limbah cair yang dihasilkan langsung dialirkan melalui saluran yang diarahkan ke kolam pengolahan limbah. Kolam pengolahan limbah industri kelapa sawit terdiri atas kolam pendinginan (cooling pond), primary


(25)

10

anaerobic pond, secondary anaerobic pond, dan final pond. Limbah cair kelapa sawit mempunyai

kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut dapat mengakibatkan beban pencemaran semakin besar karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. Salah satu limbah cair industri kelapa sawit yang menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan karena lumpur primernya berasal dari proses pemurnian (Sa’id, 1994). Lumpur yang dihasilkan pada proses pemurnian mengandung minyak dan lemak karena proses ekstraksi minyak kelapa sawit menggunakan uap air. Kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit harus sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan yang ada pada setiap daerah dimana pabrik tersebut mengolah. Kualitas limbah cair (inlet) pada pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kualitas limbah cair (inlet) pabrik kelapa sawit

No Parameter

Lingkungan Satuan Rata-Rata Rata-Rata

1 2

1 BOD mg/l 8.200-35.000 23.500-29.300

2 COD mg/l 15.103-65.100 49.000-63.600

3 TSS mg/l 1.330-50.700 26.500-45.400

4 Nitrogen Total mg/l 12-126 -

5 Minyak dan Lemak mg/l 190-14.720 -

6 pH mg/l 3,3-4,6 4,4-4,5

Sumber : 1Ditjen PPHP (2006) 2

Mahajoeno et al. (2008)

Limbah hasil pengolahan harus ditangani lebih lanjut untuk menghindari pengurangan kadar oksigen di dalam badan air yang menerimanya sebagai akibat dari terjadinya pemecahan bahan-bahan organik. Banyaknya zat pencemar dalam air, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah tersebut. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan kehidupan mahluk hidup yang membutuhkan oksigen di dalam air akan terganggu dan menghambat pertumbuhannya. Limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit dapat diminimasi dan dikurangi kadar pencemarannya. Jika kadar limbah telah diuji tingkat pencemarannya dan telah dinyatakan aman, maka pabrik kelapa sawit pada umumnya memanfaatkan limbah cair sebagai aplikasi lahan. Aplikasi lahan adalah upaya pemanfaatan hasil dari penanganan limbah secara biologis. Penanganan limbah secara biologis untuk aplikasi lahan cukup populer karena tergolong murah dalam operasi dan pemeliharaannya, tidak ada pembuangan ke badan air, tidak ada bau yang terlalu tidak sedap yang dapat mengganggu masyarakat, serta menyediakan air yang kaya unsur hara (Cortland Official 2012). Limbah gas yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit merupakan gas yang keluar dari cerobong ketel uap (boiler) dan gas hasil pembakaran solar dari generator set (genset). Gas yang dihasilkan oleh

boiler pada industri kelapa sawit umumnya akan mengalami masa uji setiap enam bulan sekali oleh

Bapedal daerah dimana industri tersebut mengolah. Parameter yang diuji adalah sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ammonia, hidrogen sulfida, hidrogen fluorida, klorin, hidrogen klorida, opasitas, dan partikulat. Hasil pengujian dari parameter tersebut dilakukan UPT Laboratorium Lingkungan BLH Daerah dan akan menjadi pedoman untuk menunjukkan apakah emisi udara yang dikeluarkan oleh PKS masih berada di Baku Mutu Lingkungan atau tidak. Limbah B3 industri kelapa sawit terdiri atas oli, accu bekas dari alat angkut forklift, besi, dan baja mesin yang telah rusak. Limbah B3 merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat dan konsentrasinya dalam jumlahnya. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung dapat


(26)

11 mencemarkan dan merusak sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Kementrian Lingkungan Hidup, 2002). Limbah B3 yang dihasilkan biasanya dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu di tempat yang aman. Limbah B3 dapat dijual ke perusahaan pengumpul, pengolah, dan pengguna barang-barang bekas. Ada banyak potensi limbah yang dihasilkan di industri kelapa sawit. Oleh karena itu sangat penting dilakukan upaya untuk untuk meminimasinya. Sebelum meminimasi limbah yang terbentuk ada baiknya kita mengetahui limbah-limbah yang dihasikan dari setiap stasiun proses pengolahan kelapa sawit yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tahap proses, fungsi, dan limbah pengolahan minyak sawit

No Stasiun Proses Fungsi Limbah/Pencemaran

1 Perebusan (Sterilization) a. Mempermudah perontokan

b. Mengurangi kadar air c. Inaktivasi enzim lipase

dan oksidase

Limbah cair panas dan kebisingan

2 Penebahan (Thressing) a. Memisahkan buah dari tandan. Tandan kosong dikirim ke hopper

tandan kosong

Limbah padat dan kebisingan

3 Pengempaan

1. Pelumatan (Digesting)

2. Ekstraksi (Extraction)

a. Menghancurkan daging buah

b. Melepaskan sel yang mengandung minyak a. Memisahkan minyak

daging buah dengan bagian lain

Kebisingan

Limbah padat (serat yang bercampur dengan inti sawit) dan limbah cair panas

4 Pemurnian (Clarification) a. Membersihkan minyak dari kotoran lain

Limbah cair panas, limbah padat (sludge) dan kebisingan Sumber : Kautsar (2006)

2.4. PRODUKSI BERSIH

Produksi bersih adalah sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhada menambahkan definisi dari produksi bersih adalah salah satu strategi pengelolaan sifatnya mengarah pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal ini memiliki arti bahwa produksi bersih memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah. Dari tujuan tersebut produksi bersih juga dapat diartikan memiliki fokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Upaya pencegahan tersebut harus dilakukan sejak awal proses


(27)

12 biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan. Purwanto (2005) menyebutkan bahwa produksi bersih adalah tindakan pemakaian bahan baku, air, dan energi. Tindakan ini dilakukan untuk pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimasi terciptanya limbah. Sedangkan Oginawati (2010) menyebutkan produksi bersih sebagai upaya penerapan yang terus-menerus pada suatu strategi pengelolaan lingkungan yang saling terkait dan pencegahan terhadap proses, produk, dan jasa untuk meningkatkan ekoefisiensi.

Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP (United Nations Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion

of Cleaner Production di Canterbury, Inggris (Indrasti dan Fauzi, 2009). Beberapa kata kunci yang

perlu dicermati dalam produksi bersih adalah pencegahan (preventive), terpadu, terus-menerus

(sustainable) dan mengurangi

lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segala upaya dilakukan untuk mencegah dan menghindari terbentuknya banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya manusia, dan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan berikutnya. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan, pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah, dan memperkuat daya saing produk di pasar internasional. Indrasti dan Anas (2009) menyebutkan bahwa ada lima prinsip pokok dalam pelaksanaan produksi bersih. Prinsip-prinsip pokok dalam produksi bersih meliputi :

a. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energi serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga mencegah mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya terhadap manusia.

b. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.

c. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia industri (industriawan). Selain itu juga, perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.

d. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan serta manajemen dan prosedur standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.

e. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan sendiri dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat dari pada pengaturan secara command control.

Jadi, pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk mengubah sikap dan tingkah laku.


(28)

13 Sebelumnya juga telah disebutkan UNEP (1999) bahwa prinsip pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,

dan Recovery). Kementerian Lingkungan Hidup (2003) menambahkan bahwa prinsip-prinsip pokok

dalam strategi produksi bersih telah ada dalam Kebijakan Nasional dan biasa dikenal dengan 5R (

Re-think, Reuse, Reduction, Recovery, dan Recycle). Prinsip-prinsip pokok dalam pelaksanaan produksi

bersih tersebut adalah sebagai berikut :

a. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulnya limbah langsung dari

sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.

b. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal

kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi bahwa perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan. Oleh karena itu harus dipahami dengan benar analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat, maupun kalangan usaha

c. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulnya limbah

pada sumbernya.

d. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah

dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia, atau biologi.

e. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan

memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia, dan biologi.

f. Recovery/Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang

masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia, dan biologi.

Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5 R, namun perlu diberikan tekanan penting bahwa inti utamanya pada pencegahan dan pengurangan. Strategi Elimination, Re-think, dan

Reduce masih ada kemungkinan menghasilkan pencemar atau limbah. Hal inilah perlu dilakukan

strategi berikutnya (Reuse, Recycle, dan Recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan (Purwanto, 2005).

Menurut Afmar (1999) ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih antara lain teknik daur ulang dan pengurangan pada sumber. Teknik daur ulang merupakan suatu upaya penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, diantaranya dikembalikan lagi ke proses semula, bahan baku pengganti untuk proses produksi lain, dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat, dan diolah kembali sebagai produk samping. Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding pengolahan limbah, ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses daur ulang limbah harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber telah dilakukan. Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengurangan pada sumber ini meliputi :

a. Perubahan produk.

Perancangan ulang produk, proses, dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses, dan jasa. Perubahan ini dapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu subsitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk.


(29)

14 b. Perubahan material input.

Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material input ini akan mempengaruhi proses dan bahan yang dihasilkan, sehingga limbah pun dapat diminimasi. c. Volume buangan diperkecil.

Cara-cara yang dapat dilakukan dalam usaha memperkecil volume buangan yaitu perlakuan pemisahan. Pemisahan limbah dilakukan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi yang digunakan untuk mengurangi volume limbah sekaligus menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali (on site reuse). d. Perubahan teknologi.

Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi, dan menurunnya biaya pengolahan limbah.

e.Penerapan operasi yang Baik (goodhouse-keeping).

Praktik operasi yang baik (good house-keeping) adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atauinstitusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangiterbentuknya limbah. Penerapan operasi ini melibatkan unsur-unsur seperti pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi loss prevention, praktek manajemen, segregasi limbah, perbaikan penanganan material, dan penjadwalan produk.

Tujuan Program produksi bersih pada industri kelapa sawit ini adalah pengurangan ceceran di setiap unit proses, penggunaan air, pengurangan pencemaran kegiatan produksi serta peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif karyawan dalam melaksanakan upaya produksi bersih. Teknik produksi bersih pada berbagai alternatif industri kelapa sawit biasanya berupa good house-keeping dan modifikasi proses. Alternatif pertama merupakan suatu upaya pengendalian operasional suatu kegiatan yang bersifat prosedural, administratif, institusional, dengan tujuan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Selain upaya pengendalian operasional, teknik dalam melihat potensi dari penerapan produksi bersih limbah kelapa sawit adalah dari segi modifikasi proses. Upaya pengurangan volume dan kualitas limbah dapat dilakukan dengan memodifikasi peralatan yang ada pada unit proses, seperti penambahan dan penggantian sebagian peralatan proses. Modifikasi proses yang dilakukan biasanya terjadi pada proses di stasiun perebusan karena pada proses perebusan ini umumnya terjadi final

effluent diatas standar. Modifikasi proses yang dilakukan pada proses perebusan ini biasanya

dilakukan dengan membuat kolam penampung air kondesat (Kautsar, 2006). Teknik produksi bersih dapat dilihat pada Gambar 6.


(30)

15 Gambar 6. Teknik pelaksanaan produksi bersih (USAID, 1997)

Daur ulang TEKNIK PRODUKSI BERSIH

Pencegahan sumber pencemar

Penggunaan kembali 1. Pengambilan

ke proses asal 2. Penggantian

bahan baku untuk proses lain

Pengendalian sumber pencemar

Penggunaan kembali Diproses untuk : 1. Mendapatkan

kembali bahan asal

2. Memperoleh produk samping

Penggunaan kembali 1. Pengambilan

ke proses asal 2. Penggantian

bahan baku untuk proses lain

Mengubah material input 1. Pemurnian

material 2. Penggantian

material produksi

Mengubah teknologi 1. Pengubahan

proses 2. Pengubahan

tata letak, peralatan, dan perpipaan

Tata cara operasi 1. Tindakan prosedural 2. Pencegahan kehilangan 3. Pemisahan aliran limbah 4. Peningkatan penanganan

material


(31)

16

III. METODE PENELITIAN

3.1. KERANGKA PEMIKIRAN

Strategi pengelolaan lingkungan dalam suatu industri pada awalnya mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung. Hal ini tidak dapat diterapkan lagi dikarenakan sangat memerlukan biaya yang cukup tinggi. Kemudian konsep strategi pengolahan pada industri berubah menjadi konsep EOP (End

of Pipe), yaitu suatu strategi pemecahan masalah dengan mengolah limbah yang terbentuk sehingga

kualitas lingkungan dapat ditingkatkan. Namun pada kenyataan konsep ini juga kurang efektif karena limbah tetap terbentuk. Penerapan konsep ini berarti hanya bereaksi setelah limbah terbentuk dan tetap memerlukan biaya teknologi pengolahan limbah yang cukup tinggi dalam upaya perbaikan kerusakan dan pencemaran (Bapedal, 1996).

Upaya pengelolaan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari industri kelapa sawit dilakukan terus-menerus. Konsep pengelolaan mulai mendekati suatu konsep dengan upaya pencegahan. Konsep ini biasa lebih dikenal dengan produksi bersih. UNEP (1999) mendefenisikan produksi bersih adalah sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap konsep dasar atau prinsip-prinsip produksi bersih kepada perusahaan. Kajian langsung di lapangan dilakukan untuk melihat potensi-potensi kemungkinan penerapan produksi bersih untuk diterapkan. Selain itu juga dilakukan dengan pengamatan dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan. Hasil dari lapangan akan dijadikan alternatif yang akan diolah dalam hal kelayakan teknis, ekonomi, maupun lingkungannya dan yang akan menjadi rekomendasi untuk perusahaan dalam pelaksanaan produksi bersih.

3.2. TAHAPAN PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

3.2.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan awal penelitian. Tahapan ini juga dilakukan dengan mempelajari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan. Referensi dan literatur didapat dari artikel, jurnal ilmiah, buku, laporan administrasi perusahaan yang berkaitan dengan tema dan penelitian yang dilakukan, serta internet.

3.2.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dan tidak langsung. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen perusahaan di bagian P2K3 (Panitia Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang mengetahui dari aspek perkebunan, pengolahan, hingga sistem pengiriman CPO. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, dan data di industri kelapa sawit bagian pengolahan PKS (Pabrik Kelapa Sawit), perkebunan, dan penggudangan.


(32)

17 3.2.3. Identifikasi Proses Produksi dan Analisis Limbah

Tahapan identifikasi proses produksi dilakukan dengan menetapkan input produksi, teknologi proses produksi, output produksi dan perhitungan neraca massa pada setiap stasiun proses. Dari setiap proses produksi tersebut kemudian dilakukan analisis terbentuknya limbah. Selain itu juga dilakukan pengkajian karakteristik secara kuantitas limbah yang dihasilkan setiap proses untuk mempermudah penentuan alternatif produksi bersih. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.2.4. Penentuan Alternatif Produksi Bersih secara Teknik, Ekonomi, dan Lingkungan

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan alternatif pelaksanaan produksi bersih yaitu potensi keuntungan pelaksanaan ditinjau dari segi ekonomi, penataan peraturan, peningkatan keselamatan tempat kerja, kemudaan pengadaan teknologi, estimasi biaya investasi, pemeliharaan, fleksibilitas proses produksi terhadap kemungkinan perubahan yang dilakukan, kemungkinan timbulnya permasalahan pada unit lain, dan kemungkinan kegagalan dalam penerapan produksi bersih. Dari data proses produksi dan analisis limbah yang telah didapatkan sebelumnya, maka dapat dilakukan penentuan alternatif pelaksanaan produksi bersih didasarkan pada aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan. Aspek teknik dilihat dari kemudahan dalam segi teknik pengolahan dalam alternatif yang dipilih. Aspek ekonomi dilihat dengan estimasi biaya dan kemungkinan penghematan dan keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan produksi bersih dan estimasi pengelolaan lingkungan industri kelapa sawit. Aspek lingkungan dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan jika mengambil alternatif yang dipilih. Analisis ekonomi (financial) akan dilakukan dengan mengevaluasi kelayakan ekonomis (cashflow analysis) untuk melihat apakah alternatif penerapan produksi bersih yang diajukan dapat diterapkan atau tidak dengan membandingkan finansial pengeluaran dan penerimaan setiap tahunnya. Analisis finansial yang dilakukan meliputi penghitungan nilai Net Present Value (NPV), Pay Back Period (PBP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dam Internal Rate of Return (IRR).

a. Net Present Value (NPV)

Bt C

: Benefit atau penerimaan pada tahun ke-t (Rp)

t

t : Tahun proyek yang sedang berlangsung : Cost atau biaya pada tahun ke-t (Rp) i : Discount rate (%)

Jika NPV ≥ 0, proyek layak untuk dilaksanakan. Jika NPV < 0, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

b. Pay Back Period (PBP)

t1 t

: Tahun saat kumulatif cashflow mulai bernilai positif 2

Kumulatif cashflow1 = kumulatif cashflow mulai bernilai positif : Tahun saat kumulatif cashflow bernilai negatif


(33)

18

c. Net B/C

NPVB-C NPV

positif : Selisih NPV benefit dan NPV cost yang bernilai positif B-C

Jika Net B/C≥ 1, proyek layak untuk dilaksanakan.

negatif : Selisih NPV benefit dan NPV cost yang bernilai negatif Jika Net B/C < 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

d. Internal Rate of Return (IRR)

i1 i

: Discount rate yang membuat NPV positif (%)

2 NPV

: Discount rate yang membuat NPV negatif (%) 1 : NPV pada saat discount rate i

NPV

1 2 : NPV pada saat discount rate i

Jika IRR ≥ discount rate, proyek layak untuk dilaksanakan. 2

Jika IRR < discount rate, proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 3.2.5. Penentuan Alternatif Produksi Bersih secara Kualitatif

Analisis kualitatif penerapan produksi bersih pada industri kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti variabel tersebut dengan variabel-variabel lainnya. Dalam kasus penerapan produksi bersih pada industri kelapa sawit, variabel yang akan digunakan yaitu model-model alternatif pelaksanaan produksi bersih yang direkomendasikan dan dilakukan untuk mengambil keputusan variabel mana yang lebih baik untuk direkomendasikan terlebih dahulu. Menurut Marimin (2008) persoalan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara grafis, yaitu dengan dikonstruksikannya sebagai diagram bertingkat, dengan struktur bertingkat dari atas ke bawah berturut-berturut tujuan, kriteria, dan alternatif.

Penilaian AHP memberikan nilai yang relatif dari suatu kriteria majemuk. Penilaian ini dilakukan untuk membantu pengambilan keputusan alternatif yang akan direkomendasikan. Subjek yang akan digunakan adalah tiga ahli atau pakar yang berkompetensi dalam bidang perkelapasawitan di Indonesia. Kuisioner penilaian AHP Pakar dapat dilihat pada Lampiran 3. Penilaian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antar variabel. Hasil dari penilaian akan diselesaikan lebih lanjut dengan menggunakan perhitungan manipulasi matrik untuk mendapatkan bobot setiap kriteria dan alternatif yang direkomendasikan dengan menggunakan Expert Choice 2000.

3.3. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina-Perbaungan, Sumatera Utara di bagian pengolahan dan bagian perkebunan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2012.


(34)

19

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

Pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938, budidaya tembakau diubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama

“NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV SCM). Pada tahun 1942, pabrik kelapa sawit ini diambil

alih oleh Pemerintah Jepang dan diambil kembali oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1946 dengan nama tetap “NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV SCM)”. Pada tahun 1958, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Nama PPN diganti menjadi PPN baru SUMUT V tahun 1960. Pada tahun 1963 PPN Baru SUMUT V dipisah menjadi dua kesatuan yaitu : PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, yang mempunyai kantor kesatuan di Pabatu.

Pada tahun 1968 PPN Aneka Tanaman II diganti menjadi PNP VI, dengan penggabungan kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir. Sejak tahun 1973, budidaya karet diganti menjadi kakao, sedangkan kelapa sawit tetap dipertahankan. Pada tahun 1978 PNP VI diubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT Perkebunan VI (Persero). Tahun 1994 PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII diberi nama PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Unit Usaha Adolina merupakan salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dan merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina

4.2. LETAK GEOGRAFIS

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dengan koordinat 35,00 LU dan 98,90 BT. Letaknya di pinggir Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) antara kota Medan dan Pematang Siantar, kurang lebih 38 km dari kota Medan. Daerah kerja Unit Usaha Adolina tersebar di dua kabupaten, delapan kecamatan, dan dua puluh tujuh desa. Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Pegajahan, Serba Jadi, dan Dolok Masihul berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan Kecamatan Galang, Bangun Purba, dan STM Hilir


(35)

20 berada di Kabupaten Deli Serdang. Lokasi kebun memanjang dari utara ke selatan, kiri kanan berbatasan dengan desa-desa. Unit Usaha Adolina terdiri dari 9 afdeling (Afdeling I s/d afdeling 9). Letak geografis Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Letak geografis Unit Usaha Adolina dalam google map dan Peta Sumatera Utara

4.3. LUAS LAHAN

Luas kebun PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina berdasarkan HGU seluas 8.965,69 ha dibagi menjadi tiga bagian yaitu kebun kelapa sawit seluas 8.500 ha, kebun benih kakao seluas 150 Ha, dan lain-lain seluas 315,69 ha (Emplasment, pondok, bibitan, dan pabrik). Unit Usaha Adolina dibagi menjadi sembilan afdeling, yaitu kelapa sawit sebanyak sembilan afdeling, dengan kebun benih kakao terletak pada afdeling 3.

4.4. STRUKTUR ORGANISASI

Unit Usaha Adolina adalah salah satu dari 33 unit pabrik dan kebun olah yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Sumatera Utara. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya perusahaan ini dibawah naungan BUMN. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina dikepalai oleh seorang Manajer Unit. Manajer Unit membawahi 1.428 pekerja termasuk Kepala Dinas dan asisten. Setiap stakeholder dalam struktur organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab pada beberapa stakeholder dalam struktur organisasi di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Sumatera Utara.

4.4.1. Manajer Unit

a. Mengelola Unit Usaha dalam mencapai kesatuan tujuan dan kinerja usaha secara efektif dan efisien dan untuk mendukung kesatuan GUU (Grup Unit Usaha) dan bertanggung jawab kepada Manajer GUU-III.

b. Menyusun rencana strategis untuk Unit Usaha yang dipimpinnya.

c. Menyusun, melaksanakan, dan mengendalikan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan. d. Menyusun dan mengajukan kebutuhan barang, jasa, dan uang kerja.

4.4.2. KDTP (Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan)

a. Mengkoordinir penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan di bagian Teknik dan Pengolahan sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan yang berlaku.


(36)

21 b. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan operasional pabrik dan mengatur atau

mengawasi penggunaannya.

c. Mengawasi kualitas dan kuantitas TBS dan produk PKS dalam rangka pemeliharaan mutu dan kelancaran proses produksi.

d. Mengadakan kerja sama dengan bidang teknik dan bidang terkait dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi kegiatan-kegiatan antara lain menanggulangi stagnasi perbaikan. 4.4.3. KDT (Kepala Dinas Tanaman)

a. Mengkoordinir penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan di bagian tanaman sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan yang berlaku.

b. Mengawasi kualitas dan kuantitas tanaman kelapa sawit dan hasil TBS.

c. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional tanaman dan mengatur atau mengawasi penggunaannya.

d. Mengadakan kerja sama dengan bidang pertanaman dan bidang terkait dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi kegiatan-kegiatan antara lain pengawasan terhadap produksi TBS. 4.4.4. KDTU (Kepala Dinas Tata Usaha)

a. Merencanakan serta melaksanakan transaksi pembayaran yang berkaitan dengan semua kegiatan kebun sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi.

b. Mengkordinasikan sistem penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RKAP) di bagian sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

c. Melakukan kas opname stock secara berkala dan melaporkan keadaan kas kepada Manajer Unit sebagai penanggung jawab serta setiap bulan melaporkan keadaan saldo kas sesuai dengan ketentuan kepada Direksi.

d. Mengatur atau menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tugas atau tanggung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas yang diberikan.

4.4.5. Asisten Pengolahan

a. Bertanggung jawab atas hasil sortasi dan hasil produksi pengolahan TBS. b. Mengawasi kelancaran penerimaan bahan baku dan administrasi.

c. Mengawasi pelaksanaan pemurnian air untuk proses ketel uap dan domestik. d. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembersihan instalasi pabrik. 4.4.6. Asisten Teknik / Sipil

a. Membantu KDTP bertanggung jawab pada seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan di bagian Bengkel Teknik atau Bengkel Reparasi dan kebersihan lingkungannya dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan ISO 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan di bagian Bengkel Teknik berdasarkan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan yang telah disetujui oleh Manajer Unit.

4.4.7. Asisten Afdeling

a. Mempertanggungjawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan tanaman dan kebersihan areal tanaman (afdeling) Unit Usaha Adolina kepada KDT dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


(37)

22 b. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan yang

telah disetujui oleh Manajer Unit.

c. Memberikan bimbingan dan dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis antar

stakeholder di lapangan.

4.4.8. Asisten SDM dan Umum

a. Membantu dan memberikan saran atau pemikiran kepada Manajer Unit dalam melaksanakan fungsi-fungsi MSDM (Manejemen Sumber Daya Manusia).

b. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bagian Sumber Daya Manusia.

c. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran di bagian Sumber Daya Manusia.

d. Melaksanakan pengelolaan mutu dan lingkungan di tempat kerja masing-masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 4.4.9. Asisten Tata Usaha

a. Melaksanakan stock opname gudang secara berkala dan melaporkan keadaannya kepada KDTU sebagai penanggung jawab serta setiap bulan melaporkan keadaan keuangan.

b. Mengatur dan menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tugas atau tanggung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas-tugas yang diberikan.

c. Mengatur dan mengawasi keluar masuknya barang-barang ke bagian Gudang Material. d. Melaksanakan pengelolaan mutu dan lingkungan di tempat kerja masing-masing sesuai

prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

4.5. KETENAGAKERJAAN

Tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina sampai bulan April 2012 sebanyak 1.428 orang dengan 19 karyawan pimpinan. Jumlah karyawan pria tercatat sebanyak 1.035 orang dan karyawan wanita sebanyak 393 orang. Jumlah tenaga kerja tersebar dibagian pengolahan dan tanaman yang terdiri dari 9 afdeling (Afdeling 1 sampai dengan afdeling 9).

Tabel 9. Jumlah tenaga kerja di Unit Usaha Adolina 2012

Uraian Tenaga Kerja Unit Usaha Adolina s/d April 2012

Pria Wanita Jumlah

Karyawan pimpinan 18 1 19

Karyawan pelaksana 1.008 390 1.398

Honor 9 2 11

Jumlah 1.035 393 1.428

Sumber : Dokumen RSPO (2012)

4.6. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pengawasan pengendalian dan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina menjamin terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, produktif, dan efektif di seluruh bagian dan Unit-Unit Usaha dengan memenuhi peraturan dan


(38)

23 perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara berkesinambungan dan terpelihara. Pengawasan, pengendalian, dan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilakukan dengan cara meminimalisasi potensi bahaya dengan menjaga sistem pengawasan, perawatan kesiapan lingkungan, dan tata cara pelaksanaan kerja karyawan, memakai atau mempergunakan APD (Alat Pelindung Diri) di lokasi kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan memastikan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dipatuhi dan dilaksanakan sesuai kebijakan dan prosedur serta instruksi kerja yang telah ditetapkan. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki beberapa hal penting yang harus diketahui oleh semua stakeholder yang ada di Unit Usaha Adolina diantaranya :

a. Pengelolaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja kepada tamu dilakukan oleh P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja) dan Manajer Unit sebagai ketuanya. b. Sistem izin kerja.

c. Prosedur keadaan darurat yaitu jika lonceng darurat berbunyi maka seluruh pekerja harus keluar menuju titik evakuasi.

d. Semua stakeholder yang mengetahui adanya sumber bahaya harus melaporkan kepada P2K3. e. Menyediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).

f. Semua stakeholder maupun tamu yang memasuki areal kerja pabrik harus menggunakan APD. g. Memasuki pembatas akses yaitu merupakan garis berwarna kuning yang berada di lantai

merupakan daerah terlarang bagi tamu terkecuali didampingi oleh pembimbing lapangan.

4.7. SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001-2008) DAN SISTEM

MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001-2004)

Dalam upaya meningkatkan pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik, maka manajemen PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina memutuskan untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan secara terintegrasi. Tujuan dari Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001-2008) adalah untuk menjamin produksi yang dihasilkan bermutu baik secara konsisten dan memuaskan pelanggan. Audit dilakukan oleh pihak eksternal yang pertama tahun 2005 yaitu oleh PT TUV Nord Indonesia dan dilakuan re-sertifikasi setiap tahun. Sedangkan tujuan dari Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001-2004) adalah untuk memenuhi misi pengembangan usaha perkebunan dan industri hilir yang berwawasan lingkungan. Audit juga dilakukan oleh PT TUV Nord Indonesia. Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan adalah sistem manajemen perusahaan yang dipakai sebagai acuan bagi semua aspek kegiatan dan diterapkan mulai dari kegiatan penerimaan bahan baku, spare parts, proses pengolahan, penanganan limbah, kepuasan pelanggan, dan pengelolaan lingkungan.

4.8.

RSPO (

Roundtable on Sustainable Palm Oil

)

Roundtable on Sustainable Palm Oil adalah asosiasi yang dibentuk oleh tujuh sektor dalam industri

minyak sawit mulai dari perkebunan, produsen minyak sawit sampai kepada pendanaan dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Tujuannya adalah untuk mempromosikan pengembangan dan penggunaan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dengan kerjasama di antara mata-mata rantai penyedia produksi dan dialog terbuka dengan para pemangku kepentingan lainnya. Sebagai bukti penerapan RSPO, dilakukan audit dan sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen yang berperan sebagai lembaga sertifikasi. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mendapatkan sertifikat RSPO


(39)

24 pada 30 Juni 2009. RSPO diakui secara Internasional karena mengatur hal yang berkaitan dengan kelapa sawit untuk keberlanjutan dengan memperhatikan transparansi, kepatuhan kepada peraturan, produktifitas, lingkungan, karyawan, dan sosial. Selain itu juga dilihat dari baiknya pelaksanaan program GAP (Good Agriculture Practice), GMP (Good Manufacture Practice), BMP (Best

Management Practice), CSR (Corporate Social Responbility), dan HCV (High Conservation Value).

4.9. SISTEM PENGUPAHAN

Sistem pembagian gaji atau upah karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina dilakukan 2 kali setiap bulannya yaitu Remisi I (gajian kecil) dan Remisi II (gajian besar). Jumlah upah atau gaji yang diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan golongan (I A s/d IV D). Selain gaji bulanan, karyawan juga mendapat upah lembur dihitung luar jam kerja. Setiap karyawan juga mendapat 15 Kg beras setiap kali gajian. Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perusahaan juga menyediakan fasilitas seperti :

a. Perumahan untuk setiap karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang berada di lokasi perkebunan di sekitar pabrik.

b. Air dan listrik untuk keperluan rumah tangga.

c. Tunjangan keselamatan kerja, duka cita dan tunjangan hariannya. d. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bagi karyawan. e. Tempat penitipan bayi.

f. Sarana pendidikan dan sekolah gratis bagi anak karyawan berprestasi.


(1)

Lampiran 11. Penghematan Penggunaan Air

a. Penghematan penggunaan air di PKS Unit Usaha Adolina

No Pengguna Air Realisasi Alokasi Satuan

1 Afdeling II (Bibitan) 55.698,00 64.052,70 m3/Tahun 2 PKS air bersih (Produksi) 32.509,00 37.385,35 m3/ 3

Tahun Air cucian PKS dan kantor 47.253,00 54.340,95 m3/ 4

Tahun Emplasment Adolina 149.211,00 171.592,65 m3/ 5

Tahun Emplasment Adolina 33.496,00 38.520,40 m3/ 6

Tahun Afdeling V (Dwikora) 12.049,00 13.856,35 m3/ 7

Tahun Afdeling VI (Cukir) 11.379,00 13.085,85 m3/ 8

Tahun Afdeling VII (Bandar kuala) 39.643,00 45.589,45 m3/

9

Tahun Pondok Pelita Bangun Purba 5.801,00 6.671,15 m3/ 10

Tahun Emplasment Bangun Purba 18.586,00 21.373,90 m3/ Total

Tahun 405.625,00 466.468,75 m3/Tahun

Penghematan 60.843,75 m3/Tahun

13,04 % Harga air/per meter kubik

(Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral)

2.301,00 Rp/m

Penghematan

3

140.001.468,80 Rp/m3/ Pajak pemanfaatan air bawah tanah

(Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral)

Tahun

20,00 %

Penghematan bersih 112.001.175,00 Rp/m3/Tahun

b. Keuntungan rekomendasi penghematan penggunaan air

Uraian Satuan Nilai

Debit kebocoran selang di PKS m3/jam 0,062 Debit air untuk mengalirkan

saluran lumpur di PKS (Kautsar, 2006)

m3/jam 1,188

Waktu produksi PKS Jam/tahun 5.168

Penghematan m3/jam 6.460

Harga air Rp/m3 2.301


(2)

Lampiran 12. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Biogas

a. Biaya pendirian kolam stabilisasi tertutup proyek PT Karya Mas Energi di PKS Tandun yang berkapasitas 45 ton TBS/jam(Oktaviani, 2012) (dalam juta)

Uraian Biaya (dalam juta)

45 ton TBS/jam 30 ton TBS/jam

Pengeluaran

Biaya Investasi 30.067,44 20.044,96

Biaya operasional 1.093,41 728,94

Tenaga kerja umum 3 shift (1 manajer 3 Supervisor, 6 operator)

Bahan kimia dan bahan yang langsung habis

Kontingensi untuk operasi, pemeliharaan, dan perbaikan

Penerimaan 10.614,24 7.076,16

Penerimaan energi (Rp.975/kWh) 1.260 kWh 840kWh

b. Penerimaan dan pengeluaran pembuatan kolam stabilisasi tertutup (dalam juta)

Uraian Tahun ke n (dalam juta)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penerimaan 0 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 7.076,16 Pengeluaran 20.044,96 728,94 728,94 728,94 728,94 728,94 728,94 728,94 728,94 728,94 728,94 Penerimaan bersih -20.044,96 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00 6.347,00


(3)

c. Arus kas pembuatan kolam stabilisasi tertutup (dalam juta)

Uraian Tahun ke n

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

DR Faktor (11,29%) 1,00 0,90 0,81 0,73 0,65 0,59 0,53 0,47 0,42 0,38 0,34 Penerimaan 0,00 6.358,31 5.713,28 5.133,68 4.612,89 4.144,93 3.724,44 3.346,61 3.007,10 2.702,04 2.427,93 Biaya 20.044,96 654,99 588,54 528,84 475,19 426,98 383,67 344,75 309,77 278,35 250,11 Keuntungan -20.044,96 5.703,32 5.124,73 4.604,85 4.137,70 3.717,94 3.340,77 3.001,86 2.697,33 2.423,70 2.177,82 Arus kas -20.044,96 5.703,32 5.124,73 4.604,85 4.137,70 3.717,94 3.340,77 3.001,86 2.697,33 2.423,70 2.177,82 Kumulatif arus kas -20.044,96 -14.341,64 -9.216,91 -4.612,06 -474,37 3.243,58 6.584,35 9.586,21 12.283,54 14.707,24 16.885,06

d. Hasil analisa kelayakan proyek

Uraian Nilai Standar Status

NPV 16.885.060.000,00 > 0 Layak

PBP 5 Tahun 4 Bulan Layak

IRR 16,00% > 11,29% Layak


(4)

Lampiran 13. Hasil Perhitungan Konsistensi AHP Setiap Kriteria

a. Konsistensi rasio dari tujuan rekomendasi penerapan produksi bersih terhadap kriteria

Keterangan : Nilai konsistensi = 0,01 (konsisten)

b. Konsistensi rasio dari kriteria teknis terhadap alternatif

Keterangan : Nilai konsistensi = 0,02 (konsisten)

c. Konsistensi rasio dari kriteria ekonomi terhadap alternatif

Keterangan : Nilai konsistensi = 0,02 (konsisten)


(5)

d. Konsistensi rasio dari kriteria lingkungan terhadap alternatif

Keterangan : Nilai konsistensi = 0,08 (konsisten) e. Layout perhitungan AHP


(6)