Implementasi Produksi Bersih HASIL DAN PEMBAHASAN

27 yang diperoleh dapat dikatakan sudah konsisten dan cukup akurat karena masih dalam batas rasio konsistensi 10.

H. Implementasi Produksi Bersih

Implementasi produksi bersih berupaya memadukan strategi produksi bersih untuk mencapai tujuan yaitu penerapan produksi bersih pada industri pengolahan karet. Setelah menganalisis pilihan produksi bersih dari aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi maka dapat dilakukan penentuan skala prioritas. Penentuan skala prioritas ini dilakukan dengan pemberian penilaian terhadap masing-masing pilihan. Tabel 5 dipaparkan mengenai urutan prioritas masing- masing pilihan. Tabel 6. Pembobotan pilihan penerapan produksi bersih Pilihan Penerapan Produksi bersih Penilaian Prioritas Teknis Lingkungan Ekonomi Total • Good Housekeeping Pemantauan penggunaan air dan pembuatan bak penampungan bokar • Penggantian bahan koagulan anti bakteri • Pemanfaatan partikel karet yang terdapat dalam kolam rubber trap • Pemberian insentif kepada industri yang menerapkan produksi bersih 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 9 8 7 6 1 2 3 4 Apabila pilihan produksi bersih penerapan good housekeeping dan pemanfaatan partkel karet dalam kolam rubber trap dilaksanakan maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : a. Total biaya investasi kedua pilihan tersebut = Rp 660.000,- b. Keuntungan perbulan dari pilihan good housekeeping = Rp 1.530.000,- c. Net saving pemanfaatan partikel karet dalam kolam rubber trap = Rp 792.000,- PBP = = 0,28 bulan Strategi untuk penerapan produksi bersih pada industri pengolahan karet dengan implementasi produksi bersih diwujudkan dari penggabungan hasil kajian di lapangan yang dikaji secara teknis, ekonomi, dan lingkungan serta dari analisis kualitatif dengan AHP. Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil analisis penerapan produksi bersih secara kajian di lapangan dan secara kualitatif. Secara kajian di lapangan, strategi yang menempati prioritas pertama adalah penerapan good housekeeping begitu juga dengan hasil dengan analisis dengan kualitatif. Namun perbedaan terdapat pada opsi kedua yakni pada kajian di lapangan penggantian bahan koagulan anti bakteri sementara secara kualitatif adalah pemanfaatan partikel – partikel karet dalam kolam rubber trap. Strategi penerapan good housekeeping dan penggantian bahan koagulan anti bakteri tersebut memperlihatkan kesamaan dalam hal tujuan yakni untuk menghemat penggunaan sumber daya yang digunakan serta untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Apabila penerapan good housekeeping dilaksanakan akan terjadi penghematan penggunaan sumber daya air karena dilakukan pemantauan pemakaian air dan akan ada peningkatan pendapatan karena 28 terdapat perbaikan mutu estate brown crepe. Apabila strategi penggantian koagulan anti bakteri dilakukan maka akan terjadi penghematan penggunaan sumber daya kayu yang digunakan untuk proses pengasapan sementara mutu produk RSS yang dihasilkan juga sedikit lebih baik dibandingkan dengan menggunakan koagulan asam format. 29

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan Industri pengolahan karet PT Condong Garut memproduksi RSS dan estate brown crepe. Bahan baku RSS berupa lateks segar dan bahan baku estate brown crepe berupa scrap,lump busa dan lump mangkok. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan karet tersebut adalah limbah padat, cair, dan gas. Alternatif penerapan produksi bersih yang dikaji baik melalui lapangan dari aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi maupun secara kualitatif dari pendapat pakar, menghasilkan suatu strategi utama yang baik untuk diterapkan di PT Condong Garut. Strategi produksi bersih dan pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan di PT Condong Garut terdiri dari penerapan good housekeeping dengan cara pemantauan pemakaian air dan pembuatan bak penampung bokar. mengumpulkan partikel yang terapung dalam rubber trap, penggantian bahan penggumpal yang anti bakteri serta pemberian insentif kepada pelaku industri yang menerapkan produksi bersih. Apabila strategi tersebut dillaksanakan membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 660.000,- dengan pay back period selama 0,28 bulan dan penggantian koagulan anti bakteria akan menghemat biaya produksi RSS sebanyak 17,6 dibandingkan dengan menggunkana asam format dan dapat mengurangi polusi CO 2 . Hasil analisis AHP memperlihatkan bahwa lingkungan merupakan faktor terpenting dalam penerapan produksi bersih di pengolahan karet, diikuti oleh teknis dan ekonomi. Sementara aktor yang yang terpenting dalam pelaksanaan strategi produksi bersih adalah pelaku industri karena pelaku industri sebagai pelaksana komitmen, kepemilikan modal, dan yang mengaplikasikan strategi yang ditawarkan. Secara keseluruhan analisis AHP menghasilkan strategi good housekeeping sebagai pilihan terbaik untuk penerapan produksi bersih, selanjutnya diikuti oleh pemanfaatan partikel karet pada kolam rubber trap, penggantian bahan koagulan anti bakteria, dan pemberian insentif bagi pelaku industri yang menerapkan produksi bersih. Hasil dari kajian di lapangan sesuai dengan analisis kualitatif dengan AHP yang berdasarkan dengan pendapat pakar.

B. Saran

Dalam upaya penerapan produksi bersih diperlukan peran serta pemerintah setempat dalam mengawasi aktifitas masing-masing industri terkait penggunaan air sebagai bahan untuk proses dan memberikan penyuluhan mengenai produksi bersih.