75 Tabel 4.2 Perbandingan beberapa teknik isolasi lignin
Metode Harga Rendemen,
bb Kemurnian
lignin, Kadar
metoksil Metode presipitasi
asam . Kim et al, 1987
H
2
SO
4,
Liter NaOH, Kg
60000,- 10000,-
19,29 88,90
1,93 Metode ekstraksi
Pelarut dioksan Dioksan, Liter
450000,- 20
80 -
14
Kelarutan lignin sangat dipengaruhi oleh derajat keasaman pH. pH isolasi lignin TKKS yang dilakukan olek Kim adalah pH 2 yang merupakan kondisi terbaik karena
pada kondisi tersebut lignin yang terlarut dalam larutan mengalami repolimerisasi sehingga banyak lignin mengendap dalam larutan yang menghasilkan rendemen tinggi
19,29, serta kemurnian tinggi 88,90. Sedangkan metode ekstraksi juga menghasilkan lignin dengan rendemen tinggi karena lignin akan larut sempurna pada pelarut dioksan
namun tidak sebaik rendemen menggunakan metode Kim. Jika dilihat dari harga dioksan yang sangat mahal, sehingga metode ekstraksi jarang digunakan Syahmani,
2001 Dari pertimbangan teknik isolasi lignin, maka yang dipilih adalah metode Kim,
yaitu metode presipitasi asam
4.1.3 Proses Sulfonasi Lignin Isolat Menjadi NLS
Proses sulfonasi lignin isolat menjadi NLS, didasari atas beberapa hasil
penelitian dan diantaranya perlu dilakukan modifikas, guna peningkatan baik kualitas
maupun kuantitas produk NLS serta efisiensi proses.
Heuristik Proses Sulfonasi Lignin Isolat Menjadi Lignosulfonat.
Modifikasi proses sulfonasi lignin menjadi lignosulfonat menggunakan metode heuristik dengan mempelajari hasil penelitian dari beberapa peneliti, serta dari beberapa
pustaka yang menunjang adalah:
1 Isolasi, sulfonasi dan asetilasi lignin dari TKKS dan studi pengaruhnya terhadap
proses pelarutan urea Syahmani, 2001
76 2 Preparation and evaluation of lignosulfonat as a dispersant for gypsum paste
from acid hydrolysis lignin
Yasuda et al, 2004 3 Oleum sulfonation of lignins Dilling P, 1989
4 Ammoxidized lignosulfonate cement dispersant Gargulak et al, 2001
Proses sulfonasi lignin isolat TKKS menjadi surfaktan NLS, dilakukan dengan mengkombinasi penelitian Syahmani 2001 dan Yasuda et al. 2004. Dari penelitian
Syahmani dan Yasuda perlu dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan kualitas produk NLS dengan konversi tinggi serta kemurnian tinggi sehingga memenuhi
karakteristik sebagai bahan pendispersi pada sistem dispersi pertikel pasta semen dan pasta gipsum.
Lignin isolat yang memiliki pH sekitar 3 – 4, akan sulit terdegradasi pada proses sulfonasi, sehingga perlu di tambahkan basa untuk meningkatkan pH hingga pH
minimum 5. Pada dasarnya proses sulfonasi lignin menggunakan natrium bisulfit juga akan menaikkan pH, namun harus dalam jumlah yang banyak untuk mendapatkan pH
minimun. Akibatnya akan terlalu banyak kelebihan NaHSO
3
yang tidak bereaksi, sehingga menimbulkan pemborosan baik dalam pemakaian bahan NaHSO
3
maupun bahan pemurnian metanol. Metanol digunakan untuk mengendapkan kelebihan
NaHSO
3
yang tidak bereaksi. Dengan memodifikasi proses tersebut, yaitu dengan menambahkan NaOH pada
proses sulfonasi tersebut, akan dapat mengatasi masalah yaitu mendapatkan konversi lignin bereaksi menjadi NLS yang relatif tinggi 72,20 serta kemurnian NLS yang
lebih tinggi 80,05
4.1.4 Preparasi Lignin Isolat 4.1.4.1 Proses PemasakanPulping TKKS