107 Kemungkinan struktur lignin terfragmentasi sebagai yaitu 2 dua buah lignin
koniferil alkohol yang dihubungkan oleh atom sulfur S dan mempunyai bobot molekul sebesar 390 mz: BM + H = 391 mz
4.1.8 Karakteristik Sifat Fisiko-kimia Natrium Lignosulfonat NLS
Karakteristik natrium lignosulfonat NLS yang dianalisis adalah kemurnian NLS, pH, persen gula pereduksi, kandungan air serta bobot jenis, serta kandungan
mineral S, Na, Ni, Ca dapat dibandingkan dengan NLS komersial Wesco Technology, 1995 yang berfungsi sebagai bahan pendispersi pada sistem dispersi
partikel pasta semen dan pasta gipsum. Gambar visual NLS yang dihasilkan disajikan pada Gambar 4.22, dan karakteristik NLS yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.10
BM = 391 mz
1. Variasi nisbah pereaksi 60, pH 5 dan suhu 100
o
C 2. Variasi nisbah pereaksi 70, pH 5 dan suhu 90
o
C 3. Variasi nisbah pereaksi 60, pH 5 dan suhu 90
o
C 1
2 3
O OH
HO
O OH
OH S
108
Tabel 4.10 Karakteristik natrium lignosulfonat NLS dibanding dengan NLS standar komersial Wesco Technology, 1995
Natrium lignosulfonat
NLS NLS komersial,
Wesco Technology,1995 Kemurnian ,
80,05 80
pH: 10 larutan 7,2
7,5 Gula pereduksi,
1,07 7
Kandungan air, 3
7.0 Bobot jenis, kgm
3
402,40 368,42
Kandungan mineral: Sulfur,
Natrium, Nitrogen,
Kalsium, 9,02
9 0,16
0,07 6,6
7 0,1
0,5
4.1.9 Kinerja NLS Sebagai Bahan Pendispersi Pada Pasta Gipsum
Evaluasi kinerja NLS sebagai bahan pendispersi dilakukan dengan mengamati persentase nilai alir pasta gipsum pada berbagai variasi penambahan NLS yang
tambahkan pada pasta gipsum Lampiran 33. Nilai alir pasta gipsum tanpa penambahan NLS konsentrasi 0 adalah 96 , sedangkan pada penambahan NLS 0,05 mulai
terjadi kenaikan nilai alir hingga 108 . Pada penambahan NLS 0,10 terjadi kenaikan nilai alir yang cukup signifikan yaitu 120 , dan penambahan NLS 0,15
NLS terjadi kenaikan nilai alir paling tinggi yaitu 136 . Pada penambahan lebih besar dari 0,15 NLS , yaitu 0,20 dan 0,25 tidak mengalami kenaikan nilai alir yang
signifikan, hal ini dikarenakan telah terjadi kondisi yang jenuh dan telah terjadi penyebaran yang merata.
Jika dibandingkan dengan penambahan lignosulfonat standar NLS-Aldrich Lampiran 34, pada penambahan NLS 0,05 hingga 0,25 , terjadi kenaikan
persentase nilai alir dengan fenomena yang sama, yaitu keadaan yang paling optimum terjadi pada penambahan 0,15 NLS-Aldrich, diperoleh nilai alir sebesar 152 , dan
Kemurnian NLS-Aldrich = 96 Gambar 4.22. Gambar visual natrium lignosulfonat NLS.
109 terjadi kondisi jenuh pada penambahan lebih besar 0,15 , yaitu pada penambahan
NLS yaitu 0,20 dan 0,25 . Kinerja NLS dan NLS-Aldrich sebagai bahan pendispersidispersant disajikan pada Gambar 4.23.
Jika dilihat dari nilai alir kedua aditif tersebut, nilai alir pasta gipsum dengan penambahan kadar NLS hasil sulfonasi tidak sebagus nilai alir dari aditif NLS-Aldrich.
Hal ini kemungkinan NLS memiliki karakteristik yang berbeda terutama kemurnian natrium lignosulfonat NLS hanya sebesar 80,05 lebih rendah dibanding dengan
kemurnian NLS-Aldrich memiliki kemurnian tinggi yaitu 96 . Hal ini sesuai dengan pendapat Yasuda et al., 2004, bahwa kinerja lignosulfonat sebagai dispersan
dipengaruhi oleh kemurnian, kandungan sulfur S serta bobot molekul Mr. Namun demikian NLS hasil isolasi lignin TKKS memenuhi karakteristik sebagai bahan
pendispersidispersant karena kandungan lignosulfonat atau kemurnian minimal yang disyaratkan adalah 80 Wesco Technology, 1995
4.2 Pengembangan Proses Melalui Pendekatan Sistematis Empiris Pemodelan, Simulasi, Optimasi serta Integrasi Proses
konsentrasi , bb
Gambar 4.23 Hubungan konsentrasi NLS dan NLS-Aldrich terhadap nilai alir pasta gipsum.
NLS
NLS-Aldrich
60 80
100 120
140 160
180
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
Ni la
i a lir
,
NaLS NaLS-
Aldrich
110
4.2.1 Model Kinetika Reaksi