Karakteristik Responden Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis

105

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

7.1. Karakteristik Responden

Responden yang diambil dalam penelitian ini ialah 22 responden yang menjadi mitra BMT Tadbiirul Ummah. Keseluruh responden tersebut memiliki usaha di sektor agribisnis baik itu on-farm maupun off-farm Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Responden Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis Pada KBMT Tadbiirul Ummah Berdasarkan Pendidikan, Jenis Kelamin, Wilayah Usaha Tahun 2008 Total Karakteristik Pertanian N=8 Peternakan N=4 Industri Kecil N=2 Perdagangan N=8 Jumlah N=22 Komposisi Tidak Tamat SD orang 1 2 2 5 23 Tamat SDorang 6 1 2 6 15 68 SMP orang Pendidikan SMA orang 1 1 2 9 Laki-laki orang 8 3 1 7 19 86 Jenis Kelamin Perempuan orang 1 1 1 3 14 Situ daun orang 4 1 5 23 Tenjolaya orang 3 1 2 6 27 Dramaga orang 1 1 2 4 18 Ciampea orang 1 1 5 Wilayah Usaha Lain-lain orang 1 1 4 6 27 Berdasarkan Tabel karakteristik diatas dapat ditunjukan bahwa pada bidang pertanian mitra yang memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD terdapat 1 orang, pada tingkat tamat SD terdapat 6 orang mitra dan satu orang memiliki tingkat pendidikan. Hal tersebut menunjukan bahwa pada usaha pertanian tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden sangat rendah. Karena dominasi tingkat pendidikan pada sekolah dasar. Pada usaha peternakan terdapat dua orang yang tidak menamatkan pendidikan dasarnya, satu orang yang mampu menamatkan pendidikan dasarnya dan satu orang memiliki pendidikan hingga lulus sekolah menengah atas. Berdasarkan hal tersebut pada sektor usaha peternakan, 106 responden memiliki masih didominasi dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak tamat sekolah dasar dan tamat sekolah dasar. Pada sektor industri kecil, karakteristik pendidikan yang dimiliki oleh responden pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis adalah memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar dengan jumlah responden sebanyak 2 orang. Hal tersebut menunjukan pula bahwa sektor industri kecil masih didominasi oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pada sektor usaha perdagangan jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar sebanyak dua orang dan untuk mitra yang memiliki tingkat pendidikan tamat sekolah dasar sebanyak enam orang. Pada sektor perdagangan pun masih didominasi oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar. Berdasarkan jenis kelamin maka laki-laki mendominasi pada bidang pertanian dimana sebanyak delapan orang mampu memanfaatkan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis. Pada sektor peternakan terdapat tiga responden berjenis kelamin laki-laki dan satu orang berjenis kelamin perempuan. Untuk sektor industri kecil dapat dikatakan seimbang karena terdapat satu orang yang berjenis kelamin laki-laki dan satu orang perempuan yang memanfaatkan pembiayaan syariah pada KBMT Tadbiirul Ummah dan pada sektor perdagangan ada tujuh orang yang memanfaatkan pembiayaan syariah dan hanya ada satu orang yang memanfaatkan pembiayaan syariah. Berdasarkan jenis kelamin hampir sebanyak 19 orang laki-laki menguasai pemanfaatan pembiayaan syariah pada KBMT Tadbiirul Ummah, sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pembiayaan syariah lebih banyak disalurkan kepada jenis kelamin laki-laki dibandingkan kepada perempuan. Berdasarkan wilayah usaha dapat dilihat sebaran wilayah usaha dari tiap mitra yang ada pada KBMT Tadbiirul Ummah, pada sektor pertanian terdapat sebaran sebanyak empat orang untuk wilayah Situ Daun, tiga mitra pada wilayah Tenjolaya dan satu orang untuk wilayah lainnya. Pada sektor peternakan terdapat sebaran wilayah sebanyak satu orang untuk daerah Tenjolaya, satu orang yang memiliki wilayah usaha di Dramaga, satu orang pada daerah Ciampea dan satu orang terdapat pada wilayah lainnya. Sedangkan untuk sektor industri kecil 107 sebarannya hanya terdapat pada dua wilaya yaitu satu orang pada daerah situ daun dan satu orang lainnya terdapat pada wilayah Dramaga. Sedangkan, pada sektor usaha perdagangan sebaran wilayah usaha terdapat pada daerah Tenjolaya sebanyak dua orang, pada wilayah Dramaga terdapat sebanyak dua orang mitra dan sebaran wilayah lebih banyak tersebar pada wilayah lainnya, wilayah tersebut lebih banyak terdapat pada daerah Pasar Induk Kemang. Tabel 18. Karakteristik Responden Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah Berdasarkan Profit, Aset, Pengalaman, komposisi modal, Frekuensi Pembiayaan, Nisbah Bagi Hasil dan Realisasi Pembiayaan Tahun 2008 Keterangan Pertanian Peternakan Industri Kecil Perdagangan Rata-rata Total Profit Usaha RupiahThn 15,929,400.0 13,870,000.0 6,292,000.0 43,817,502.6 19,977,225.7 Total Asset Usaha Rupiah 31,612,500.0 59,125,000.0 185,000.0 76,737,500.0 41,915,000.0 Pengalaman usaha Tahun 16.5 10.3 6.0 17.4 12.5 Komposisi Modal usaha Rupiah 4,050,001.6 8,950,000.0 85,000.0 24,550,000.0 9,408,750.4 Frekuensi Pembiyaaan Kali 5.5 1.8 3.5 4.3 3.8 Nisbah Bagi Hasil Rupiah 220,000.0 1,387,500.0 225,000.0 1,230,000.0 765,625.0 Realisasi Pembiayaan Rupiah 1,406,250.0 7,700,000.0 750,000.0 4,187,500.0 3,510,937.5 Berdasarkan Tabel 18 terdapat beberapa karakteristik rata-rata yang dapat dideskripsikan berdasarkan profit usaha, total asset usaha, pengalaman usaha, komposisi modal usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil dan realisasi pembiayaan itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat karakteristik serta kecenderungan dari setiap sub-sistem yang ada pada sistem agribisnis. Sehingga, karakteristik usaha dapat ditunjukan bersama dengan karakteristik pembiayaan itu sendiri. Pada sektor pertanian profit usaha rata-rata yang dimiliki oleh responden pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis sebesar Rp 15.929.400 pertahun, untuk sektor peternakan profit usaha yang dimiliki sebesar Rp. 13.870.000 108 pertahun rata-ratanya, untuk industri kecil hanya memiliki profit usaha sebesar Rp 6.292.000 pertahun sedangkan untuk sektor perdaganngan memiliki profit usaha hingga mencapai Rp 43.817.502. Hal tersebut menunjukan bahwa profit terbesar pada sektor usaha perdagangan dan paling kecil pada sektor usaha industri kecil. Profit usaha yang besar pada sektor perdagangan menunjukan bahwa usaha perdagangan sangat menguntungkan dan memiliki perputaran bisnis yang sangat cepat sehingga dapat dengan mudah mendatangkan keuntungan. Berdasarkan total asset usaha maka akan terlihat bahwa total asset yang dimiliki oleh mitra KBMT yang memanfaatkan pembiayaa syariah untuk sektor agribisnis. Pada usaha pertanian mitra memiliki asset usaha rata-rata sebesar Rp 31.612.500, untuk sektor peternakan rata-rata mitra memiliki asset usaha sebesar Rp 59.125.000. Untuk sektor industri kecil sendiri memiliki asset usaha sebesar Rp 185.000 dan untuk sektor usaha perdagangan rata-rata asset responden sebesar Rp 76.737.500 nilai asset dari sektor perdagangan masih tetap yang terbesar sehingga dapat dilihat dalam hal ini bahwa asset usaha perdagangan sangat besar dibandingkan dengan asset usaha sektor lainnya. Secara keseluruh mitra dapat diketahui bahwa total asset yang ada sebesar Rp 41.915.500. berdasarkan Tabel 18 juga dilihat bahwa ternyata sektor industri kecil memiliki asset usaha yang paling kecil diantara yang lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa pada proses produksi industri kecil sangat sedikit total asset yang dimiliknya dibanding dengan total perdagangan. Selain itu, karakteristik responden pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dapat dilihat pada pengalaman usaha yang dimiliki oleh mitra KBMT Tadbiirul Ummah. Pengalaman usaha untuk sektor pertanian memiliki rata-rata pengalaman usaha selama 16,5 tahun dalam menjalankan usahannya, untuk sektor peternakan memiliki rata-rata pengalaman usaha selama 10,3 tahun, untuk usaha industri kecil rata-rata mitra memiliki pengalaman usaha selama enam tahun. Sedangkan, untuk sektor perdagangan memiliki rata-rata pengalaman usaha dari setiap mitra selama 17,4 tahun dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat ternyata pengalaman usaha paling sebenta ialah pada sektor industri kecil sedangkan pengalaman usaha yang paling lama terdapat pada sektor perdangan. Hal tersebut dapat menjadi acuan bahwa usaha perdagangan yang 109 lebih lama mampu memiliki asset yang lebih besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Apabila melihat komposisi modal uaha maka akan terlihat bahwa pada sektor pertanian rata-rata petani memiliki komposisi modal pribadi untuk digunakan pada usahannya sebesar Rp 4.050.001, untuk sektor usaha peternakan memiliki komposisi modal usaha sebesar Rp 8.950.000, besarnya komposisi modal usaha untuk sektor industri kecil memiliki nilai sebesar Rp 85.000 dan pada sektor perdagangan dapat dilihat memiliki nilai sebesar komposisi modal usaha sebesar Rp24.550.000, berdasarkan hal tersebut dapat diketahui ternyata butuh lebih besar modal dalam menjalankan usahannya pada sektor agribisnis. Nominal terbesar masih dimiliki oleh sektor perdagangan. Namun, secara keseluruhan mitra pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis memiliki rata-rata total pembiayaan sebesar Rp 9.408.750. Karakteristik mitra KBMT Tadbiirul ummah yang memanfaatkan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dapat dilihat melalui frekuensi pembiayaan yang telah dilakukan oleh pihak mitra. Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa rata-rata mitra yang berada pada sektor usaha pertanian memiliki rata-rata pemanfaatan pembiayaan sebanyak enam kali sebagai hasil pembulatan. Pada sektor peternakan mitra pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis melakukan pembiayaan sebanyak dua kali hal ini didapatkan hasil pembulatan. Pada sektor usaha industri kecil sendiri frekuensi pembiayaan rata-rata yang dilakukan mitra pembiayaan syariah sebanyak empat kali dan pada sektor usaha perdagangan memiliki frekuensi pembiayaan pada KBMT TBU sebanyak empat kali saja. Pada rata-rata total sektor usaha dapat diketahui frekuensi pembiayaan yang telah dilakukan oleh mitra KBMT Tadbiirul Ummah sebanyak empat kali. Apabila dilihat ternyata frekuensi pembiayaan dari setiap sektor hampir menyeluruh memiliki rataan yang sama dan tidak berbeda jauh. Nisbah bagi hasil yang dimiliki oleh mitra KBMT TBU untuk tiap sektor akan menunjukan seberapa besar nilai nibah bagi hasil yang dibagi dengan pihak KBMT TBU sendiri. Berdasarkan sektor pertanian didapatkan nisbah bagi hasilnya sebesar Rp 220.000, untuk sektor peternakan sendiri memiliki nisbah bagi hasil sebesar Rp 1.387.5000, untuk sektor industri kecil memiliki nilai nisbah 110 bagi hasil Rp 225.000, dan untuk sektor perdagangan memiliki nisbah bagi hasil sebesar Rp 1.230.000. Sedangkan, untuk rata-rata total dari seluruh sektor usaha memiliki nisbah bagi hasil sebesar Rp 765.625. Tetapi ada kecenderungan bahwa sektor peternakan memiliki nisbah bagi hasil yang lebih besar dibandingkan dengan sektor perdangangan. Hal ini menunjukan bahwa mitra pada sektor peternakan melakukan pembiayaan lebih besar dibandingkan sektor lainnya, walaupun secara jumlah mitra pada sektor peternakan hanya ada empat responden yang menjalankan usahannya disektor peternakan. Pada realisasi pembiayaan oleh KBMT TBU dapat diketahui karakteristik rata-rata sektor mana pada agribisnis yang paling besar realisasi pembiayaannya. Pada sektor pertanian realisasi total pembiayaan hanya sebesar Rp 1.406.250. pada sektor peternakan memiliki realisasi pembiayaan sebesar Rp 7.700.000. Pada sektor industri kecil realisasi pembiayaan yang ada hanya sebesar Rp 750.000 dan untuk perdagangan sendiri hanya memiliki realisasi pembiayaan syariah sebesar Rp 4.187.500, sedangkan secara keseluruhan didapatkan rata-rata total dari setiap sektor usaha sebesar Rp 3.510.937,5. Pada realisasi pembiayaan ini dapat dilihat bahwa pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis paling besar dialokasikan untuk usaha peternakan. Hal ini sesuai degan nisbah bagi hasil yang sebelumnya dibahas, ditunjukan bahwa nisbah bagi hasil dengan realisasi pembiayaan syariah nilai besarnya selalu berimbang.

7.2. Keragaan Regresi Faktor-Faktor Realisasi Pembiayaan Syariah