Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Agribisnis.

45

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Agribisnis. Program pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis merupakan suatu program pembiayaan yang bertujuan untuk mengayomi dan mengangkat kaum petani untuk jadi lebih baik dalam melakukan usaha pertaniannya. Dengan demikian, kriteria efisiensi dalam pengertian ekonomis tidak sepenuhnya dapat diterapkan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini. Kriteria efektivitas dirasakan lebih tepat dibandingkan dengan kriteria efisiensi, dalam arti sejauh mana program pembiayaan tersebut dapat dengan cepat dan luas menjangkau sasaran mereka. Penilaian yang dilakukan terhadap permohonan pembiayaan, pemberian dana harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam. Prinsip ini dikenal dengan prinsip 5C, yaitu: 1 Caracter yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. 2 Capacity yaitu penilaian secara subjektif tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan dilapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatannya. 3 Capital yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi modalnya 4 Collateral yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. 5 Conditions yaitu pihak pemberi dana harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan 46 jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi ekternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam.

3.1.2. Permintaan Pembiayaan

Pembiayaan yang dijelaskan diawal sama dengan kredit mempunyai dua makna, yaitu sebagai barang ekonomi dan sebagai sumber modal. Kedua pengertian tersebut akan digunakan dalam menganalisis permintaan pembiayaan. Analisis permintaan terhadap pembiayaan dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan lansung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana pembiayaan dianggap sebagai barang ekonomi. Sedangkan pendekatan tidak langsung dilakukan melalui fungsi produksi dimana pembiayaan dianggap sumber modal dalam kegiatan produksi. Sehingga dalam kaitannya dengan pemakaian pembiayaan untuk membiayai kegiatan produksi lebih relevan menggunakan pendekatan tak langsung melalui fungsi produksi. Jumlah pembiayaan yang diambil sangat tergantung pada tingkat aksesbilitas debitur yang dipengaruhi faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan penjabaran sebagai berikut: 1 Faktor ekonomi a Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah anggota keluarga yang harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang bersangkutan. b Pendapatan usaha yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai oleh kredit terhadap pendapatan total c Biaya transportasi 2 Faktor non ekonomi a Umur yang berhubungan dengan kematangan berpikir arau kedewasaan seseorang dalam menentukan tindakan b Tingkat pendidikan. c Pemahaman mengambil kredit bersangkutan yang berpengaruh pada pemahaman prosedur pembiayaan d Pengalaman usaha e Jarak lokasi 47 f Tingkat pengenalan pengurus

3.1.3. Peranan Kredit atau Pembiayaan

Peranan kredit pertanian berdasarkan beberapa literatur yang ditulis para ahli kredit dapat dipandang dari dua aspek yaitu aspek makro dan mikro. Dari segi makro peranan kredit dilihat sebagai salah satu alat kebijaksanaan dalam pembangunan pertanian, atau dalam lingkup yang lebih luas yaitu pembangunan perdesaan. Pembahasan peranan pasar modal di pedesaan Rural Financial Market dan pengaturan suku bunga kredit, namun pada pembiayaan tidak ada unsur bunga didalamnya tapi lebih kepada bagi hasil, merupakan contoh pembahasan peranan kredit dari aspek makro. Peranan kredit dari aspek mikro banyak ditujukan kepada mamandang kredit sebagai penambah modal usaha, bahkan kredit dipandang indentik dengan input faktor. Pemberian kredit pertanian merupakan salah satu alat kebijaksanan pembangunan pertanian atau perdesaan telah banyak dilakukan di negara- negara berkembang. Kredit tersebut dapat disebut dengan berbagai sebutan antara lain “agricultural credit”, “small farm credit” dan biasa juga disebut dengan “supervised credit” atau kredit terbimbing. Dari sebutan-sebutan tersebut menujukan bahwa kredit ini ditujukan pada masyarakat pedesaan terutama petani kecil, sebagai kelompok ekonomi lemah yang banyak ditemui di negara-negara berkembang. Menurut Johnson dan Johnson diacu dalam Kusnadi 1990 memandang kredit sebagai unsur yang perlu terintegrasi dengan pendidikan yang akan menunjang pembangunan perdesaan. Selanjutnya dikemukakan bahwa program kredit pertanian ditujukan untuk 1 menyediakan kredit dalam jumlah yang cukup untuk tujuan produktif bagi petani kecil dan menengah, 2 penggunaan kredit adalah bagian dari program untuk memperbaiki cara berusahatani dan taraf hidup petani, serta manjadi faktor yang dapat memperluas program perbaikan desa. Agar kredit mampu berperan seperti diatas, pemberiannya selalu menyertai program perbaikan tekhnologi baru, khususnya teknologi pertanian. Mosher 1993 misalnya menempatkan kredit produksi sebagai salah satu unsur untuk mempermudah pembangunan pertanian. Salah satu unsur pokoknya adalah adanya teknologi yang selalu berubah. Secara teoritis dengan adanya kredit 48 produksi menyebabkan petani mempunyai kesempatan untuk mereorganisasi penggunaan sumberdaya sampai tingkat yang optimal. Kuntjoro diacu dalam Kusnadi 1990 menyebutkan bahwa petani yang menggunakan kredit dapat meningkatkan faktor-faktor produksinya pada tingkat yang optimal, sehingga dapat meningkatkan produksi total secara optimal pula. Peningkatan penggunanan faktor-faktor produksi tersebut dimungkinkan karena adanya tambahan dana. Dengan adanya tambahan dana ini petani dapat membeli faktor-faktor produksi yang dibutuhkan pada tingkat yang optimal. Baker dan Bargava diacu dalam Kusnadi 1974 menyatakan bahwa kegagalan program kredit dalam bentuk kurang partisipasi petani dengan menunggak, karena adanya perbedaan pandangan peranan kredit sering diberikan khusus untuk membiayai kegiatan produksi atau teknologi baru. Di pihak petani disamping harus membiayai produksi juga harus membiayai kebutuhan konsumsi keluarga. Dengan demikian pada dasarnya petani dihadapkan pada usaha mengatur keseimbangan antara saat surplus dengan saat defisit keuangan. Saat surplus dan defisit tersebut sangat berkaitan dengan arus pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga. Pada usahatani, sifat pendapatan petani yang musiman merupakan salah satu faktor penyebab petani selalu menghadapi masa defisit dan surplus dana tersebut. Oleh karena itu penyediaan kredit bagi petani secara ideal tidak harus terbatas pada kredit produksi, tetapi perlu disediakan kredit untuk keperluan yang lebih luas. Peranan kredit pada tingkat usahatani telah banyak diteliti oleh pada ahli. Colyer dan Jimenez diacu dalam Kusnadi 1977 telah menunjukan peranan kredit bagi usaha tani di Columbia. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa usahatani peserta kredit rata-rata mempunyai produktivitas lebih tinggi dibanding bukan peserta. Di samping itu mereka juga menggunakan input modern lebih tinggi, seperti produk buatan, pestisida dan benih unggul. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kredit dapat mempercepat proses adopsi teknologi baru. Walaupun banyak penelitian yang membuktikan peran positif pemberian kredi tersebut, penelitian lain yang dilakukan Penny diacu dalam Kusnadi 1990 menunjukan bahwa kredit produksi bukan merupakan faktor penentu dalam memacu pertumbuhan produksi. Peranan kredit di dalam hal ini sangat tergantung 49 pada kemampuan dan kemauan petani untuk menggunakannya pada kegiatan produktif. Pada petani yang belum berorientasi pada kesempatan ekonomi, kredit lebih banyak digunakan untuk keperluan konsumtif. Menurut Yunus 2007 mengatakan bahwa kredit mikro bukan hanya soal memberi orang peluang ekonomi. Ini menyangkut komunitas. Ini menyangkut tanggung jawab. Ini soal cara pandang bagaimana kita semua saling terhubung dan bergantung di dunia masa kini. Ini adalah pengakuan bahwa di negara kami, nasib penerima tunjangan di Denver atau Washington terjalin tak terelakkan dengan kita semua. Ini soal pemahaman tentang bagaimana mengangkat masyarakat keluar dari kemiskinan di India atau Bangladesh akan memantulkan kembali manfaatnya bagi seluruh komunitas dan menciptakan ladang subur agar demokrasi bisa hidup dan bertumbuh, karena masyarkat memiliki harapan di masa depan. Pada akhirnya Donal diacu dalam Kusnadi 1990 menyebutkan bahwa teknologi baru yang diintroduksikan dengan menyertakan kredit harus mampu menciptakan kesempatan ekonomi Economic Opportunity. Kesempatan ekonomi ini menyangkut banyak aspek, bukan hanya pada teknologi itu sendiri. Setiap teknologi yang dianjurkan harus ditunjang dengan tersedianya pasar input yang memadai. Kemudian kenaikan produksi akibat teknologi itu sendiri harus dapat diserap oleh pasar.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional