Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Secara Umum Koperasi Baitul Maal Waat Tamwill

84

VI. EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

6.1. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Secara Umum Koperasi Baitul Maal Waat Tamwill

Ummah memiliki fungsi dasar sebagai bank. Namun harus ada hal berbeda yang ditunjukan oleh BMT dalam hal penyaluran dana. Penyaluran dana dapat dilakukan dalam dua jenis, pertama, pembiayaan dengan sistem bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga. Kedua adalah jual beli dengan pembiayaan ditangguhkan, yaitu penjualan barang dari BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT. Dengan karakteristik BMT yang memiliki fungsi dasar sebagai bank, maka BMT pun melakukan pelayanan kepada para konsumen. Pelayanan yang dilakukan dapat berupa pelayanan dikantor atau pun pihak BMT melakukan kunjungan langsung kepada pada calon mitra yang ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai pembiayaan syariah. Informasi yang biasanya didapatkan terkait dengan pembiayaan ialah melalui brosur yang disebarkan ataupun pihak BMT melakukan presentasi dihadapan calon mitra. Selain itu, pembinaan yang dilakukan oleh BMT Tadbiirul Ummah kepada para mitra cukup baik. Pembinaan tersebut dilakukan pada saat penagihan pembayaran, berupa konsultasi bisnis terkait dengan administrasi keuangan maupun rencana usaha, pembinaan dilakukan secara langsung oleh account officer, agar pembiayaan yang disalurkan tidak mengalami kemacetan pada saat pembayaarannya. Selain melakukan pelayanan dan pembinaan, maka BMT menyusun rencana atau target pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan iklim yang dinamis agar penyaluran dana kepada para mitra BMT dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil temuan dilapangan ada beberapa target yang ditetapkan oleh BMT dalam menyalurkan pembiayaannya baik itu berdasarkan jumlah mitra, jumlah nominal, wilayah usaha, jenis mitra, jenis profesi mitra, jenis pemanfaatan, jenis akad maupun sektor usaha. Untuk mengetahui target dan realisasi 85 pembiayaan maka data yang digunakan ialah data pada tahun 2008, agar data yang ada masih update dan tidak usang. Secara umum pembiayaan yang terjadi pada KBMT Tadbiirul Ummah mencapai total pencapaian sebesar Rp 3.647.230.000 dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 4.479.280.000 atau secara persentase pencapaiannya mampu mencapai 81 persen untuk jumlah nominal pembiayaan syariah yang ditargetkan. Sedangkan, untuk pencapaian total jumlah mitra yang memperoleh pembiayaan berjumlah sebanyak 456 orang dari 527 orang yang ditargetkan atau secara persentase maka besarnya ialah 88 persen. Walaupun belum mampu memenuhi target secara optimal baik dari sisi jumlah nominal dana yang bergulir ataupun jumlah mitra, pencapaian yang dihasilkan dapat dikatakan sangat baik karena mampu mencapai target melebihi 80 persen. Pencapaian dari segi jumlah nominal yang mampu mencapai nilai sebesar 81 persen menunjukan efektivitas yang baik pada penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh pihak KBMT. Kemampuan menyalurkan dana sebesar Rp 3.647.230.000 kepada mitra menunjukkan bahwa KBMT memiliki sumber daya yang baik dalam memasarkan produk pembiayaan. Sumber daya yang berperan dalam hal ini ialah account officer yang memiliki kemampuan yang baik dalam menawarkan pembiayaan syariah kepada calon mitra. Efektivitas penyaluran pembiayaan akan disegmentasi dalam beberapa bagian, pembagian tersebut berdasarkan wilayah usaha, jenis mitra, profesi mitra, peruntukan, akad dan berdasarkan sektor usaha. Pembagian tersebut menunjukan seberapa besar pencapaian efektivitas apabila tersegmentasi dalam beberapa bagian. Sehingga, dapat dilihat secara jelas seberapa besar efektivitas pembiayaan syariah yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah.

6.1.1. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Wilayah Usaha

Efektivitas pada pembiayaan yang dilakukan berdasarkan wilayah dipengaruhi pula oleh letak kantor KBMT Tadbiirul Ummah yang berada di Kecamatan Dramaga. Berdasarkan Tabel 5 secara nominal yang ditargetkan untuk penyaluran pembiayaan paling besar ialah daerah Bogor Kota sebesar Rp 2,506,250,000. Namun pencapaiannya tidaklah terlalu besar hanya sebesar Rp 1,623,850,000 atau secara persentase hanya mencapai 65 persen. Sedangkan 86 target pembiayaan yang paling kecil yang dilakukan berdasarkan wilayah ialah wilayah usaha luar Bogor yaitu sebesar Rp 19,000,000, walaupun targetnya paling kecil namun pencapaian paling besar sebesar Rp 148,500,000. Tabel 5 . Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Wilayah Usaha Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Wilayah Usaha Target Rp Pencapaian Rp Pencapaian Target Jumlah Mitra Orang Pencapaian Orang Pencapaian Bogor kota 2506250000 1623850000 65 52 45 87 Dramaga 924750000 761050000 82 210 136 65 Cibanteng 468400000 268190000 57 58 65 112 Ps. Induk K 211750000 - 29 - Tenjolaya 219250000 136100000 62 93 79 85 Ciampea 213830000 262580000 123 70 31 44 Ps. Anyar 38500000 131580000 342 11 20 182 Sd. Barang 79300000 55490000 70 18 17 94 Luar Bogor 19000000 148500000 782 5 11 220 Bojong Gede 23800000 - 13 - Bogor Barat 10800000 - 4 - Ranca Bungur 10000000 13620000 136 10 15 150 Grand Total 4,479,280,000 3,647,230,000 81 527 465 88 Pencapaian target pembiayaan untuk daerah Bogor Kota yang mencapai 65 persen dapat dikatakan tidak efektif karena tidak mampu mencapai target secara baik. Efektivitas penyaluran pembiayaan untuk daerah Dramaga mampu mencapai 82 persen, pencapaian yang besar tersebut menunjukan bahwa KBMT mampu mengoptimalkan peyaluran pembiayaan pada daerah dimana kantornya berada. Daerah Cibanteng hanya mampu mencapai penyaluran sebanyak 57 persen, hal tersebut menunjukan bahwa pencapaian target tidak optimal atau dapat dikatakan tidak efektif. Pencapaian target untuk Tenjolaya mampu mencapai 62 persen pencapaian, hal tersebut masih belum mencapai tingkat optimalitas penyaluran untuk daerah Tenjolaya. Pencapaian target untuk daerah Ciampea mampu mencapai 123 persen, hal terebut menunjukan bahwa penyaluran pembiayaan untuk daerah Ciampea mampu mencapai tingkat efektivitas yang sangat baik. Begitu pula dengan wilayah Pasar Anyar, mampu mencapai penyaluran pembiayaan sebesar 342 persen. Pencapaian tersebut mampu melebih target yang ditentukan dan dapat dikatakan pembiayaan syariah untuk daerah Pasar Anyar mencapai tingkat efektivitas yang sangat baik. Pencapaian target untuk wilayah sindang barang hanya mampu mencapai efektivitas pencapaian target penyaluran sebesar 70 persen, hal tersebut 87 menunjukan bahwa pembiayaan untuk daerah Sindang Barang dapat disimpulkan cukup efektif. Pembiayaan untuk daerah luar Bogor mampu mencapai target sebesar 782 persen, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembiayaan untuk daerah luar bogor sangat tinggi pencapaian efektifitasnya. Sedangkan, pembiayaan untuk daerah ranca bunggur mampu mencapai target pembiayaan sebesar 136 persen dimana pencapaian tersebut sangat tinggi. Selain berdasarkan nominal, maka target pun dibuat berdasarkan jumlah mitra. Jumlah mitra yang ditargetkan paling banyak berdasarkan wilayah adalah daerah Dramaga yaitu sebesar 210 mitra. Namun, pencapaiannya tidaklah terlalu besar hanya mampu mencapai sebanyak 136 mitra atau secara persentase hanya sebesar 65 persen. Sedangkan untuk target paling kecil berdasarkan mitra adalah wilayah luar Bogor hanya sebanyak 5 mitra yang ditargetkan, namun realisasi yang terjadi mampu mencapai lebih dari yang diharapkan dengan jumlah 11 mitra atau secara persentase sebesar 220 persen. Target yang dibuat berdasarkan wilayah usaha menunjukan, bahwa ada beberapa daerah baru yang mampu menjadi pasar bagi pembiayaan syariah yang dilakukan oleh KBMT Tadbiirul Ummah. Daerah tersebut yaitu Pasar Induk Kemang, Bojong Gede dan Bogor Barat. Penambahan jumlah nominal dan mitra yang melakukan pembiayaan berapa pada Pasar Induk Kemang. Perluasan wilayah usaha ini membuktikan bahwa semakin besarnya kebutuhan masyaraakat akan bantuan pembiayaan syariah. Selain itu, terbukti bahwa sektor perdagangan Pasar Induk Kemang yang merupakan usaha yang berbasiskan sektor riil yang membuat keberpihakan BMT pada sektor usaha perdagangan. Sehingga, BMT mau melakukan penyaluran dana dengan cara mendirikan usaha baru atau dengan cara masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara membeli saham. Penyaluran dana pada sektor riil terbukti bahwa harus bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur kepemilikan didalamnya. Pencapaian target baik secara nominal dan jumlah mitra pembiayaan berdasarkan wilayah menunjukan tingkat efektivitas pembiayaan yang berbeda- beda. Beberapa wilayah hanya mampu mencapai tingkat efektivitas yang rendah dalam penyalurannya. Namun, dapat ditutupi oleh beberapa wilayah yang mampu 88 mencapai efektivitas yang tinggi dan beberapa wilayah ekspansi baru dalam penyaluran pembiayaan. Berdasarkan wilayah penyaluran pembiayaan, penyaluran terbesar terdapat pada wilayah Kota Bogor dan penyaluran terbanyak untuk jumlah mitra terdapat pada daerah Dramaga. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6, secara proporsi untuk jumlah pembiayaan yang disalurkan lebih dominan disalurkan kepada wilayah Bogor Kota sebesar 55,59 persen dan mampu mencapai proporsi pencapaian sebesar 44,52 persen. Sedangkan, jumlah mitra yang tesebar lebih besar pada wilayah Dramaga dengan proporsi target sebesar 39,84 persen dengan proporsi pencapaian sebesar 29,24 persen. Pertambahan yang paling signifikan terdapat pada wilayah Pasar Induk Kemang yang mampu mencapai proporsi pencapaian sebesar 5,8 persen untuk jumlah pembiayaan dan 6,23 persen untuk proporsi pencapaian jumlah mitra. Tabel 6. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Wilayah Usaha pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jumlah Pembiayaan Jumlah Mitra Wilayah Usaha Proporsi Nilai Target Proporsi Nilai Realisasi Proporsi Target Proporsi Realisasi Bogor kota 55.95 44.52 9.86 9.67 Dramaga 20.64 20.86 39.84 29.24 Cibanteng 10.45 7.35 11.00 13.97 Ps. Induk Kemang 5.80 6.23 Tenjolaya 4.89 3.73 17.64 16.98 Ciampea 4.77 7.19 13.28 6.66 Ps. Anyar 0.86 3.60 2.08 4.30 Sd. Barang 1.77 1.52 3.41 3.65 Luar Bogor 0.42 4.071 0.94 2.36 Bojong Gede 0.65 2.79 Bogor Barat 0.29 0.86 Ranca Bungur 0.22 0.37 1.89 3.22 Grand Total 100 100 100 100 6.1.2. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra KBMT Tadbiirul Ummah tidak hanya mengandalkan mitra lama dalam pembiayaan yang disalurkan. Tetapi tiap tahunnya selalu melakukan target untuk 89 mendapatkan mitra baru, pembiayaan berdasarkan jenis mitra baik itu secara nominal maupun jumlah mitra. Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa target pembiayaan yang diperuntukan kepada jenis mitra lama hanya mampu mencapai Rp 2,808,010,000 dari target yang dibuat sebesar Rp 3,952,480,000 atau secara persentase hanya mampu mencapai 71 persen. Sedangkan, berdasarkan jenis mitra baru pencapaian jumlah nominal pembiayaan melebih jumlahnya sebesar Rp 839,220,000 dari pembiayaan yang ditargetkan sebesar Rp 526,800,000 atau secara persentase sebesar 159 persen. Pencapaian target tersebut menunjukkan bahwa KBMT telah cukup efektif dalam melakukan segmentasi untuk jenis mitra lama dengan pencapaian target sebesar 71 persen. Sedangkan, untuk pencapaian target untuk jenis mitra baru mampu mencapai persentase sebesar 159 persen dengan pencapaian tersebut dapat dinilai pembiayaan untuk jenis mitra baru dapat dikatakan mencapai tingkat efektifitas yang sangat tinggi, karena melebih target yang telah dibuat oleh pihak KBMT Tadbiirul Ummah. Sedangkan, berdasarkan jumlah mitra maka dapat terlihat bahwa antara mitra lama yang ditargetkan sebanyak 352 mitra hanya mampu mencapai 311 mitra atau menunjukan 88 persen secara persentase. Untuk jumlah mitra baru yang ditargetkan untuk pembiayaan sebanyak 175 orang namun pencapaianya hanya mampu mencapai 154 mitra atau sebesar 88 persen. Pencapaian sebesar 88 persen, baik itu jumlah mitra lama maupun baru dapat dinilai bahwa pembiayaan untuk pecapaian target penyaluran pembiayaan dapat dinilai efektif, karena mampu mencapai hasil yang baik walaupun belum mampu mencapai pada tingkat paling optimal sebesar 100 persen. Tabel 7. Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jenis Mitra Target Rp Pencapaian Rp Pencapaian Target Jumlah Mitra Orang Pencapaian Orang Pencapaian Lama 3952480000 2,808,010,000 71 352 311 88 Baru 526800000 839,220,000 159 175 154 88 Grand Total 4,479,280,000 3,647,230,000 81 527 465 88 90 Ekspansi yang dilakukan oleh BMT ternyata mampu mengarahkan kegiatan ekonomi masyarakat untuk memanfaatkan pembiayaan syariah dalam bermu’amalah secara Islam agar terhindar dari praktek riba. Selain itu dengan adanya pembiayaan syariah yang terus bergulir kepada mitra yang baru maka BMT sebagai LKMS harus mampu menciptakan kualitas hidup umat dengan jalan yang lebih besar terutama keluarga miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian bewirausaha. Pemanfaatan pembiayaan syariah ini dapat dilihat pada besarnya jumlah peningkatan secara nominal dana untuk alokasi jumlah mitra baru. Sedangkan, untuk pencapaian secara jumlah mitra maka pembiayaan lama ataupun baru memiliki proporsi yang sama, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 8. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 8 ditunjukan bahwa proporsi realisasi dari jenis mitra jelas terlihat menurun, jenis mitra lama tidak dapat memenuhi target yang dibuat, hanya dapat mencapai sebesar 76,99 persen. Sedangkan, proporsi untuk jenis mitra baru mampu mencapai 23,01 persen lebih besar dari proporsi target yang dibuat dari jumlah nominal pembiayaan. Selain itu, berdasarkan jumlah mitra maka proporsi yang mampu dicapai sebesar 66,88 persen untuk jenis mitra lama dan 33,12 persen untuk mitra baru. Hal tersebut menunjukan perbedaan yang tidak signifikan berbeda karena antara proporsi pencapaian dan realisasi tidak terlalu jauh berbeda jumlahnya.

6.1.3. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Profesi Mitra

KBMT Tadbiirul Ummah dapat melayani pembiayaan untuk semua kalangan dengan syarat mampu mengembalikan dana yang dipinjam dengan jangka waktu tertentu. Kalangan yang ditargetkan oleh BMT untuk penyaluran Jumlah Nominal Jumlah Mitra Jenis Mitra Proporsi Target Proporsi Realisasi Proporsi Target Proporsi Realisasi Lama 88.24 76.99 66.79 66.88 Baru 11.76 23.01 33.21 33.12 Grand Total 100 100 100 100 91 pembiayaan ialah orang-orang yang berwiswasta dan pedagang. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Target terbesar dalam penyaluran dana dialokasikan untuk mitra yang berprofesi sebagai wiraswasta dengan target sebesar Rp 2,639,050,000 pencapaian target untuk mitra berprofesi wiraswasta sangat baik sebesar Rp 2,122,610,000. Secara persentase maka pencapaiannya sebesar 80 persen. Sedangkan untuk profesi yang pada penyalurannya ditargetkan tidak terlalu besar yaitu petani sebesar Rp 6,250,000 mampu mencapai hasil dari yang ditargetkan sebesar Rp 51,950,000 secara persentase maka pencapaiannya sebesar 831 persen. Tabel 9. Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Profesi Mitra Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jenis Profesi Mitra Target Rp Pencapaian Rp Pencapaian Target Jumlah Mitra Org Pencapaian Org Pencapaian Wiraswasta 2,639,050,000 2,122,610,000 80 70 63 90 Pedagang 1,376,580,000 1,146,230,000 83 344 281 82 Pegawai Swasta 203,000,000 141,500,000 70 44 33 75 PNS 20,000,000 44,100,000 221 2 10 500 Guru 113,500,000 61,700,000 54 25 10 40 IRT 5,400,000 33,540,000 621 2 23 1150 Petani 6,250,000 51,950,000 831 6 20 333 Pengemudi 44,000,000 15,370,000 35 23 13 57 Buruh 71,500,000 26,430,000 37 11 11 100 Konsultan Mahasiswa 3,800,000 - 1 1 Penjahit Pensiunan Grand Total 4,479,280,000 3,647,230,000 81 527 465 88 Selain itu, jumlah mitra yang ditargetkan berdasarkan profesi ternyata jumlah paling banyak ialah pedagang hingga mencapai 344 mitra namun pencapaian dari target yang dibuah hanya mampu mencapai 281 mitra atau pencapaian sebesar 82 persen. Hal tersebut menunjukan pencapaian yang sudah sangat baik. Namun pencapaian tertinggi dari segi jumlah mitra berdasarkan jenis profesi maka IRT ibu-ibu rumah tangga mampu mencapai target sebesar 1150 persen. Target yang dibuat hanya 2 orang sedangkan hasil yang dicapainnya mampu berjumlah 23 orang. Pencapaian yang luar biasa untuk memperluas segmentasi pemanfaatan pembiayaan syariah pada BMT kepada setiap komponen masyarakat. 92 Secara keseluruhan ada beberapa hal yang menarik yang dapat dilihat pada target dan realisasi. Dari segi nominal maka pencapaian persentase paling besar ialah pada profesi petani. Hal ini menunjukan sudah mulai meningkatnya pemanfaatan pembiayaan syariah yang dilakukan oleh petani. Sedangkan, dari sisi jumlah mitra maka profesi IRT ternyata secara persentase meningkat paling tinggi dari apa yang ditargetkan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat sudah mulai sadar betul akan manfaat pembiayaan syariah. Disisi lain pembiayaan yang telah ditargetkan ada beberapa jenis profesi ternyata belum mampu optimal dicapai. Mahasiswa pun sudah mulai meminjam dana pembiayaan syariah di BMT Tadbiirul Ummah untuk bantuan usaha dan kuliah yang sedang mereka jalani. Dari penjelasan diatas jelas bahwa pembiayaan syariah sangat berperan pada segala jenis profesi. Selain itu, berguna bagi masyarakat untuk membantu mengentaskan masalah kemiskinan dengan upaya pembinaan nasabah yang menonjolkan sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pedagang perantara, konsumen, pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. Selain itu, berperan untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-islam konvensional yang masih menerapkan sistem riba Sumitro dalam Hidayat, 1999. Efektivitas penyaluran pembiayaan berdasarkan jenis profesi mitra, menunjukan bahwa KBMT mampu mencapai efektivitas yang sangat tinggi pada jenis profesi Pegawai Negri Sipil PNS, Ibu Rumah Tangga IRT dan Petani sebagai target konsumen pembiayaan syariah. Walaupun, ada sebagian jenis profesi yang tidak mencapai tingkat efektivitas yang baik, diantaranya ialah guru, pengemudi, dan mahasiswa. Sehingga, dapat disimpulkan efektivitas pembiayaan syariah berdasarkan jenis profesi berbeda-beda. Perbedaan tersebut terjadi akibat dari pencapaian penyaluran pembiayaan ada yang optimal dan tidak. 93 Tabel 10. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jumlah Nominal Jumlah Mitra Jenis Profesi Mitra Proporsi Target Proporsi Realisasi Proporsi Target Proporsi Realisasi Wiraswasta 58.91 58.19 13.28 13.54 Pedagang 30.73 31.42 65.27 60.43 Pegawai Swasta 4.53 3.87 8.34 7.09 PNS 0.44 1.20 0.37 2.15 Guru 2.53 1.69 4.74 2.15 IRT 0.12 0.91 0.37 4.94 Petani 0.13 1.42 1.13 4.30 Pengemudi 0.98 0.42 4.36 2.79 Buruh 1.59 0.72 2.08 2.36 Konsultan Mahasiswa 0.10 0.21 Penjahit Pensiunan Grand Total 100 100 100 100 Sumber : KBMT Tadbiirul Ummah 2009 Berdasarkan jumlah proporsi jumlah nominal pembiayaan realisasi terbesar mampu dialokasikan kepada jeni profesi wiraswasta sebesar 58,19 persen hal tersebut menunjukan bahwa usaha mendukung para pengusaha UMKM. Sedangkan, berdasarkan jenis mitra pencapaian proporsi terbesar ditunjukan oleh jenis mitra sebagai pedagang dengan proporsi sebesar 60,43 persen. Jumlah proporsi realisasi yang besar untuk pedagang menunjukan bahwa BMT lebih tertarik menyalurkan dananya kepada sektor usaha yang lebih cepat perputaran usahanya.

6.1.4. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Peruntukan

Pembiayaan yang ada pada KBMT Tadbiirul Ummah pada prinsipnya secara operasional tidak jauh berbeda dengan bank Islam. Pembiayaan yang ada terbagi pada 3 jenis pembiayaan, yaitu : modal kerja, investasi dan konsumsi. Pada penyaluran pembiayaan berdasarkan peruntukan maka BMT pun melakukan 94 target pasar, agar dana yang bergulir mudah diserah oleh mitra. Target yang ingin dicapai paling besar ialah pembiayaan peruntukan modal kerja sebesar Rp 3.890.400.000. Namun, hasil yang dicapai hanya sebesar 2.664.880.000 atau secara persentase sebesar 68 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa pembiayaan syariah peruntukan modal kerja tidak mampu mencapai hasil yang optimal dalam penyalurannya, kurang optimalnya pembiayaan pada modal kerja dinilai bahwa pembiayaan tersebut cukup efektif dalam penyaluran pembiayaan syariah untuk modal kerja Tabel 11. Tabel 11 . Target dan Realisasi Pembiayaan Syariah Berdasarkan Peruntukan pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Peruntukan Target Rp Pencapaian Rp Pencapaian Target Jumlah Mitra Org Pencapaian Org Pencapaian Modal kerja 3,890,400,000 2,664,880,000 68 379 309 82 Investasi 347,330,000 437,700,000 126 81 23 28 Konsumtif 241,550,000 544,650,000 225 67 133 199 Grand Total 4,479,280,000 3,647,230,000 81 527 465 88 Sedangkan untuk pembiayaan syariah peruntukan Investasi dan Konsumsi, masing-masing mengalami peningkatan dari Rp 347,330,000 hingga Rp 437,700,000 atau secara persentase peningkatan yang tercapai sebesar 126 persen dan untuk pembiayaan konsumsi terjadi pencapaian hasil sebesar 225 persen atau pencapaian nominal sebesar Rp 544,650,000 dari target sebesar Rp 241,550,000. Pencapaian yang melebihi target pada investasi dan konsumsi menunjukan bahwa pembiayaan syariah sangat efektif disalurkan kepada mitra KBMT Tadbiirul Ummah. Ada perbedaan yang terjadi dalam hal pencapaian target berdasarkan peruntukan dari sisi jumlah mitra. Walaupun secara nominal tidak terlalu baik pencapainnya, jumlah mitra pembiayaan syariah untuk modal kerja mencapai hasil yang cukup baik yaitu sebesar 82 persen atau mampu memenuhi pencapaian sebesar 309 dari target yang telah dibuat sebesar 379. Pencapaian jumlah mitra sebesar 82 persen menunjukan bahwa pencapaian penyaluran pembiayaan syariah efektif. Sedangkan, pembiayaan syariah yang diperuntukan investasi ternyata jumlah nominal yang besar tidak menunjukan target pencapaian jumlah mitra 95 yang besar juga, karena hanya mampu mencapai target sebesar 28 persen hal tersebut dapat dinilai sangat tidak efektif dalam penyaluran kepada mitra untuk investasi. Hal ini membuktikan bahwa plafon yang diberikan semakin meningkat walaupun jumlah mitranya sedikit. Pembiayaan syariah untuk konsumsi secara jumlah mitra mengalami kelebihan pencapaian target sebesar 199 atau mampu mencapai sebesar 133 orang dari target yang dibuat sebanyak 67 orang. Pencapaian yang melebih target ini menunjukan bahwa penyaluran pembiayaan syariah berdasarkan peruntukan konsumsi sangat efektif. Tabel 12. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Peruntukan pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jumlah Nominal Jumlah Mitra Peruntukan Proporsi Target Proporsi Realisasi Proporsi Target Proporsi Realisasi Modal kerja 86.85 73.06 71.91 66.45 Investasi 7.75 12.00 15.37 4.95 Konsumtif 5.40 14.94 12.72 28.60 Grand Total 100 100 100 100 Berdasarkan Tabel 12 ditunjukan bahwa proporsi realisasi untuk peruntukan pembiayaan modal kerja menurun dan hanya mampu mencapai sebesar 73,06 persen. Peruntukan investasi dan konsumsi masing-masing mampu meningkat hingga mencapai persentase sebesar 12 persen dan 14,94 persen. Apabila dilihat dari proporsi realisasi jumlah mitra maka pembiayaan peruntukan modal kerja dan investasi ternyata menurun sedangkan pembiayaan peruntukan konsumsi tenyata jumlahnya meningkat hingga mencapai 28,60 persen. Pembiayaan yang dialokasikan untuk konsumsi menunjukan bahwa pemanfaatan pembiayaan syariah lebih besar dialokasikan untuk tujuan diluar usaha dan bersifat pribadi, hal ini dapat dijadikan peluang untuk terus dikembangkan. Namun, pembiayaan syariah yang tepat digunakan untuk sektor agribisnis adalah pembiayaan yang peruntukannya digunakan untuk modal kerja dan investasi. Karena selain membiayai kebutuhan modal kerja, pembiayaan syariah juga diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi usaha, 96 modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek yang sudah ada. Sehingga hal tersebut dapat mendukung terciptanya iklim usaha yang baik karena mampu memanfaatkan pembiayaan syariah terutama untuk menopang Usaha Mikro Kecil dan Menengah sehingga dapat terwujud pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat Bogor. 6.1.5. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad Pembiayaan pada KBMT Tadbiruul Ummah memiliki target berdasarkan akad yang disepakati bersama mitra. Akad-akad yang ada terdiri dari akad Murabahah, Al-Qord, Ijaroh, Musyarakah, Hawalah, Mudarabah, dan Qordul Hasan. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ternyata hampir lebih dari 91 persen pembiayaan yang ada di KBMT Tadbiirul Ummah menggunakan akad Murabahah Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa akad Murabahah mendominasi jumlah nominal pencapaian pembiayaan syariah sebesar Rp 3,324,860,000 begitu halnya jumlah mitra yang menggunakan akad Murabahah berjumlah 401 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa akad Murabahah secara teknis merupakan akad jual beli antara BMT selaku penyedia barang dengan mitra yang memesan untuk membeli barang. Berdasarkan transaksi tersebut BMT mendapatkan keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut KBMT mampu mencapai target penyaluran berdasarkan akad jual beli sebesar 76 persen, sehingga penyaluran pembiayaan syariah dengan akad jual beli dapat dikatakan efektif. Sedangkan, untuk pembiayaan dengan akad al-qord mampu mencapai persentase secara nominal sebesar 224 persen dan jumlah mitra mampu mencapai 225 persen, pencapaian tersebut menunjukan efektivitas yang sangat tinggi. Alokasi pembiayaan Ijaroh mampu mencapai 129 persen secara jumlah nominal dan 222 persen secara jumlah mitra yang memanfaatkan pembiayaan dengan akad tersebut. Akad-akad lain pada pembiayaan syariah proporsinya berbeda jauh dari akad murabahah. Hal tersebut harus menjadi tanda tanya besar, mengapa akad yang paling besar proporsinya ialah akad murabahah. Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa masyarakat yang menjadi mitra lebih banyak melakukan pinjaman pembiayaan kepada BMT bukan atas dasar pemahaman 97 terkait akad-akad syariah yang ada. Namun, aspek kemudahan yang dipilih dalam melakukan pemilihan akad sehingga dapat dikatakan walaupun efektif dalam penyalurannya. Namun, secara normatif masyarakat belum banyak faham atas akad-akad pembiayaan syariah yang diterapkan oleh pihak KBMT Tadbiirul Ummah. Tabel 13 . Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Akad Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jenis Akad Target Rp Pencapaian Rp Pencapaian Target Jumlah Mitra Org Pencapaian Org Pencapaian Murabahah 4.389.880.000 3.324.860.000 76 503 401 80 Al qord 32.400.000 72.580.000 224 8 18 225 Ijaroh 41.000.000 52.940.000 129 9 20 222 Musyarakah 143.750.000 - 9 - Hawalah 29.700.000 - 11 - Mudharabah 7.500.000 20.000.000 267 2 2 100 Qardul hasan 8.500.000 3.400.000 40 5 4 80 Grand Total 4.479.280.000 3.647.230.000 81 527 465 88 Oleh karena itu, BMT perlu mensosialisasikan lebih gencar terkait akad- akad syariah lainya. Walaupun jumlahnya tidak ditargetkan, pengunaan akad berdasarkan akad selain akad Murabahah sudah ada. Seperti akad Musyarakah dan Hawalah. Dimana akad Musyarakah berjumlah Rp 143.750.000 dengan jumlah mitra sebanyak 9 orang. Sedangkan, untuk akad Hawalah mampu mencapai hasil sebesar Rp 29.700.000 dengan jumlah mitra yang melakukan pembiayaan sebanyak 11 orang. Pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dapat menggunakan berbagai macam akad sesuai dengan kesepakatan. Namun, ada akad yang khusus dilakukan untuk pembiayaan pada sektor pertanian yaitu Salam. Salam merupakan sebuah teknikkontrak dimana penjual produk pertanian petani dapat menjual produk pertaniannya pada awal musim tanam dan kemudian mengirimkan hasil produknya kepada pembeli di masa yang akan datang, pembeli melakukan pembayaran di muka Karim, 2007. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan petani, dimana membutuhkan modal ketika diawal musim tanam. Pada pembiayaan yang menggunakan akad salam maka banyak syarat yang perlu dipenuhi yaitu pembiayaan harus dibayar dimuka dengan sekaligus dan 98 komoditi yang diminta harus jelas dan mendetil kuantitas dan kualitasnya agar tidak menimbulkan konflik dimasa yang akan datang ketika panen. Pada prakteknya mekanisme pembiayaan Salam yang biasa diterapkan adalah Salam Paralel seperti pada Gambar 17. Gambar 17. Mekanisme Pembiayaan Salam Ada 2 kontrak Salam yaitu antara Petani dan Pihak BMT Salam 1 dan antara BMT dengan Pihak Ketiga Salam 2. Namun, ada persyaratan mengenai Salam Paralel ini, yaitu : 1 Kedua kontrak yang dibuat tersebut tidak boleh saling mengikat harus saling independen, misal dengan cara BMT ingin mengadakan Salam 2 dengan syarat Salam 1 berjalan dengan lancar. Hal tersebut dilarang untuk dilakukan karena hal tersebut dapat mengikat kontrak yang dapat menyalahi aturan pembiayaan salam itu sendiri 2 Salam Paralel tidak boleh dilakukan sebagai “buy back clause” misal : Petani bertindak sebagai pihak ketiga yang membeli kembali dari BMT dalam kontrak Salam 2. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pembiayaan pada Sektor agribisnis, selain penyaluran pembiayaan, perlu penguatan terkait dengan pemahaman akad- akad syariah khususnya untuk sektor pertanian. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas penyaluran pembiayaan syariah masih sangat efektif dengan menggunakan akad Murabahah dan perlu ditingkatkan pembiayaan dengan menggunakan akad-akad lainnya terutama akad yang benar-benar murni menerapkan sistem bagi hasil profit sharing. Petani Penjual BMT Pihak Ketiga Salam 1 Salam 2 99 Tabel 14. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jumlah Nominal Jumlah Mitra Jenis Akad Proporsi Target Proporsi Realisasi Proporsi Target Proporsi Realisasi Murabahah 98.00 91.16 95.44 86.24 Al-qord 0.72 1.99 1.51 3.87 Ijaroh 0.91 1.45 1.71 4.30 Musyarakah 3.94 1.94 Hawalah 0.81 2.37 Mudharabah 0.16 0.55 0.38 0.43 Qardul Hasan 0.18 0.09 0.95 0.86 Grand Total 100 100 100 100 Berdasarkan Tabel 14 ditunjukkan bahwa hampir semua pembiayaan yang dilakukan di KBMT Tadbiirul Ummah untuk pembiayaan dengan jenis akad murabahah atau jual beli. Secara jumlah nominal dan mitra proporsi pembiayaanya masing-masing mampu mencapai 91,16 persen dan 86,24 persen. Berdasarkan hal tersebut terlihat dengan jelas bahwa pembiayaan yang berdasarkan jual beli masih mendominasi pembiayaan syariah di KBMT Tadbiirul Ummah. Sedangkan, pembiayaan yang menggunakan jenis akad yang lain masih belum dimanfaatkan secara optimal.

6.1.6. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha.

Target yang dibuat oleh BMT berdasarkan sektor usaha lebih besar proporsinya untuk sektor perdagangan dengan jumlah sebesar Rp 3.955.050.000. Namun, pencapaiannya hanya sebesar 49 persen. Walaupun, pencapaian secara nominal tidak optimal. Pencapaian target jumlah mitra berdasarkan sektor usaha, perdagangan mampu mencapai hasil sebanyak 318 orang dari yang dibuat sebesar 397 atau secara persentase mampu mencapai 80 persen. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa pencapaian penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor perdagangan kurang efektif pencapaiaanya dari segi nominal dan berdasarkan jumlah mitra maka dapat dikatakan efektif karena mampu mencapai target sebesar 80 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah mitra yang mendapatkan pembiayaan pada sektor perdagangan lebih banyak dari pada dana yang digulirkan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. 100 Tabel 15. Target dan Realisasi Pembiayaan Syariah Berdasarkan Sektor Usaha Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Keterangan Target Rp Pencapaian Rp Pencapaian Target Jumlah Mitra Org Pencapaian Org Pencapaian Perdagangan 3,955,050,000 1,921,160,000 49 397 318 80 Industri 960,000,000 - 7 - Jasa 281,500,000 414,450,000 147 78 54 69 Home Industri 30,750,000 94,860,000 308 7 14 200 Peternakan 31,700,000 - 4 - Pertanian 14,250,000 19,600,000 138 10 15 150 Lain-lain 171,900,000 205,460,000 120 31 53 171 Grand Total 4,479,280,000 3,647,230,000 81 527 465 88 Pembiayaan syariah untuk sektor industri tidak masuk dalam target, namun pada tahun 2008 target yang dicapai sangat tinggi. Karena tidak ditargetkan untuk masuk menjadi mitra BMT tetapi secara nominal hasil yang dicapai untuk pembiayaan sektor industri sangat besar yaitu sebesar Rp 960,000,000 walaupun secara jumlah mitra hanya ada 7 mitra bekerja pada sektor industri. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinilai bahwa pihak KBMT dapat dengan efektif melakukan perluasan pasar dalam hal penyaluran pembiayaan syariah, sebagai contohnya sektor industri mampu menjadi salah satu mitra yang tergabung dalam KBMT Tadbiirul Ummah. Pembiayaan untuk sektor jasa mampu mencapai hasil pembiayaan sebesar Rp. 414,450,000 pembiayaan yang teralisasi untuk sektor jasa mampu melebih target yang dinginkan bahkan secara persentase mampu mencapai 147 persen. Namun, secara target jumlah mitra BMT hanya mampu mencapai hasil sebanyak 54 orang dari 78 orang yang ditargetkan secara persentase dapat dilihat pada Tabel 10 dengan nilai sebesar 69 persen. Berdasarkan jumlah nominal dapat dinilai bahwa penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor jasa berjalan dengan efektif. Sedangkan, untuk jumlah mitra tingkat keefektifanya sangat tinggi karena pencapaiannya mampu melebihi target yang dibuat oleh pihak KBMT Tadbiirul Ummah. Pembiayaan untuk sektor home industry pencapaian targetnya sangat baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian hasil secara nominal sebesar Rp 94,860,000 atau secara persentase pencapaiannya sebesar 308 persen. Begitu pula halnya dengan pencapaian untuk jumlah mitra berdasarkan sektor usaha home industry 101 mampu mencapai jumlah 14 orang dengan kenaikan jumlah mitra sebesar 200 persen. Pencapaian penyaluran pembiayaan syariah yang melebih target yang telah ditetapkan menunjukan bahwa tingkat efektivitas pembiayaan syariah untuk sektor home industry sangat tinggi. Sedangkan, ada beberapa sektor usaha yang tidak dilakukan pentargetan seperti sektor peternakan. Namun, karena ada permintaan dari beberapa mitra maka ada pembiayaan yang disalurkan untuk menjalankan usaha disektor peternakan. Sehingga, boleh dikatakan pembiayaan yang ada pada sektor ini tergolong baru. Nilai nominal yang masuk untuk sektor usaha peternakan sebesar Rp. 31,700,000 dengan jumlah mitra yang dibiayai sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukan bahwa pembiayaan syariah untuk sektor peternakan mulai dimasuki oleh BMT sebagai prospek penyaluran pembiayaan syariah. Selain itu, ekspansi pihak KBMT semakin terbukti nyata dengan mulai menginvestasikan dananya pada pembiayaan untuk sektor peternakan. Sektor usaha baru yang dijajaki seperti peternakan dapat menjadi penilaian bahwa pihak KBMT sangat efektif dalam menjalankan promosi dalam penyaluran pembiayaan syariah. Sedangkan, pembiayaan syariah sediri ditargetkan untuk sektor pertanian tidaklah terlalu besar hanya sebesar Rp 14,250,000 namun pada hasilnya sebesar Rp 19,600,000 atau secara persentase pembiayaan tersebut mampu mencapai targetnya melebihi dari apa yang harapkan sebesar 138 persen. Walaupun, jumlah nominalnya meningkat tetap saja skala pembiayaan masih tergolong kecil. Selain itu, jumlah petani yang ditargetkan untuk mendapatkan pembiayaan hanya sebanyak 10 orang dengan hasil pencapaian sebanyak 15 orang atau meningkat sebanyak 150 persen. Skala yang kecil tersebut dipengaruhi pula oleh jumlah target yang sangat kecil yang dibuat oleh pihak KBMT Tadbiirul Ummah. Namun, pencapaiannya sangatlah efektif karena mampu melebih apa yang telah ditargetkan oleh lembaga. Sektor yang lainnya mampu mencapai jumlah pembiayaan sebesar Rp 205,460,000 secara jumlah nominal atau sebesar 120 persen. Sedangkan secara jumlah mitra maka hasil pencapaian mitra mampu mencapai sebanyak 53 orang dengan pencapaian persentase sebesar 171 persen. 102 Tabel 16. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 Jumlah Nominal Jumlah Mitra Sektor Usaha Proporsi Nilai Target Proporsi Nilai Realisasi Proporsi Nilai Target Proporsi Nilai Realisasi Perdagangan 88.30 52.67 75.33 68.39 Industri 26.32 1.51 Jasa 6.28 11.36 14.80 11.61 Home industri 0.69 2.60 1.33 3.01 Peternakan 0.87 0.86 Pertanian 0.32 0.54 1.90 3.23 Lain-lain 3.84 5.63 5.88 11.40 Grand Total 100 100 100 100 Berdasarkan sektor usaha Tabel 16 proporsi terbesar untuk realisasi jumlah nominal pembiayaan mampu mencapai 52,67 persen. Pencapaian tersebut jauh dari proporsi yang telah ditargetkan. Walaupun, pencapaian dari sektor perdagangan jumlahnya menurun namun dapat dibantu dengan pencapaian dari jumlah realisasi pembiayaan untuk sektor usaha industri sebesar 26,32 persen. Sedangkan, berdasarkan jumlah mitra maka pembiayaan syariah untuk sektor usaha proporsi pencapaiannya tidak berbeda jauh atau signifikan, dengan kata lain proporsi pembiayaan yang ada hampir sesuai dengan apa yang ditargetkan. Hal tersebut menunjukan bahwa pembiayaan syariah berdasarkan sektor usaha untuk sektor yang lainnya memiliki pangsa pasar market share yang besar. Selain itu, hal ini juga menunjukan begitu beragamnya segmetasi pembiayaan syariah untuk segala macam sektor usaha. Walaupun, sektor usaha yang ada beragam jenisnya, KBMT Tadbiirul Ummah harus tetap konsisten melakukan pembiayaan terhadap sektor usaha yang berskala UMKM. Salah satunya ialah sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat Indonesia yang hampir mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan hasil nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor lainnya mampu mencapai tingkat efektivitas yang sangat tinggi, karena melebih target yang dibuat oleh KBMT Tadbiirul Ummah. 103

6.2. Efektivitas Pembiayaan Untuk Semua Aspek Pencapaian Pembiayaan Syariah