Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Karakeristik Usaha BMT

25 1 Apakah skim pembiayaan syariah yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis? 2 Apakah tingkat efektivitas penyaluran dari skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis KBMT Tadbiirul Ummah dapat berjalan dengan baik? 3 Apa sajakah faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah? 4 Bagaimanakah pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Mengidentifikasi dan menganalisis skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah. 2 Mengidentifikasi dan menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah. 3 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah. 4 Mengidentifikasi dan menganalisis pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1. Tersedianya informasi mengenai kondisi skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang efektif yang diterapkan oleh BMT. Hasil penelitian dapat menjadi bahan kajian lembaga keuangan lainnya untuk memajukan pertanian skala mikro melalui pembiayaan. 2. Tersedianya informasi untuk mengetahui faktor-faktor yang tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan dan penyaluran skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis baik itu bagi lembaga keuangan lainnya dalam mekanisme pembiayaan dan pihak nasabah atau petani dalam proses pemanfaatannya. 26 3. Tersedianya informasi bagi pihak nasabahmasyarakat, lembaga keuangan, lembaga penjamin maupun pemerintah untuk menunjukan pembiayaan agribisnis syariah yang dapat mencapai tingkat efektivitas terbaik agar semua pihak baik itu pemerintah, lembaga keuangan dan lembaga penjamin mendapat kemaslahatan bersama. Begitu pula jika diterapkan pada sektor pertanian secara luas, sehingga mampu menumbuhkembangkan sektor petanian yang menjadi tugas utama pembangunan bangsa ini.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan mengkaji lebih dalam tentang pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Tadbiirul Ummah. Dalam hal ini pembiayaan merupakan bagian dari sub-sistem penunjang dari sistem agribisnis. Pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis merupakan bagian pembiayaan yang dilakukan terhadap sektor agribisnis dengan menggunakan pola syariah. Pada penelitian ini pembatasan dilakukan pada sektor agribisnis yang memanfaatkan fasilitas skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis baik itu pada sisi penawaran melalui efektivitas mekanisme penyaluran pembiayaan syariah pada BMT Tadbiirul Ummah dan sisi permintaan melalui pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis oleh nasabahpetani. Data didapatkan melalui data internal BMT Tadbiirul Ummah dan berdasarkan info secara objektif melalui petani secara langsung. Data yang dicari berkaitan dengan kondisi skim pembiayaan agribisnis syariah. 27

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kredit dan Pembiayaan Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir,dan penunjang. Soekartawi 1993 batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, sub- sistem jasa penunjang agribisnis yang terkait langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan : 1 pra-panen, 2 panen, 3 pasca-panen dan 4 pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional Agribisnis didefiniskan sejumlah operasi atau kegiatan yang terdiri dari manufaktur dan distribusi penawaran produk pertanian; produksi operasi di lahan pertanian dan penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas hasil pertanian . Sering ditemukan bahwa konsep agribisnis diartikan dengan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal, pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep yang dimaksud Soekartawi 1993. Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Menurut Soekartawi 1993, yang dimaksudkan dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. 28 Pada sistem agribisnis perlu ada dukungan pendanaan atau modal, modal yang ada dapat diperoleh dari dana pribadi maupun dana pinjaman. Pinjaman modal yang lazimnya dinamakan kredit. Dengan cara meminjam, pelaku pertanian mendapat modal dengan perjanjian bahwa waktu yang akan datang dia harus mengembalikan modal itu berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui kedua belah pihak, yaitu pelaku pertanian sebagai penerima pinjaman dan pemilik modal sebagai pemberi pinjaman. Modal ini dapat merupakan perseorangan, tetapi dapat pula merupakan badan-badan perkreditan atau lembaga keuangan mikro. Dalam hal ini, kredit dan pembiayaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem agribisnis. Secara lebih khusus masuk kedalam sub- sistem penunjang agribisnis. Menurut undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan dengan adanya Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah maka kredit pun diatur dengan menggunakan istilah pembiayaan. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : 1 Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; 2 Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 3 Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mudharabah, salam dan istishna; 4 Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan 5 Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

2.2. Karakeristik Usaha BMT

Istilah BMT adalah penggabungan dari Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul Maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang 29 bersifat nirlaba. Sumber dana yang diperoleh dari zakat, infak, dan sedekah atau sumber lain yang halal dan kemudian dana tersebut disalurkan kepada mustahik yang berhak menerima atau yang untuk kebaikan. Adapun Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya berupa menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dan bersifat profit motive. Pada masa Rasullullah eksistensi Baitul Mal pada awalnya merupakan konsekuwensi profesionalitas manejemen yang dilakukan pengelola zakat amil. Namun ia juga merefleksikan ruang lingkup Islam, dimana Islam didefinisikan juga sebagai agama dan pemerintahan, quran dan kekuasaan, sehingga Baitul Mal menjadi salah satu komponen yang menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dan kekuasaan negara Sakti 2007. Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyaluran dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang dijalankan berdasarkan syariat. Terdapat tiga jenis aktivitas yang dijalankan BMT, yaitu Widodo et al diacu dalam Hidayat 1999 : 1. Jasa Keuangan Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dan penyalurannya melalui kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggota atau non anggota. Kegiatan ini dapat disamakan secara operasional simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara khusus. a Penghimpunan Dana Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. b Penyaluran Dana Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri dari atas dua jenis, pertama, pembiayaan dengan bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga. Dimana di dalam operasinya menerapkan sistem kebersamaan dalam menanggung resiko usaha nasabahnya dan berbagi keuntungan dan kerugian secara adil antara pihak BMT dan nasabah. Pembiayaan ini merupakan penyaluran dana BMT dari pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan pihak nasabah dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pembiyaan ini dibedakan menjadi Musyarakah 30 Pathnership, Project Financing, dan Participation dan Mudharabah Trust Financing, Trust Invesmetn. Kedua adalah jual beli dengan pembiayaan ditangguhkan, yaitu penjualan barang dari BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT. Bentuknya dapat berupa Ba’i Bitsaman Ajil pembiayaan dilakukan secara angsuran. BMT memiliki bagian tersendiri yang bertugas untuk melakukan pembiayaan yaitu PKES, 2008 : i Melakukan pelayanan dan pembinaan kepada peminjam. ii Menyusun rencana pembiayaan. iii Menerima berkas pengajuan pembiayaan. iv Melakukan analisis pembiayaan. v Mengajukan berkas pembiayaan hasil analisis kepada komisi pembiayaan. vi Melakukan administrasi pembiayaan. vii Melakukan pembinaan anggota pembiayaan agar tidak macet. viii Membuat laporan perkembangan pembiayaan. 2. Sektor Riil Pada dasarnya kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk pelayanan dana BMT. Namun berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan dan terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan. Investasi yang dilakukan BMT dapat dengan mendirikan usaha baru dengan masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara membeli saham. Akad sesuai dengan prinsip ini adalah al-mudharabah Trust Financing, Trust Invesent. 3. Sosial Zakat, Infak dan Sedekah Kegiatan pada sektor ini adalah pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Sektor ini merupakan salah satu kekuatan BMT karena juga berperan dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor keuangan BMT. Dengan demikian perberdayaan yang dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi, tetapi juga dalam hal agama. Zakat, Infak, dan Sedekah ZIS yang 31 telah disalurkan oleh nasabah kepada BMT akan disalurkan dalam bentuk produk Qordul Hasan Soft Loan and Benevolen Loan, dimana dalam produk ini pihak BMT tidak mengharapkan imbalan. Oleh karena itu, para nasabah BMT tersebut diharapkan dapat turut memperkuat sektor sosial BMT ini dengan menyalurkan ZIS-nya kepada BMT. BMT pada awal pendiriannya tidak memiliki badan hukum resmi. BMT berkembang sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat KSM atau kelompok simpan pinjam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, BMT memperoleh legalitas dengan badan hukum berbetuk Koperasi Serba Usaha KSU atau Koperasi Simpan Pinjam KSP mengingat BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan atau sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran Widodo dalam Hidayat 1999. Adanya legalitas akan melindung kepentingan masyarakat dan menjamin keamanan pihak pengelola BMT dalam menjalankan kegiatannya. Sedangkan pemilihan badan hukum koperasi diperkuat dengan hadirnya PP No. 91995, dimana dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 membolehkan penerapan sistem bagi hasil pada koperasi. BMT sebagai gerakan pemberdayaan umat yang bertumpu pada syariat Islam, pada umumnya memiliki misi yang senantiasa akan diimplementasikan dalam setiap aktivitasnya. Misi yang diemban BMT dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pemberdayaan masyarakat bawah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan tawar, kemampuan mengakses sumber daya ekonomi, politik dan sosial. Sehingga terwujud hubungan kemanusian yang adil dengan berlandaskan pada syariat islam”. Saktiwan diacu dalam Hidayat, 1999. Sedangkan sebagai lembaga keuangan islam, BMT mempunyai tujuan sebagai berikut Sumitro diacu dalam Hidayat, 1999 : a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermu’amalah secara Islam khususnya yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek riba. b. Untuk menciptakan keadilan dibidang sosial. 32 c. Untuk menciptakan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama keluarga miskin, yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produkif menuju terciptanya kemandirian berusaha wirausaha. d. Untuk membantu mengentaskan masalah kemiskinan dengan upaya pembinaan nasabah yang menonjolkan sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pedagang perantara, konsumen, pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. e. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non- islam konvensional yang masih menerapkan sistem riba. BMT yang menjadi lembaga keuangan mikro syariah merupakan salah satu bagian kecil dari sistem agribisnis sebagai sub-sistem penunjang dalam membangun agribisnis. Oleh karena itu, salah satu fungsi BMT yang melakukan penyaluran dana. Penyaluran dana tersebut dilakukan terhadap sektor usaha pertanian dari hulu sampai hillir.

2.3. Sistem Pembiayaan Syariah