70
5.5. Perkembangan Mitra dan Nominal Skim Pembiayaan Syariah
Jumlah mitra yang ada di BMT tiap tahunnya mengalami maupun peningkatan. Mitra yang ada di BMT jumlahnya pun tiap tahun selalu berubah.
Jumlah mitra terbanyak yang dilayani oleh KBMT Tadbiirul Ummah terjadi pada tahun 2006 dengan jumlah mitra terlayani sebanyak 603 orang Lampiran 2.
Perkembangan mitra terlayani beragam jumlahnya sesuai dengan tahun berjalan. Perkembangan jumlah mitra KBMT dapat dilihat pada Gambar 8 .
Gambar 8 . Jumlah Mitra Terlayani Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2004-
2008 Berdasarkan Gambar diatas menunjukan bahwa pada tahun 2004 jumlah
mitra yang terlayani sebanyak 377 orang, tahun 2005 mitra yang terlayani sebanyak 565 orang, tahun 2006 terdapat 603 orang yang terlayani sebagai mitra,
tahun 2007 terdapat 475 orang terlayani oleh KBMT Tadbiirul Ummah dan pada tahun 2008 jumlah mitra yang terlayani oleh KBMT sebanyak 465 orang.
Walaupun secara jumlah mitra menurun tetapi skala pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat. Hal tersebut menunjukan bahwa untuk tiap mitra
mendapatkan skala pembiayaan yang lebih besar dari sebelumnya. Semakin berkembangnya sejumlah lembaga keuangan mikro syariah
membuat KBMT Tadbiirul Ummah terus berupaya meningkatkan layanannya kepada masyarakat dalam hal jasa keuangan. Peningkatan pelayanan yang
diberikan oleh KBMT Tadbiirul Ummah dapat dilihat dari kondisi pelayanan keuangan yang terus meningkat setiap tahunnya. Pelayanan yang meningkat
71 dapat dilihat melalui proporsi dana yang bergulir dalam penyaluran pembiayaan
oleh KBMT Tadbiirul Ummah. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8
. Pada tahun 2006 terjadi penurunan penyaluran dana pembiayaan, hal ini
selaras dengan berkurangnya pelayanan yang diberikan oleh KBMT Tadbiirul Ummah hal tersebut terjadi karena pada internal KBMT terjadi pergantian
personel petugas yang menyebabkan kekosongan posisi tertentu sehingga berdampak pada berkurangnya pelayanan yang diberikan KBMT untuk
penyaluran pembiayaan. Namun, pada tahun 2007 perguliran dana pembiayaan kembali meningkat dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp 3.197.024.300 dan
kembali meningkat dengan jumlah Rp 3.647.230,000 pada tahun 2008 Gambar 9. Perguliran pembiayaan yang semakin meningkat terjadi karena stabilnya
kondisi internal dari BMT terkait dengan kekurangan SDM yang bertugas dalam memasarkan pembiayaan syariah kepada masyarakat.
Gambar 9 . Jumlah Nominal Perguliran Pembiayaan Syariah KBMT Tadbiirul
Ummah Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2004-2008 Pembiayaan yang terjadi di KBMT Tadbiirul Ummah antara jumlah mitra
dengan jumlah nominal perguliran pembiayaan tidak berbanding lurus. Karena banyaknya jumlah mitra tidak menunjukkan jumlah pembiayaan yang banyak
pula. Pada kondisi tertentu jumlah mitra yang sedikit bisa memiliki kapasitas
72 pembiayaan yang besar, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan jumlah
perguliran dana lebih besar dibandingkan dengan jumlah mitra yang ada, begitu juga sebaliknya Lampiran 2
5.5.1. Kondisi Mitra dan Jumlah Skim Pembiayaan Syariah Berdasarkan Sektor Usaha
Perkembangan mitra BMT Tadbiirul Ummah selama lima tahun dari setiap sektor sangatlah beragam jumlahnya. Namun, pembiayaan yang disalurkan
berdasarkan sektor usaha menunjukan bahwa pada tahun 2004-2008 sektor perdagangan lebih mendominasi dibandingkan dengan sektor lainnya. Dapat
dilihat pada gambar perkembangan mitra pada Gambar 10. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa pada tahun 2006 sektor perdagangan mengalami pertumbuhan paling tinggi dengan jumlah mitra mencapai 603 orang. Sektor perdagangan yang
mendominasi pembiayaan pada BMT menunjukan bahwa penyaluran pembiayaan yang dilakukan masih melihat pada siklus usaha yang relatif cepat dalam
perputaran keuangannya salah satunya sektor perdagangan.
Gambar 10 . Perkembangan Jumlah Mitra Berdasarkan Sektor Usaha Pada
KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2004-2008 Gambar 10 juga menunjukan sebaran mitra terbesar terdapat pada sektor
perdagangan. Tetapi juga menunjukan perkembangan sektor lain. Pada sektor jasa jumlah mitra yang ada tidak lebih dari 100 orang yang memanfaatkan
73 pembiayaan syariah
Lampiran 3. Sedangkan, untuk sektor home industry jumlah mitra yang memanfaatkan pembiayaan syariah pada KBMT Tadbiirul
Ummah tidak lebih dari 30 orang. Selain itu, sektor pertanian maupun peternakan ternyata jumlah mitra yang
ada pada tahun 2004-2005 tidak lebih dari 20 orang atau sebesar 3,4 persen dan untuk sektor peternakan bahkan tidak lebih dari 5 orang atau hanya sebesar 1
persen saja yang memanfaatkan pembiayaan syariah sebagai sebagai bantuan permodalan. Selisih jumlah nasabah yang begitu besar antara sektor perdagangan
dan sektor pertanian secara luas membuktikan bahwa skim pembiayaan syariah yang ada masih belum menjadi alternatif dalam mendukung pembiayaan untuk
sektor agribisnis.
Gambar 11. Perkembangan Jumlah Nominal Pembiayaan Berdasarkan Sektor
Usaha Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2004-2008 Belum menjadi alternatifnya pembiayaan syariah dalam mendukung sektor
agribisnis, menunjukan bahwa sektor agribisnis masih dianggap memiliki resiko tinggi. Berdasarkan penelitian Bank Indonesia yang dilakukan tahun 2008
mengatakan bahwa 80 persen resiko yang muncul dalam sektor pertanian merupakan persepsi dari pihak perbankan. Padahal berdasarkan data empiris
peningkatan return menunjukan bahwa pertanian memiliki prosepek yang besar. Sektor usaha yang memiliki jumlah pembiayaan bergulir pada tiap
tahunnya sesuai dengan jumlah mitra maka yang selalu terbesar memperoleh dana
74 pembiayaan ialah sektor perdagangan. Sebaran jumlah dana perguliran
pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 11. Pada sektor perdagangan perguliran dana yang terbesar terjadi pada tahun
2007 dengan nominal sebesar Rp 2.752.270.300. Sedangkan untuk sektor perdagangan penyaluran pembiayaan yang terkecil terjadi pada tahun 2004
dengan jumlah Rp 1.166.400.150. Penyaluran dana untuk sektor jasa tiap tahunnya berkisar Rp 354.084.000-Rp 702.520.000, untuk sektor Home Industry
setiap tahunnya berkisar antara Rp 28.000.000-Rp 552.680.000. Untuk sektor Pertanian dan Peternakan setiap tahunnya berkisar antara Rp 8.000.000-Rp
64.480.000 sedangkan untuk sektor yang lainnya berkisar Rp 19,240,000-Rp 211,120,500 Lampiran 3.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa jumlah mitra dan nominal pembiayaan yang diberikan, alokasi terbesar untuk sektor perdagangan sedangkan
untuk sektor pertanian sendiri masih sangat sedikit sekali alokasi pembiayaan yang tersalurkan. Hal ini membuktikan hipotesis bahwa perbankan yang menilai
sektor pertanian memiliki risiko tinggi karena pada umumnya perbankan tidak memiliki pengalaman sekaligus informasi yang cukup mengenai sektor tersebut.
Oleh karena itu, BMT pun sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah harusnya mulai lebih berani untuk mengalihkan pembiayaan syariah kepada sektor
Agribisnis agar pembiayaan yang ada di BMT tidak hanya didominasi oleh sektor perdagangan. tetapi alokasi pembiayaan pada sektor agribisnis dapat lebih
ditingkatkan, sehingga skim pembiayaan syariah pada KBMT Tadbiirul Ummah dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis.
5.5.2. Kondisi Mitra dan Jumlah Skim Pembiayaan Berdasarkan Peruntukan
Mitra BMT Tadbirul Ummah berdasarkan peruntukan dibagi tiga kategori yaitu untuk Modal KerjaUsaha, Investasi dan Konsumsi. Berdasarkan tiga
kategori tersebut ternyata pembiayaan syariah yang ada pada BMT Tadbiirul Ummah sangat besar bagi mitra yang membutuhkan modal kerja. Pembiayaan
syariah untuk modal kerja pada tahun 2004-2005 diberikan pada lebih dari 300 orang Lampiran 4. Sedangkan, pembiayaan untuk investasi diberikan kepada
75 mitra dengan jumlah yang berkisar 19-45 mitra Lampiran 4.
Selain itu, jumlah mitra untuk pembiayaan konsumsi berkisar antara 44-129 mitra pembiayaan.
Gambar 12 menggambarkan bahwa jumlah mitra yang memanfaatkan pembiayaan untuk modal kerja lebih dominan dibandingkan dengan mitra yang
memanfaatkannya untuk keperluan Investasi maupun konsumsi. Jumlah mitra yang memanfaatkan pembiayaan untuk modal kerja berkembang pesat pada tahun
2006 dengan jumlah mitra sebanyak 491 mitra Lampiran 4.
Gambar 12 . Perkembangan Jumlah Mitra Berdasarkan Peruntukan Pada KBMT
Tadbiirul Ummah Tahun 2004-2008 Mitra KBMT untuk pembiayaan investasi pada gambar diatas menunjukan
bahwa tidak adanya perubahan yang signifikan dalam peningkatannya. Lain halnya dengan pembiayaan syariah yang dimanfaatkan untuk konsumsi. Jumlah
mitra yang memanfaatkan pembiayaan syariah paling tinggi pada tahun 2008 dengan 129 mitra pembiayaan. Pada pembiayaan syariah untuk konsumsi ada
kecenderungan peningkatan tiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan masyarakat semakin meningkat untuk pembiayaan syariah yang
diberikan oleh KBMT Tadbiirul Ummah. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat konsumsi akan barang kebutuhan rumah tangga semakin meningkat pada
masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan pembiayaan yang diperuntukan untuk modal
kerja yang terlihat pada Gambar 12 mengalami penurunan. Berdasarkan perkembangan, jumlah mitra mengalami penurunan jumlah mitra yang
76 memanfaatkan pembiayaan untuk modal kerja, sedangkan jumlah mitra
pembiayaan untuk investasi relatif sama. Terkonsentrasinya mitra yang melakukan pembiayaan untuk modal kerja,
berpengaruh pada tingginya juga jumlah nominal yang disalurkan kepada nasabah. Jumlah pembiayaan untuk modal kerja paling tinggi pada tahun 2007
dengan jumlah Rp. 2.761.170.000, untuk investasi paling tinggi pada tahun 2008 dengan jumlah Rp 468.200.000 dan pembiayaan untuk konsumsi paling tinggi
pada tahun 2008 dengan jumlah Rp 514.150. 000 Lampiran 4. Perkembangan pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 . Perkembangan Jumlah Nominal Pembiayaan Berdasarkan
Peruntukan Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2004-2008 Walaupun secara jumlah mitra ada kecenderungan trendnya menurun,
pembiayaan untuk modal kerja secara jumlah nominal masih sangat tinggi berdasarkan Gambar 13. Hal ini menunjukan bahwa pembiayaan yang dilakukan
oleh KBMT Tadbiirul Ummah mampu mendukung dan berpihak pada sektor Usaha Menengah, Mikro, dan Kecil karena alokasi pembiayaan yang diberikan
secara proporsi terbesar digunakan untuk modal kerja. Selain itu, pembiayaan yang dialokasikan untuk modal kerja dan investasi
harus mampu mendorong sektor pertanian agar berkembang lebih baik. Karena jenis pembiayaan yang tepat pada sektor pertanian adalah pembiayaan modal
77 kerja dan Investasi. Karena dengan adanya pembiayaan modal kerja, mitra
diharapkan mampu melakukan pembiayaan untuk proses produksi seperti pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang dan pembiayaan persedian.
Sedangkan pembiayaan investasi, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan barang modal serta fasilitas yang terkait dengan itu, seperti
pembiayaan mesin produksi dan pembangunan pabrik atau pergudangan Syukur, 2008.
5.5.3. Kondisi Mitra dan Jumlah Skim Pembiayaan Berdasarkan Akad
Ada beberapa Akad yang diterapkan oleh BMT dalam melakukan pelayanan pembiayaan terhadap mitra. Akad-akad tersebut ialah jual beli
Murabahah, Bagi Hasil Mudarabah dan Musyarakah, Sewa Ijarah dan lain- lain Al-qord dan Qordul Hasan. Berdasarkan akad-akad tersebut dapat dilihat
pada Gambar 14, jumlah mitra pada BMT Tadbiirul Ummah mayoritas memilih akad jual beli Murabbahah. Hal tersebut ditunjukan dengan perkembangan
pada tahun 2004-2008, pilihan mitra terhadap akad jual beli selalu mendominasi.
Gambar 14. Jumlah Mitra Pembiayaan Berdasarkan Akad Pada KBMT Tadbiirul
Ummah Tahun 2004-2008 Jumlah mitra pada akad jual beli pada tahun 2004-2008 paling
mendominasi jumlahnya. Namun, jumlah mitra yang paling banyak melakukan pembiayaan beradasarkan akad jual beli terjadi pada tahun 2006 dengan jumlah
517 mitra pembiayaan Lampiran 5. Sedangkan pada tahun 2004 jumlah mitra yang melakukan pembiayaan berdasarkan akad jual beli tergolong paling sedikit
dengan jumlah 260.
78 Akad yang lainnya baik itu bagi hasil, sewa dan lain-lain jumlahnya relatif
sama. Perbedaan jumlah yang besar terjadi antara akad jual beli dengan akad- akad yang lainnya bagi hasil, sewa dan lain-lain. Padahal akad yang murni
syariah dalam transaksi keuangan syariah adalah akad yang berbasis pada bagi hasil yaitu Mudarabbah dan Musyarakah Syauqibeik, 2009. Namun, pada
kenyataanya mitra BMT lebih memilih kemudahan dalam pemanfaatan pembiayaan syariah atau kemudahan melakukan pinjaman. Hal ini menunjukan
bahwa transaksi keuangan yang benar-benar menerapkan bagi hasil belum optimal dilakukan.
Tanggung jawab manajemen dan Account Officer untuk lebih meningkatkan lagi transaksi yang murni pada bagi hasil. Tidak hanya transaksi
yang menggunakan pengambilan margin atas suatu akad pada akad murabahah. Selain itu, tanggung jawab petugas baik itu manajemen ataupun Account Officer
untuk mampu menjelaskan nilai-nilai lebih yang dimiliki oleh pembiayaan syariah dibandingkan dengan pembiayaan biasanya pada umumnya.
Gambar 15. Perkembangan Nominal Pembiayaan Berdasarkan Akad Pada
KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2004-2008 Jumlah mitra yang melakukan pembiayaan pada akad jual beli paling besar
jumlahnya dibandingkan dengan yang lain, dan ada kecenderungan semakin berkurang jumlahnya. Namun, secara nominal perguliran dana untuk akad jual
beli memiliki trend terus meningkat jumlahnya. Pada tahun 2008 saja pembiayaan yang menggunakan akad jual beli berjumlah Rp 3.324.860.000. Kondisi tersebut
berbeda dengan pembiayaan yang mengunakan akad bagi hasil, sewa dan akad
79 yang lainya, kecenderungannya menurun sama seperti jumlah mitra yang
memanfaatkan pembiayaan berdasarkan akad. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 15.
Skim pembiayaan syariah dengan Akad jual beli, bagi hasil, sewa dan lain- lainnya merupakan akad yang diterapkan pada KBMT Tadbiirul Ummah.
Pemanfaatan yang paling besar pada akad murabahah atau jual beli. Pemanfaatan yang besar ini mengindikasikan bahwa akad yang digunakan merupakan akad
yang mudah untuk diterapkan dan berdasarkan Bank Indonesia akad jual beli memiliki nilai terbesar dalam penyalurannya secara nasional perguliran
pembiayaan yang menggunakan akad murabahah pun mencapai nilai sebesar Rp 23.001 Milyar. Hal tersebut menunjukan masih sedikitnya lembaga keuangan
mikro syariah memanfaatkan jenis akad lainnya. Skim pembiayaan syariah yang ada pada KBMT Tadbiirul Ummah saat ini masih disalurkan dengan jenis akad
Murabahah, hal tersebut memang berdasarkan fakta dilapangan bahwa secara praktis masyarakat lebih mudah memahami pembiayaan dengan jenis akad
Murabahah dan pihak KBMT pun secara fleksibel menerapkan jenis akad yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan bersama mitra. Secara teori seharusnya
pembiayaan syariah yang betul-betul murni syariah harus menggunakan jenis akad yang menerapkan bagi hasil atau bagi rugi.
5.6. Mekanisme Pembiayaan Syariah