Achanthuridae, Scaridae dan Siganidae. Di Ambergris Caye, Belize, komposisi biomassa ikan herbivora berbeda dari Lizard Island dan San Blas Islands tersebut
dengan Scaridae 65,4 paling dominan di ikuti oleh Acanthuridae 30,1 dan Pomacentridae 4,5 Williams et al. 2001. Herbivori oleh Pomacentridae
bersifat khusus karena teritorial sehingga tidak dibahas bersama dengan herbivori oleh Scaridae, Acanthuridae dan Siganidae.
2.4. Komponen Yang Berperan Penting Dalam Kehidupan Terumbu Karang
Terumbu karang hidup pada kondisi karakteristik lingkungan perairan tertentu, dalam pertumbuhannya terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan perairan yang berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Terumbu karang pada umumnya terbatas pada suhu perairan
antara 18-36 C, nilai optimal antara 26-28
C. Hal ini selanjutnya akan di ekspresikan dalam pola distribusi dan keragaman terumbu karang secara
latitudinal Hubbard, 1990. Sensivitas terumbu karang terhadap suhu dibuktikan dengan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan suhu akibat pemanasan global
yang melanda perairan indonesia pada tahun 1998, yaitu terjadinya pemutihan karang yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95. Suharsono 1999
telah mencatat selama peristiwa pemutihan karang tersebut, suhu rata-rata permukaan air sekitar gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu berkisar 2-3
C diatas suhu normal. Perkembangan mengenai pengaruh suhu terhadap terumbu karang,
lebih lanjut dilaporkan bahwa suhu yang mematikan binatang karang bukan suhu yang ekstrim, namun lebih karena perbedaan perubahan suhu secara mendadak
dari suhu alaminormal. Menurut Neudecker 2001, perubahan suhu secara mendadak sekitar 4-6
C di bawah atau di atas ambient level dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.
Hewan-hewan karang
membangun terumbu
karang dengan
cara memanfaatkan
energi cahaya
matahari yang
menjadi kunci
eksistensi pangadangan teori terumbu karang yang modern dan juga bisa jadi untuk semua
terumbu karang dalam skala waktu geologi. Cahaya secara ekologi merupakan pembatas dibandingkan semua parameter fisika lingkungan lainnya, oleh sebab itu
cahaya dapat menyebabkan adanya pembatasan secara fisik terhadap biogeografi karang secara horisontal. Kepentingan cahaya dari kajian biogeografi dan evolusi
adalah terkait dengan evolusi dan proses simbiosis karang dengan zooxanthellae yang berperan dalam pembangunan terumbu karang yang melampaui waktu
evolusi itu sendiri. Terkait dengan hal terebut dan dalam peranan cahaya bagi karang, hal ini sinergis dengan faktor sedimentasi yang pengaruhnya dapat
menyebabkan rendahnya diversitas karang Veron, 1995. Mengingat binatang karang hermatypic atau reef-building corals hidupnya
bersimbiose dengan ganggang zooxanthellae yang melakukan proses fotosintesa, maka pengaruh cahaya illumination adalah penting sekali. Menurut Kanwisher
dan Wainwright 1997 titik kompensasi binatang karang terhadap cahaya adalah pada intensitas cahaya antara 200-700 fluks umumnya terletak antara 300-500
fluks. Intensitas cahaya secara umum di permukaan laut 2500-5000 fluks. Mengingat kebutuhan tersebut maka binatang karang coral reefs umumnya
tersebar di daerah tropis. Berkaitan dengan pengaruh cahaya tersebut terhadap pertumbuhan terumbu karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan
binatang karang. Pada perairan yang jernih memungkinkan penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat dalam, sehingga binatang karang juga dapat
hidup pada perairan yang cukup dalam. Sedimentasi
merupakan masalah
yang umum
di daerah
tropis, pengembangan di daerah pantai dan aktifitas-aktifitas manusia lainnya, seperti
pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak, pembukaan hutan dan aktifitas pertanian, yang dapat membebaskan sedimen terrigenoua sediments ke perairan
pantai atau ke daerah terumbu karang. Sedimentasi juga dapat disebabkan oleh carbonate sedimen, yiatu sedimen yang berasal dari erosi karang-karang, baik
secara fisik ataupun biologis bioerosion. Bioerosi biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut, seperti bulu babi, ikan, bintang laut, dan sebagainya.
Pengaruh sedimen terhadap pertumbuhan binatang karang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Sedimen dapat langsung mematikan
binatang karang, yaitu apabila sedimen tersebut ukurannya cukup besar atau banyak sehingga menutuputi polip mulut karang. Pengaruh tidak langsumg
adalah melalui penetrasi cahaya dan banyaknya energi yang dikeluarkan oleh binatang karang untuk menghalau sedimen tersebut, yang berakibat turunnya laju
pertumbuhan karang Pastorok dan Bilyard 1985, Supriharyono 2000. Lebih
lanjut dilaporkan oleh Pastorok dan Bilyard 1985 bahwa beberapa jenis karang, seperti Montastrea cavemosa, Siderastrea radians, S. siderea, dan Diphria
strigosa, cenderung paling tahan terhadap kekeruhan, demikian pula terumbu karang di Teluk Fouha Cfan Ylig Guam, ada korelasi antara sedimentasi dengan
keanekaragaman dan tutupan karang hidup. Pengaruh sedimentasi
terhadap kehidupan karang yang diakibatkan oleh aktifitas pengerukan telah banyak
dilaporkan oleh para peneliti. Chansang et al 2001 melaporkan kematian karang di Ko Phuket Thailand, akibat karang menerima sedimen yang cukup tinggi dari
perusahaan pengerukan dan pemisahan timah. Lebih lanjut dikatakan di perairan sebelah utara Teluk Bang Tao pantai barat Ko Phuket tutupan karang hidup di
dekat pantai reef flat yang menampung banyak sedimen presentasenya sangat rendah yaitu 3-6, dibandingkan dengan di daerah tubir reef edge 27-34 atau
di daerah tubir reef slope 26-34. Demikian pula Brown 1987, yang melakukan penelitian di Semenanjung
Laem Pan Wah Ko Phuket, memperoleh keanekaragaman karang yang umumnya rendah di daerah intertidal, dengan tutupan karang hidup sekitar 13-48. Jenis
karang yang dominan di daerah tersebut adalah Porites, Montipora, Acropora, dan Platygyra. Supriharyono 2000 juga melaporkan bahwa di perairan karang
Bandengan Jepara Jawa Tengah, yang menerima sedimentasi yang tinggi dari aktifitas pertanian dan aktifitas lainnya di daerah atas terutama pada musim
penghujan, tutupan karang di perairan tersebut tercatat relatif rendah di daerah reef flat yaitu sekitar 21-37 dan relatif tinggi di daerah dekat reef edge 50-80
yang letaknya relatif jauh dari garis pantai 150-250 m. Demikian pula dengan jenis-jenis yang dapat bertahan di kedua zona tersebut juga berbeda, yaitu hanya
1-5 spesies di reef flat dan lebih dari 20 spesies di daerah reef edge. Jenis-jenis karang yang dominan adalah Porites lutes, Montipora digitata, Acropora aspera,
Acropora pulchra, dan Platygyra spp. Pada umumnya karang yang hidup di daerah yang keruh atau sedimentasinya tinggi menampakan tanda-tanda stress,
seperti hilangnya warna, tertutup oleh silt, polyp yang baru mati atau lendir yang berlebihan.
Pengaruh sedimentasi terhadap terumbu karang oleh Loya dan Rinkevich 2000 yaitu : 1 menghambat pertumbuhan karang, 2 menghambat
planula karang untuk menempelkan diri dan berkembang pada substrat, 3
menghambat persen fotosintesis zooxanthellae, 4 menyebabkan kematian karang apabila menutupi permukaan karang, dan 5 meningkatkan kemampuan adaptasi
karang terhadap sedimen.
2.5. Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang