Karakteristik Geofisik Teluk Kotania

4. KARAKTERISTIK TELUK KOTANIA

4.1. Karakteristik Geofisik Teluk Kotania

Teluk Kotania adalah sebuah teluk yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku yang merupakan suatu perairan yang agak tertutup, dangkal serta memiliki paras dasar yang tidak teratur. Kawasan teluk ini dikelilingi oleh perbukitan. Teluk ini terletak pada posisi 2 o 58’00” – 3 o 06’00” Lintang Selatan dan 128 o 00’00”–128 o 08”00 Bujur Timur. Teluk Kotania memiliki 5 lima pulau kecil yang tersebar di depan mulut teluk, yaitu Pulau Marsegu, Pulau Osi, Pulau Burung, Pulau Buntal dan Pulau Tatumbu. Pulau berpenghuni adalah pulau Osi dan pulau Buntal dengan bentuk pemukiman di dominasi oleh rumah panggung yang dibuat di atas luasan padang lamun dan rataan terumbu karang. Kawasan ini memiliki tiga ekosistem penting wilayah pesisir yaitu terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Teluk Kotania teriri dari dua teluk yang lebih kecil, yaitu yang terletak di depan Dusun Kotania dan di depan Dusun Pelita Jaya. Kedua Teluk ini dipisahkan oleh bagian dangkal berupa gosong karang dimana terdapat beberapa pulau kecil. Teluk yang teletak di depan Dusun Kotania selanjutnya disebut sebagai Teluk Kotania yang memiliki kedalaman perairan rata-rata 20 meter, sedangkan yang di depan Dusun Pelita Jaya selanjutnya disebut sebagai Teluk Pelita Jaya yang perairannya lebih dalam dari 40 meter. Perairan Teluk Kotania secara umum merupakan kawasan terumbu, terutama terumbu dengan tipe fringing reef yang menempel ke daratan Pulau Seram. Terumbu tersebut membentuk rataan terumbu yang luas, yang sebagiannya merupakan daratan pasang surut dan sebagian lainnya berair dangkal pada waktu surut. Perbukitan yang mengelilingi Teluk Kotania, Pulau Buntal dan Pulau Osi tersusun oleh batugamping terumbu. Menurut Tjokrosapoetra et al 1989 dalam Siahainenia 1994, batugamping yang terdapat di kawasan Teluk Kotania tersusun oleh koloni koral, algae dan bryozoa; diendapkan dalam lingkungan laut dangkal yang tidak jauh dari pantai dan umurnya diduga Plistosen atas sampai Holosen. Batu gamping tersebut terangkat oleh tektonik yang terjadi pada masa Kwarter, dimana pada masa tersebut Busur Banda mengalami pengangkatan De Smet et al 1989 dalam Siahainenia 1994. Dengan demikian dapat diduga bahwa rataan terumbu yang sekarang ada di Teluk Kotania terbentuk setelah tektonik yang terjadi pada masa kwarter, setelah peristiwa pengangkatan itu dan dalam perkembangan selanjutnya terbentuk beberapa macam ekosistem dan tipe pantai yang mengalami perubahan. Tipe pantai yang terdapat di kawasan Teluk Kotania adalah pantai tipe cliff yang terbentuk karena proses pengangkatan yang terjadi di daerah tersebut. Dibagian depan cliff, terdapat rataan terumbu yang lebarnya bervariasi antara 150 sampai 500 meter. Dalam perkembangan selanjutnya, kondisi energi laut yang lemah di atas rataan terumbu memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen halus di atasnya yang selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan mangrove. Dengan munculnya mangrove disebelah depan cliff, maka pantai yang terdapat di bagian depan adalah pantai mangrove, perkembangan yang demikian terjadi terutama di pantai daratan utama Pulau Seram seperti lokasi di Pelita Jaya dan Tanjung Lalonsoi. Di Pulau Buntal dan Pulau Osi, pantai tipe cliff masih dominan berada di depan, namun dibeberapa bagian pulau-pulau tersebut masih terlihat mangrove tumbuh di depan cliff. Pulau-pulau kecil yang terdapat di kawasan Teluk Kotania dapat dibedakan menjadi dua jenis. Jenis yang pertama adalah pulau kecil yang terbentuk karena terumbu yang terangkat elevated reef-island. Pulau-pulau yang termasuk jenis ini adalah Pulau Buntal dan Pulau Osi. Jenis pulau kecil yang kedua adalah mangrove-cay island. Menurut Stoddart dan Steers 1977 dalam Siahainenia 1994, terbentuknya mangrove-cay diawali oleh kehadiran koloni mangrove. Jenis-jenis mangrove pemula terutama adalah jenis-jenis Rhizopora. Setelah terbentuk koloni mangrove, selanjutnya akar-akar mangrove memacu sedimentasi disekitarnya dengan cara menghambat pergerakan air sehingga sedimen dapat mudah terendapkan, akhirnya suatu areal rendah yang tersusun oleh endapan pasir terbentuk, dan kemudian diikuti oleh suatu suksesi dari mangrove-mangrove pioner ke hutan darat litoral yang kering dryland littoral woodland. Di Teluk Kotania, pulau-pulau yang termasuk jenis yang kedua ini adalah Pulau Burung dan Pulau Tatumbu. Elevasi dari kedua pulau tersebut kurang dari 1 meter pada waktu pasang tertinggi. Dengan demikian maka, proses tektonik adalah proses yang pertama kali membentuk bentang alam kawasan Teluk Kotania, dan selanjutnya aktifitas ekologis-biologis adalah proses utama yang merubah atau memodifikasi bentang alam yang terbentuk oleh proses tektonik.

4.2. Karakteristik Parameter Fisika-Kimia Perairan