Pendekatan Sistem Dinamik Resiliensi Eko-Sosio Terumbu Karang

haruslah merepresentasikan kondisi nyata yang sebenarnya terjadi, dan holistik mengharuskan merepresentasikan penyelesaian permasalahan secara utuh, menyeluruh dan terpadu.

2.6.2. Sistem Dinamik

Sistem dinamik dynamic system merupakan salah satu teknik HSM yang dapat digunakan dalam rancang bangun sistem Eriyatno dan Sofyar 2007. Metodologi sistem dinamik dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetic, dan simulasi komputer. Prinsip dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan dalam sebuah metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik, menghilangkan kelemahan dari masing–masing disiplin, dan menggunakan kekuatan setiap disiplin untuk membentuk sinergi Muhamadi et al 2001. Validasi model sistem dinamik pada dasarnya adalah suatu proses membangun kepercayaan pada kegunaan model sebagai alat bantu analisis dan perancangan kebijakan. Dalam proses validasi ini, sebuah model tidak akan dapat dinyatakan valid secara absolut, jika tidak terdapat bukti bahwa model dapat merepresentasikan suatu realita dengan benar-benar mirip secara absolut, sehingga dengan melakukan proses pengujian model sistem dinamik terhadap bukti-bukti empiris akan meningkatkan kepercayaan seseorang terhadap model. Pengujian terhadap model sistem dinamik secara umum dapat dibagi menjadi tiga katagori utama sebagai berikut:  Validasi struktur, yaitu pengujian relasi antar variabel yang ada di dalam model, dan disesuaikan dengan keadaan pada sistem yang sebenarnya.  Validasi perilaku, yaitu pengujian terhadap kecukupan struktur model dengan melakukan penilaian terhadap perilaku yang dihasilkan model;  Validasi implikasi kebijakan, yaitu pengujian terhadap perilaku model terhadap berbagai rekomendasi kebijakan.

2.7. Pendekatan Sistem Dinamik Resiliensi Eko-Sosio Terumbu Karang

Masalah pengelolaan ekosistem terumbu karang di Teluk Kotania dengan pendekatan Resiliensi Ekologi-Sosial RES bersifat kompleks karena melibatkan banyak indikator variabel resiliensi ekologi dan sosial seperti karakteristik lingkungan perairan dengan berbagai parameter pembatas, kondisi terumbu karang dan berbagai jenis biota yang berasosiasi dengan terumbu karang, mata pencaharian, struktur sosial-budaya masyarakat, partisipasi masyarakat, regulasi kebijakan, pemanfaatan ekosistem terumbu karang, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat ketergantungan, kelembagaan, dan faktor eko-sosio lainnya. Hal ini menyebabkan upaya pengelolaan terumbu karang di Teluk Kotania menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Teluk Kotania perlu pendekatan sistem dengan memperhatikan keterpaduan dan keberlanjutan. Pendekatan kesisteman dengan multidisiplin ilmu merupakan alternatif terbaik bagi penyelesaian masalah pengelolaan terumbu karang yang kompleks tersebut. Hal ini karena melalui pendekatan kesisteman ini akan dapat diidentifikasi kebutuhan para stakeholders, sehingga dapat dicari satu penyelesaian holistik dan terpadu yang dapat memberikan hasil lebih efektif. Dengan mengacu pada tahapan pendekatan sistem Eriyatno, 2003; Hartisari, 2007, maka secara diagramatis desain tahapan pendekatan sistem dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Pendekatan sistem RES pengelolaan terumbu karang di Teluk Kotania Pelaksanaan semua tahapan tersebut dalam satu ketentuan kerja merupakan analisis sistem Eriyatno 2003 dan Hartisari 2007. Sistem model dinamik merupakan salah satu pendekatan kesisteman yang memiliki beberapa keunggulan antara lain : 1 dapat menyederhanakan model masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan 2 adanya umpan balik feed back dalam model Kholil 2005. Dalam pengembangan model dinamik, penggunaan perangkat lunak software tool computer sangat diperlukan. Melalui perangkat lunak kita dapat melakukan simulasi terhadap model yang telah dikembangkan untuk melihat trend pola sistem pada masa yang akan datang seiring perubahan waktu. Sehingga perubahan perbaikan yang diperlukan untuk mendapatkan sistem model yang diinginkan dapat dilakukan. Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan : a perbaikan struktural, yakni dengan melakukan penyempurnaan model menambahmengurangi, dan b perbaikan fungsional, yakni dengan melakukan penyempurnaan unsur-unsur sistem.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku Gambar 6, yang secara geografis berada pada posisi 2 58’ LS– 3 06’ LS dan 128 00 BT–128 08’ BT. Lokasi pengamatan mencakup kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Teluk Kotania. Lokasi pengamatan kondisi terumbu karang di Teluk Kotania terdiri dari perairan Pulau Osi, Pulau Buntal, Pulau Burung, Pulau Tatumbu, dan perairan pesisir Kotania, Wael, Pelita Jaya dan Taman Jaya. Sedangkan untuk kondisi sosial dan ekonomi yang menjadi target pengamatan adalah 8 delapan perkampungan pesisir yang terdapat di sekitar Teluk Kotania. Pengambilan data primer dan sekunder pada bulan Juli 2010 sampai Pebruari 2011. Gambar 6. Lokasi penelitian di Teluk Kotania