. +
. =
− .
= −
. =
− +
= −1 + .
………… Pada saat: t = 0,
Maka: 0 =
−1 + = 0 + 1 … … … … .
∗∗ Dengan mensubstitusi persamaan kedalam persamaan , sehingga
persamaan menjadi: =
−1 + 0 + 1 atau dapat ditulis:
= +
− 1……………………………18 Keterangan:
=
indeks
resiliensi eko-sosio stasiun ke-i pada tahun ke-t = tingkat resiliensi eko-sosio awal stasiun ke-i
k
i
= koefisien resilensi eko-sosio stasiun ke-i i
=
indeks untuk stasiun pengamatan i = 1, 2,3,…..,19 t
= waktu
untuk = 0,1,2, … ., 25
Jika y dikategorikan sebagai indeks resiliensi ekologi-sosial IRES, maka persamaan 18 formula indeks resiliensi ekologi sosial dapat dituliskan menjadi :
= +
− 1 validitas dan sensitivitas model estimasi indeks resiliensi ekologi-sosial ini
divisualisasikan menggunakan software matlab versi 7.
5.3. Estimasi Resiliensi Ekologi-Sosial Eko-sosio Terumbu Karang
Hasil analisis indeks resiliensi terumbu karang saat ini menunjukan Teluk Kotania memiliki indeks resiliensi yang dikategorikan ke dalam empat kelas
resiliensi yaitu very low resilient, low resilient, midle resilient, dan high resilient. Hasil analisis tersebut memberi gambaran bahwa adanya perbedaan nilai resiliensi
5 10
15 20
25 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8
Tahun N
ila i
R e
s ile
n s
i st1
st2 st3
st4 st5
st6 st7
st8 st9
st10 st11
st12 st13
st14 st15
st16 st17
st18 st19
antar stasiun penelitian. Hal ini menunjukan bahwa beberapa parameter yang menjadi indikator resiliensi sudah berada pada kategori sangat rendah very low
resilient sampai tinggi high resilient. Kondisi ini menunjukan dinamika resiliensi saat ini tentu akan mengalami perubahan pada waktu-waktu mendatang.
Jika kondisi resiliensi terumbu karang saat ini di estimasi untuk melihat proyeksi tingkatan kondisi resiliensi terumbu karang antar 19 stasiun penelitian maka
perubahan yang terjadi dapat dijelaskan seperti pada grafik dibawah ini.
Gambar 21. Proyeksi perubahan nilai resiliensi eko-sosio terumbu karang Gambaran grafik diatas, menunjukan bahwa nilai resiliensi dari 19 stasiun
penelitian mengalami laju penurunan yang drastis dengan nilai resiliensi sampai ke titik nol tidak ada resiliensi pada tahun tertentu. Penurunan indeks resiliensi
terjadi dikategorikan menjadi dua yaitu grafik yang menurun tajam dan grafik yang landai. Penurunan indeks secara drastis terjadi pada stasiun-stasiun yang
memiliki nilai indeks diatas 0.4 sedangkan yang lebih kecil dari 0.4 pada
umumnya bersifat landai. Terjadinya kondisi ini diduga karena pada saat indeks resiliensi terumbu karang diatas 0.4 memungkinkan terjadi proses kejutan awal
akibat tekanan terhadap terumbu karang yang tinggi khususnya dari aspek sosial sehingga proses-proses pemulihan diri terumbu karang secara alami tidak mampu
mengimbangi tekanan lingkungan yang disebabkan oleh aktifitas sosial, dengan kata lain pada kondisi ini proses-proses pemulihan diri terumbu karang masih
berjalan dengan baik namun tidak mampu meciptakan kesempatan yang cukup bagi terumbu karang melakukan pemulihan diri karena tingginya tekanan aktifitas
sosial di areal terumbu karang. Pada saat indeks terumbu karang lebih kecil dari 0.4, pergerakan grafik resiliensi terlihat melambat landai disebabkan karena
pada kondisi ini tekanan lingkungan khususnya dari aspek sosial cenderung berkurang akibat rendahnya aktifitas sosial di sekitar terumbu karang dan
berkurangnya tingkat ketergantungan terhadap ekosistem terumbu. Selain itu, aktifitas pemulihan diri karang mulai berjalan dengan baik
namun belum mampu melakukan reorganisasi diri dalam pembentukan koloni. Kondisi ini menunjukan bahwa nilai indeks resiliensi lebih besar dari 0.4 dapat
dijadikan sebagai tolok ukur kehidupan karang dan biota di sekitar ekosistem terumbu karang rentan terhadap tekanan lingkungan sosial, sedangkan nilai indeks
resiliensi lebih kecil dari 0.4 meskipun tekanan lingkungan semakin menurun namun pada kondisi ini kemampuan pemulihan diri semakin kecil karena nilai
resiliensi yang dimiliki tidak cukup untuk memberikan kesempatan kepada terumbu karang memulihkan diri dan kembali ke kondisi semula, sehingga
kondisi ini rentan terhadap hilangnya daya resiliensi terumbu karang. Cinner J. et al. 2009 dalam kajian tentang hubungan sistem ekologi-
sosial untuk keberlanjutan sumberdaya perikanan terumbu karang menginginkan adanya tools atau metode penilaian resiliensi ekologi-sosial terumbu karang
bersifat dinamik yang dapat digunakan untuk mendeteksi nilai ambang resiliensi sebagai dasar penilaian terumbu karang dalam kondisi baik dan kurang baik
sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan perikanan karang terpadu. Sampai saat ini belum ada yang melakukan saran Ciner J. et al. tersebut. Ukuran kapasitas
resiliensi komunitas karang sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan konservasi terumbu karang. Dengan demikian maka indeks resiliensi eko-sosio
terumbu karang 0.4 dapat dijadikan sebagai standar awal dalam mengukur kualitas resiliensi terumbu karang untuk keperluan strategi konservasi.
Dinamika perubahan nilai resiliensi dari 19 stasiun pengamatan memberi gambaran bahwa naparameter-parameter yang dijadikan indikator resiliensi baik
parameter ekologi maupun sosial akan selalu mengalami perubahan seiring dengan waktu. Semakin bertambahnya waktu maka laju penurunan nilai resiliensi
setiap stasiun akan semakin rendah dan pada waktu tertentu akan mencapai nilai nol yang berarti kemampuan resiliensi atau daya lenting terumbu karang semakin
rendah dan disaat tertentu bila kondisi ini tidak diantisipasi maka daya resilient terumbu karang dengan sendirinya akan hilang. Bila kondisi ini berlangsung terus
maka diprediksi pada tahun 2025 seluruh terumbu karang di Teluk Kotania rentan kehilangan daya resilient. Perubahan nilai resiliensi secara detail dapat dilihat
pada lampiran. Dinamika perubahan nilai resiliensi setiap stasiun seperti yang telah
dijelaskan tersebut, jika dianlisis secara spasial berdasarkan kelas resiliensi yang telah disusun, maka terlihat jelas bahwa laju penurunan nilai resiliensi akan diikuti
dengan perubahan kelas resiliensi pada beberapa stasiun pengamatan. Perubahan kelas resiliensi secara spasial dapat ditunjukan pada Gambar 22, 23, 24 dan 25.
Setiap terjadi pertambahan waktu akan terjadi penurunan nilai resiliensi dan secara otomatis akan terjadi perubahan kelas resiliensi ke arah yang lebih rendah.
Pada tahun 2010, terdapat 4 empat kelas resiliensi yang terdiri atas high resilient sebesar 21.05, midle resilient 26.32, low resilient 21.05, dan very low
resilient 31.58, namun di tahun 2015 kelas resiliensi terumbu karang menjadi tiga yaitu very low resilient 47.37, low resilient 42.11, dan midle resilient
10.53 sedangkan pada tahun 2020 terjadi penurunan kelas resiliensi menjadi 2 yang didominasi oleh very low resilient 73.68 dan low resilient hanya sebesar
26.32. Sedangkan untuk tahun 2025 terjadi perubahan kategori resiliensi eko- sosio terumbu karang secara signifikan dimana tingkat resiliensi terumbu karang
seluruh stasiun masuk dalam kategori very low resilient bahkan pada stasiun 12 St.12 dan stasiun 15 St.15 daya resiliensi terumbu karang terancam hilang
yang berarti bahwa pada kondisi tersebut terumbu karang sudah sangat rentan.
Gambar 22. Kelas resiliensi eko-sosio tahun 2010
Gambar 23. Proyeksi perubahan kelas resiliensi eko-sosio tahun 2015
Gambar 24. Proyeksi perubahan kelas resiliensi eko-sosio tahun 2020
Gambar 25. Proyeksi perubahan kelas resiliensi eko-sosio tahun 2025
5.4. Rancangan Skenario Model Adaptasi