Penentuan Cluster Pengelolaan Resiliensi Ekologi-Sosial Eko-Sosio

Jika CR 0.1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR0.1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan oleh setiap parameter harus diulang. Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.

3.6. Penentuan Cluster Pengelolaan Resiliensi Ekologi-Sosial Eko-Sosio

Penentuan poligon cluster pengelolaan resiliensi eko-sosio di dekati dengan pendekatan cluster analisis analisis gerombol. Analisis gerombol merupakan suatu metode peubah ganda untuk mengelompokkan n objek ke dalam m gerombol m ≤n berdasarkan karakter-karakternya Johnson Wichern 2002. Pendekatan ini juga sejalan dengan pendapat Hair et al. 1998 dalam Angriyani 2011 bahwa analisis gerombol merupakan salah satu metode analisis peubah ganda yang bertujuan untuk mengelompokkan objek kedalam kelompok – kelompok tertentu yang relatif homogen berdasarkan kemiripan atau ketidakmiripan karakteristik–karakteristik yang dimiliki. Ukuran kemiripan yang digunakan adalah fungsi jarak antara dua objek. Bila antar peubah yang digunakan saling bebas digunakan jarak Euclidean dengan formula: = [ ∑ = − 2 ] 12 sedangkan bila terdapat korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis = [ − ∑ − ] 12 dengan ∑ adalah matriks ragam peragam. Secara umum terdapat dua metode penggerombolan yang menggunakan ukuran jarak, yaitu metode penggerombolan berhirarki dan metode penggerombolan tak berhirarki Johnson, 1998. a. Metode berhirarki Metode penggerombolan berhirarki dimulai dengan mengelompokkan dua atau lebih objek yang memiliki kesamaan terdekat menjadi suatu gerombol baru sehingga jumlah gerombol berkurang satu pada setiap tahap, atau dengan menganggap seluruh objek berasal dari satu gerombol kemudian ketidakmiripan yang paling tinggi dipisah hingga tiap observasi menjadi gerombol sendiri– sendiri. Metode ini digunakan bila jumlah gerombol yang akan dibentuk belum diketahui sebelumnya. b. Metode tak berhirarki Metode penggerombolan tak berhirarki digunakan bila banyaknya gerombol yang akan dibentuk sudah diketahui sebelumnya. K-rataan merupakan metode tak berhirarki yang paling banyak digunakan. Penentuan objek kedalam gerombol tertentu pada metode ini berdasarkan rataan terdekat, yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama mengambil k unit data pertama yang digunakan sebagai k pusat gerombol awal. Tahap kedua, menggabungkan setiap n-k data yang merupakan sisa objek ke pusat gerombol terdekat, kemudian dihitung masing-masing pusat rataan gerombol baru yang terbentuk dari hasil gabungan. Pada tahap ketiga, pusat gerombol yang terbentuk dijadikan sebuah titik pusat rataan gerombol kemudian dilakukan penggabungan kembali dari setiap unit data ke dalam titik pusat terdekat. Ketiga tahap ini dilakukan hingga diperoleh gerombol yang konvergen yaitu adanya titik pusat yang tetap dan tidak ada lagi perubahan anggota di setiap gerombol.

4. KARAKTERISTIK TELUK KOTANIA

4.1. Karakteristik Geofisik Teluk Kotania

Teluk Kotania adalah sebuah teluk yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku yang merupakan suatu perairan yang agak tertutup, dangkal serta memiliki paras dasar yang tidak teratur. Kawasan teluk ini dikelilingi oleh perbukitan. Teluk ini terletak pada posisi 2 o 58’00” – 3 o 06’00” Lintang Selatan dan 128 o 00’00”–128 o 08”00 Bujur Timur. Teluk Kotania memiliki 5 lima pulau kecil yang tersebar di depan mulut teluk, yaitu Pulau Marsegu, Pulau Osi, Pulau Burung, Pulau Buntal dan Pulau Tatumbu. Pulau berpenghuni adalah pulau Osi dan pulau Buntal dengan bentuk pemukiman di dominasi oleh rumah panggung yang dibuat di atas luasan padang lamun dan rataan terumbu karang. Kawasan ini memiliki tiga ekosistem penting wilayah pesisir yaitu terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Teluk Kotania teriri dari dua teluk yang lebih kecil, yaitu yang terletak di depan Dusun Kotania dan di depan Dusun Pelita Jaya. Kedua Teluk ini dipisahkan oleh bagian dangkal berupa gosong karang dimana terdapat beberapa pulau kecil. Teluk yang teletak di depan Dusun Kotania selanjutnya disebut sebagai Teluk Kotania yang memiliki kedalaman perairan rata-rata 20 meter, sedangkan yang di depan Dusun Pelita Jaya selanjutnya disebut sebagai Teluk Pelita Jaya yang perairannya lebih dalam dari 40 meter. Perairan Teluk Kotania secara umum merupakan kawasan terumbu, terutama terumbu dengan tipe fringing reef yang menempel ke daratan Pulau Seram. Terumbu tersebut membentuk rataan terumbu yang luas, yang sebagiannya merupakan daratan pasang surut dan sebagian lainnya berair dangkal pada waktu surut. Perbukitan yang mengelilingi Teluk Kotania, Pulau Buntal dan Pulau Osi tersusun oleh batugamping terumbu. Menurut Tjokrosapoetra et al 1989 dalam Siahainenia 1994, batugamping yang terdapat di kawasan Teluk Kotania tersusun oleh koloni koral, algae dan bryozoa; diendapkan dalam lingkungan laut dangkal yang tidak jauh dari pantai dan umurnya diduga Plistosen atas sampai Holosen. Batu gamping tersebut terangkat oleh tektonik yang terjadi pada masa