keputusan  hedging di pasar berjangka dan hanya 40 persen saja yang menggunakan fasilitas hedging di pasar berjangka.
2.2.3. Studi Mengenai Pasar Berjangka Komoditas
Suatu hal yang penting untuk prilaku harga yang baik yakni bagaimana harga terakhir dapat digunakan untuk memprediksi harga di masa depan. Hal ini
berkaitan dengan bentuk umum yang dikenal dengan hipotesa pasar efisien. Menurut definisi Fama 1970, pasar dikatakan efisien jika selalu mencerminkan
tersedianya informasi dalam hal bentuk informasi yang relevan mengenai perkembangan  harga. Hasil penelitiannya menyebutkan  jika bursa komoditi
dikatakan efisien secara informasi maka perubahan harga seharusnya mengikuti pola acak. Jika mengikuti pola harga  acak artinya pasar efisien secara informasi
bentuk lemah. Maka perubahan harga masa lalu tidak berhubungan dengan harga saat ini yang berarti harga saat ini  dan telah mampu mencerminkan informasi
peristiwa yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup
lama.
Harga di pasar berjangka komoditas telah dilakukan oleh berbagai peneliti misalnya Cootner 1962 menemukan bahwa perubahan harga komoditi di pasar
lebih acak daripada di pasar saham. Larson 1960 melakukan analisis korelasi untuk harga  jagung dan  saham di Amerika Serikat dan  menyimpulkan bahwa
tidak ada keterkaitan pada perubahan  harga diantara keduanya. Namun, ditemukan beberapa bukti dari beberapa penelitian bahwa adanya
keterkaitan harga komoditi di pasar fisik dan berjangka di Amerika. Seperti
penelitian yang dilakukan Smidt 1965 menggunakan  analisis korelasi untuk menunjukkan bahwa perubahan harga harian kedelai  di pasar berjangka Amerika
Serikat  secara   statistik memperlihatkan adanya  hubungan  korelasi atau adanya keterkaitan dengan harga di pasar fisiknya.  Sama dengan penelitian sebelumnya
Brinegar 1970 menemukan adanya  hubungan  korelasi positif  pada  harga gandum, jagung dan gandum hitam di pasar fisik dan berjangka Amerika.
Selanjutnya Stevenson 1970 menggunakan analisis korelasi untuk melihat  perdagangan   jagung  dan kedelai di Amerika Serikat  pada bulan Juli
dengan menggunakan harga berjangka  selama periode 1951-1968 dan menyimpulkan bahwa  perubahan harga terjadi secara sistematis bukan secara
acak. Kemudian Cargill dan Rausser 1969 menganalisis tentang berbagai kontrak  future untuk  tahun 1967, termasuk jagung, dan menyimpulkan bahwa
perilaku harga komoditi adalah konsisten sehingga mencerminkan pasar yang efisien. Bahkan menurut Leuthold 1972 bahwa peramalan harga future yang
efisien untuk harga fisik hanya pada tanggal terdekatnya. Sama dengan penelitian Leuthold 1972, Bessembinder et al.  1995,
Bailey dan Chan 1993 serta Fama dan Perancis 1987, menyatakan bahwa harga kontrak future pertama di dekatnya dapat digunakan untuk proxy untuk
harga fisik. Oleh karena itu, analisis berdasarkan harga future juga dapat digunakan  sebagai dasar pergerakan antara harga future  dan harga fisik.  Salah
satu keuntungan dari menggunakan harga  future adalah harga yang didapatkan bisa  menghindari masalah yang timbul ketika terjadi tumpang tindih kontrak
yang digunakan, serta masalah yang berkaitan dengan volatilitas pada periode waktu pengiriman.
Wang dan Ke 2002 dalam studinya menguji tingkat efisiensi pasar berjangka untuk komoditi gandum dan kedelai di China serta kondisi pasar
komoditas pertanian di pasar berjangka dan pasar fisik dengan menggunakan pendekatan kointegrasi Johansen. Hasilnya terdapat hubungan antara harga
berjangka  dan harga fisik  pada kedelai dalam keseimbangan jangka panjang dan sangat lemah tingkat efisiensinya dalam jangka pendek sedangkan pasar
berjangka  gandum tidak efisien dikarenakan banyaknya spekulan dan intervensi pemerintah pada komoditas gandum.
Sebuah pasar yang efisien adalah dimana harga selalu dapat sepenuhnya direfleksikan informasi yang ada dan tidak ada pedagang yang dapat keuntungan
dan mengontrol informasi dalam bentuk pasar monopolistik. Dengan kata lain sebuah keefisienan pasar berjangka komoditi dapat memberikan signal pada
harga di pasar spot  dan mengeliminasi kerugian sehingga dimungkinkannya bahwa keuntungan dapat digaransi dalam proses perdagangan Fama 1970 dalam
Wang 2002. Selanjutnya Singh 1998 melihat dampak pasar berjangka Hessian di
India sebagai leading dalam mengurangi volatilitas di pasar fisik Hessian. Hasilnya memperlihakan bahwa  pasar berjangka  dapat dijadikan kebijakan
alternatif dalam mengurangi ketidakpastian pasar pertanian. Pasar berjangka dapat memberikan informasi dan sebagai tempat  penyimpanan yang tepat  pada musim
panen sehingga dapat menstabilkan harga fisik. Dalam  penelitian lainnya Mashamaite dan Moholwa 2005 melakukan
penelitian mengenai hubungan harga  vertikal dan spasial dan perubahan prilaku harga di pasar berjangka  menggunakan tes asimetri. Harga asimetri memberi
implikasi penting  pada pasar berjangka. Pertama, model tradisional pada data time series yang memungkinkan adanya sedikit bias ketika peramalan harga
berjangka, karena menggunakan asumsi harga simetri. Kedua, tes asimetri hasilnya memberikan informasi untuk peningkatan fungsi dan stabilitas harga
berjangka pada limit harga dan margin kebijakan. Meyer 2003 menyatakan ekonomis sering menggunakan integrasi pasar
untuk mendefinisikan tingkat transmisi harga antara hubungan pasar vertikal dan spasial sebagai  proxy  efisiensi pasar. Namun dalam banyak studi evaluasi
mengenai integrasi harga hanya pada harga dan mengabaikan efek biaya transaksi. Penggunanaan penyesuaian harga menggunakan kerangka Vector Error
Correction Model VECM belum cukup untuk menghitung efek biaya transaksi. Maka  perluasan  dari model VECM  yakni menggunakan Threshold  Vector
Error Correction Model TVECM dapat memperlihatkan efek dari  biaya transaksi dari transmisi harga tanpa langsung percaya pada data biaya  transaksi.
2.2.4. Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam Penelitian