sebesar 0.004 persen. Nilai tukar juga berpengaruh terhadap pembentukan harga pasar Belawan. Pengaruh nilai Yen bernilai negatif dimana apabila terjadi
penguatan nilai mata uang tersebut akan menurunkan harga karet di pasar Belawan. Sedangkan penguatan harga nilai tukar Rupiah juga akan menaikkan
harga karet alam di Belawan. Untuk mata uang Baht dan Yuan ternyata tidak berpengaruh nyata pada perubahan harga karet yang terjadi di pasar Belawan.
6.1.6. Uji Granger Causality
A. Jenis Karet TSR20
Untuk mengetahui variabel mana yang lebih berpengaruh terhadap perubahan variabel lainnya maka dilakukan analisis Granger causality. Uji
kausalitas ini dilakukan dengan membandingkan nilai probability pada taraf nyata signifikan pada 1, 5 dan 10 persen. Jika nilai probability melebihi taraf nyata
maka tolak H , dan sebaliknya. Hipotesis nol H
dalam penelitian ini berarti tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi antara dua pasarbursa yang
dibandingkan dan sebaliknya hipotesis alternatif H
1
berarti terdapat hubungan saling mempengaruhi antara kedua pasarbursa yang dibandingkan.
Berdasarkan Lampiran 7 dapat diketahui pada lag 1 terlihat hubungan antara bursa SICOM dan bursa CJCE merupakan hubungan kausalitas searah. Hal
ini menandakan bahwa harga bursa SICOM mempengaruhi harga yang terbentuk di bursa CJCE. Sebaliknya harga karet di bursa CJCE tidak mempengaruhi harga
karet di bursa SICOM. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa bursa SICOM bergerak duluan baru kemudian pergerakan harganya diikuti pergerakan harga
bursa CJCE.
Berbeda dengan hubungan dua bursa tersebut, hubungan harga di pasar Belawan dengan bursa SICOM justru hubungan kausalitas dua arah dimana antara
pasar Belawan dan bursa SICOM saling mempengaruhi harga di masing- masing pasar. Begitupun hubungan antara Belawan dan CJCE juga saling mempengaruhi
seperti pada Tabel 22 dan Lampiran 7. Pada lag 2, 3 dan 4 terdapat hubungan kausalitas dua arah timbal balik
antara SICOM, CJCE dan Belawan. Hal ini mengindikasikan terjadi pergerakan harga yang bersamaan simetris di ketiga pasar tersebut.
Selanjutnya pada lag 5, 6, 7, 8 dan 9 juga terdapat hubungan kausalitas dua arah antara bursa SICOM dan CJCE serta hubungan antara SICOM dan Belawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi pergerakan bersamaan antara SICOM dan CJCE serta antara SICOM dan Belawan. Namun berbeda dengan
hubungan antara bursa CJCE dan Belawan yang hanya terdapat hubungan kausalitas searah. Bursa CJCE yang mempengaruhi pergerakan harga di Belawan
sebaliknya Belawan tidak mempengaruhi pergerakan harga karet di CJCE. Hasil ini menandakan bahwa harga karet CJCE yang bergerak terlebih dahulu baru
kemudian harga Belawan mengikuti pergerakan harga tersebut, sehingga dapat disimpulkan bursa CJCE pemimpin harga bagi harga karet di pasar Belawan.
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa hubungan harga antara pasar fisik dan pasar berjangka karet TSR20 saling pengaruh dan mempengaruhi,
sehingga dari hasil temuan ini secara langsung memperkuat temuan pada estimasi VECM. Selanjutnya nilai dari lag yang ada maksudnya terdapat pengaruh
terhadap masing-masing variabel harga namun dibutuhkan waktu bagi suatu variabel harga untuk merespon pergerakan variabel harga lainnya
.
B. Jenis Karet RSS3
Hasil uji Granger Causality jenis karet RSS3 pada Lampiran 11 dapat disimpulkan pada lag 1 hubungan antara bursa TOCOM, AFET dan SHFE
merupakan kausalitas searah dimana hanya bursa TOCOM saja yang mempengaruhi pergerakan harga di bursa AFET dan SHFE. Sebalikanya bursa
AFET maupun bursa SHFE tidak mempengaruhi harga bursa TOCOM. Hasil ini mengindikasikan bahwa bursa TOCOM yang bergerak duluan baru kemudian
diikuti pergerakan harga bursa lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pasar ini bersifat hierarkis dimana bursa TOCOM
merupakan pemimpin pasar sedangkan AFET dan SHFE merupakan pasar pengikut.
Berbeda dengan hubungan antara pasar Belawan, bursa TOCOM, dan AFET yang saling mempengaruhi atau juga bersifat kausalitas dua arah. Temuan
ini dapat mengindikasikan bahwa pasar bersifat simetris tidak ada pasar pemimpin maupun pengikut dan harga karet alam antar pasar bergerak bersamaan. Namun
berbeda antara hubungan Belawan dan SHFE dimana hanya terdapat hubungan kausalitas satu arah. Bursa SHFE saja yang mempengaruhi harga karet yang
terbentuk di pasar Belawan namun sebaliknya harga karet yang terbentuk di pasar Belawan tidak mempengaruhi harga karet yang terbentuk di bursa SHFE. Dengan
demikian pada lag 1 ini bursa SHFE sebagai pasar pemimpin karena bergerak duluan dan pasar Belawan sebagai pengikut.
Pada lag 2 dan 3 hubungan antara pasar fisik Belawan dan bursa berjangka saling mempengaruhi atau dengan kata lain disebut juga memiliki hubungan
kausalitas timbal balik atau dua arah. Dengan demikian hubungan antara pasar
tersebut bersifat simetris dimana antara pasar sama kekuatannya yang ditandai pergerakannnya harga yang terjadi juga sama.
Selanjutnya pada lag 4 hubungan antara pasar berjangka bersifat dua arah dimana antar pasar saling mempengaruhi. Hasil ini juga mengindikasikan terjadi
pergerakan harga yang serempak antara bursa berjangka pada harga karet alam sehingga hubungan ini disebut juga hubungan simetris. Sedangkan hubungan
antara pasar Belawan dan bursa TOCOM dan SHFE juga dua arah yang berarti bersifat simetris. Namun berbeda dengan hubungan antara pasar Belawan dan
AFET dimana hanya terdapat hubungan kausalitas searah yakni hanya bursa AFET yang mempengaruhi terbentuknya harga karet di Belawan sebaliknya harga
karet Belawan tidak mempengaruhi terbentuknya harga di bursa AFET. Hubungan ini disebut juga hubungan yang bersifat hierarkis dimana bursa AFET
sebagai pemimpin harga yang menandakan harganya bergerak duluan dan pasar Belawan sebagai pengikut dari setiap pergerakan harga AFET.
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa hubungan harga antara pasar fisik dan pasar berjangka karet RSS3 saling pengaruh dan mempengaruhi. Selanjutnya
nilai dari lag yang ada maksudnya terdapat pengaruh terhadap masing-masing variabel harga namun dibutuhkan waktu bagi suatu variabel harga untuk
merespons pergerakan variabel harga lainnya.
6.1.7. Impulse Response Function