Implikasi Integrasi Spasial Karet TSR20 dan RSS3

Berarti dalam jangka panjang variabilitas harga di pasar Belawan dijelaskan oleh guncangan semua variabel dengan kontribusi guncangan terbesar berasal dari bursa TOCOM baru disusul kemudian bursa SHFE seperti terlihat pada Tabel 28. Besarnya pengaruh TOCOM dan SHFE terhadap pembentukan harga di pasar Belawan dikarenakan kedua bursa ini merupakan bursa terbesar dunia dan sekaligus sebagai konsumen terbesar dunia untuk karet. Sehingga sebagai tujuan ekspor utama Indonesia karena itulah perannya sangat besar dalam menentukan harga karet. Sedangkan peran AFET juga dikarenakan sebagai pesaing dalam produksi karet sehingga ikut mempengaruhi harga karet di Indonesia. Hal ini membenarkan bahwa harga karet alam yang terbentuk di pasar Belawan di pengaruhi bursa luar negeri.

6.2. Implikasi Integrasi Spasial Karet TSR20 dan RSS3

A. Jenis Karet TRS20 Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan integrasi antara harga karet alam jenis TSR 20 di pasar fisik Belawan dengan pasar berjangka SICOM dan CJCE. Hubungan diantara kedua bentuk pasar tersebut saling mempengaruhi baik dalam jangka panjang dan jangka pendek. Pada periode jangka panjang terbukti bahwa harga karet pasar Belawan responsif mempengaruhi dan menjadi referensi bagi pembentukan harga karet di pasar berjangka SICOM dan CJCE. Hal ini mengindikasikan dalam periode jangka panjang dua pasar berjangka mengkoreksi dirinya sendiri dan cenderung melihat pergerakan harga yang terbentuk di pasar Belawan selaku pasar fisik dan sekaligus produsen terbesar kedua karet di dunia dalam menentukan harga. Kemudian pada periode jangka pendek dalam hubungan persamaan kointegrasi menunjukkan jangka waktu respon lag terhadap pergerakan harga antar pasar. Lag pasar berjangka mempunyai pengaruh yang positif berarti akan terjadi kenaikan harga pada harga yang terbentuk sekarang pada pasar Belawan jika terjadi kenaikan harga di bursa berjangka SICOM dan CJCE pada hari sebelumnya sehingga hasil ini memperjelas bahwa selama ini harga karet yang terbentuk di pasar Belawan mengacu pada pergerakan harga yang terjadi di bursa SICOM dan bursa CJCE. Sedangkan pengaruh lag dirinya sendiri berpengaruh negatif yang juga berarti menurunkan harga pada periode sekarang apabila pada periode yang lalu mengalami kenaikan harga. Namun pengaruh lag pada masing- masing pasar berjangka berlawanan. Hal ini dapat dipahami misalnya saja ketika terjadi kenaikan harga bursa CJCE, dimana bursa ini juga merupakan salah satu pesaing dari bursa SICOM, maka bursa SICOM akan mengatur keseimbangan transaksi beli dan jual agar tercipta harga yang bersaing dalam rangka menarik pelaku pasar agar dapat bertransaksi kembali di bursanya. Namun harga karet bernilai elastis hanya pada periode jangka panjang dan inelastis pada jangka pendek. Hasil ini juga sama dengan temuan Prabowo 2006 dimana secara umum nilai elastisitas harga ekspor karet alam adalah inelastis pada jangka pendek dan elastis pada jangka panjang. Hasil ini menunjukkan bahwa komoditas karet alam merupakan produk tanaman keras hasil perkebunan. Komoditas perkebunan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses produksinya dari penanaman sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan sehingga usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kuantitas ekspor melalui peningkatan produksi dalam jangka pendek sulit dilakukan tetapi memungkinkan dalam jangka panjang. Senada dengan temuan Ke et al. 2005 yang menyatakan karet alam memiliki karakteristik elastisitas harga untuk penawaran dan permintaan karet alam yang sangat kecil. Sesuai data dari 1981- 2004 untuk produksi karet China, dimana elastisitas harga dari pasokan alam karet hanya 0.1123 sedangkan elastisitas harga dari permintaan dari karet alam adalah -0.0786, dimana nilai elastisitasnya hampir nol. Hal ini dikarenakan output periode karet alam panjang yang disertai risiko tinggi. Periode untuk menghasilkan output minimal 6-7 tahun, masa produksinya lebih dari 30 tahun, dan selain itu pertumbuhan dan panen sangat dipengaruhi oleh faktor alam seperti cuaca. Karena itu kebijakan karet alam memiliki lag effect. Akibatnya, sering dari kebijakan produksi efeknya setelah beberapa tahun. Nilai elastisitasnya yang kecil juga menunjukkan apabila terjadi penurunan harga karet maka akan direspon dengan cepat, sebaliknya apabila terjadi kenaikan harga direspon lama bahkan tingkat kenaikan yang tidak proporsional dengan yang terjadi pada kenaikan pada produk turunannya. Dapat dipastikan bursa SICOM leading pada pasar karet TSR20 Hal ini juga dikarenakan bursa SICOM sangatlah likuid dibanding bursa CJCE sehingga secara tidak langsung bursa CJCE dan pasar Belawan mengacu pada harga SICOM dalam pembentukan harga yang diperkuat berdasarkan analisis Granger Causality dan Variance Decomposition. Harga minyak mentah juga mempunyai pengaruh terhadap pembentukan harga di pasar fisik maupun bursa berjangka yang bersifat inelastis atau nilainya kurang dari 1. Hal ini senada dengan hasil penelitian Khin 2008 dimana apabila terjadi kenaikan harga minyak sebesar 1 persen maka juga akan menaikkan harga karet di Malaysia sebesar 0.02 persen. Kenaikan harga ini dapat dipahami karena konsumsi terbesar karet alam adalah industi otomotif serta karet sintesis yang juga pesaing karet alam berbahan baku dari minyak mentah sehingga dengan demikian secara tidak langsung kenaikan harga minyak mempengaruhi kenaikan harga karet alam. Selain itu pula nilai tukar juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga karet TSR20. Untuk pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap harga yang terbentuk pada pasar Belawan dimana hasilnya juga didukung penelitian Anwar 2004 yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek depresiasi Rupiah terhadap USD akan meningkatkan harga ekspordomestik, tetapi dalam jangka panjang akan terjadi penyesuaian menuju keseimbangan sesuai perkembangan ekonomi negara-negara produsen dan konsumen karet alam. Sedangkan peningkatan harga karet alam dunia akan meningkatkan harga ekspordomestik, sepanjang nilai tukar Rupiah dengan USD stabil serta depresiasiapresiasi nilai tukar Rupiah terhadap USD sangat tergantung pada perkembangan ekonomi Indonesia, khususnya neraca perdagangan di tingkat suku bunga, serta kebijakan pemerintah yang terkait dengan hal tersebut. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis ini dapat digunakan sebagai acuan dan sinyal untuk menentukan harga karet Indonesia khususnya Belawan dimana berdasarkan pergerakan harga di masing-masing pasar diketahui pula bahwa bursa SICOM punya pengaruh yang kuat dalam menentukan harga dalam perdagangan karet dunia dibandingkan bursa CJCE. Diketahui sampai sekarang ini terjadinya asimetric information pada usaha perkebunan karet menyebabkan petani hanya mendapatkan bagian harga yang relatif rendah. Sebagaimana Hakim 2009 menyatakan adanya kepemilikan informasi yang tidak seimbang asymetric information dan secara fungsional para pedagang melakukan aktivitas yang cenderung kolutif. Dengan kondisi ini tidak memungkinkan bagi petani mendapatkan harga yang lebih baik. Untuk harga karet alam harga saja di tingkat petani yakni hanya berkisar 60-75 persen dari harga FOB. Dengan kata lain rasio harga ditingkat petani farm gate level dengan harga di tingkat FOB lebih rendah. Apalagi ditambah sistem perdagangan karet yang cenderung oligopsoni di mana hanya dikuasai oleh perusahaan ban dunia karena memang lebih dari 70 persen konsumsi karet adalah perusahaan otomotif. Dengan demikian dengan diketahuinya informasi pergerakan harga di bursa SICOM dan CJCE dimungkinkannya tidak terdistorsinya harga karet yang terbentuk di Belawan Indonesia. Implikasi lainnya dengan diketahuinya perkembangan harga di pasar internasional khususnya di bursa SICOM dan CJCE, maka para petani dan pedagang dapat mengitung konversi harga di tingkat petani setelah memperhitungkan: kadar karet kering, biaya angkut, mutu dan kebersihan karet. Serta para investor atau spekulator dalam melakukan transaksi beli dan jual dengan melihat pergerakan harga. Ketika ada kecenderungan harga komoditas yang semakin meningkat, investor dapat menjual kembali kontrak beli sehingga diperoleh margin keuntungan. Pergerakan harga yang ada juga merupakan sinyal bagi para pelaku pasar baik di bursa berjangka ataupun di pasar fisik. Kemampuan yang baik dalam melakukan analisis baik secara fundamental maupun teknikal pada bursa berjangka dimungkinkannya para pelaku bursapasar dapat memperkirakan harga yang akan terjadi di masa yang akan datang. Analisis fundamental adalah analisis pasar berdasarkan berita-berita ataupun data perekonomian, bisnis, politik, keamanan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga komoditas, saham, indeks saham, ataupun mata uang. Sedangkan analisis teknikal dilakukan berdasarkan grafik atau chart dari pergerakan harga komoditas yang diperdagangkan. Dari informasi analisis fundamental pula para pelaku usaha di bidang perkebunan karet baik dari petani, trader dan spekulan dapat mengetahui kapasitas serap pasar, jenis dan kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga resiko rendahnya harga karena kelebihan penawaran excess supply akan dapat diminimalisasi. B. Jenis Karet RSS3 Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan integrasi antara harga karet alam jenis RSS di pasar fisik Belawan dengan pasar berjangka TOCOM, AFET dan SHFE. Hubungan diantara kedua bentuk pasar tersebut saling mempengaruhi baik dalam jangka panjang dan jangka pendek. Bursa TOCOM juga leading dalam harga karena sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga di bursa lainnya dan pasar Belawan. Hal ini dapat dipahami karena bursa TOCOM merupakan bursa karet terbesar dunia untuk jenis karet RSS3 sehingga menjadi acuan harga untuk pasar karet dunia ditambah lagi volume perdagangan yang terjadi di bursa TOCOM sangat likuid sehingga para trader, dan spekulan lebih memilih bursa TOCOM sebagai tempat berinvestasi dibanding bursa lainnya. Sebagai gambaran ketika para spekulator melakukan aksi profit taking di bursa TOCOM mempunyai dampak yang besar terhadap turun- naiknya harga karet alam di pasar Internasional. Selain itu terdapat hubungan saling mempengaruhi yang sangat kuat antara bursa SHFE dan TOCOM hal ini dikarenakan dua negara tersebut merupakan konsumsi karet terbesar dan merupakan bursa yang saling bersaing pada saat ini serta dalam jangka panjang harga karet pasar Belawan juga merupakan harga acuan referensi untuk pembentukan harga di bursa berjangka. Dengan demikian dapat disimpulkan pasar future komoditi merupakan tempat yang paling efisien dalam pembentukan harga dan dapat jadikan patokan dalam perdagangan karet. Namun, penetapan harga di bursa juga harus memperhatikan infomasi pasar perdagangan fisik. Faktor kenaikan harga minyak mentah juga berpengaruh terhadap pembentukan harga karet terutama pada bursa SICOM, TOCOM dan AFET. Karet merupakan bahan baku ban, yang juga dapat diproduksi dari minyak mentah. Perkembangan harga minyak mentah yang berpengaruh terhadap permintaan terhadap karet sintetis sebagai substitusi karet alam. Bila harga minyak mentah naik, biaya produksi karet sintetis meningkat sehingga permintaan untuk karet sintetis berkurang dan untuk permintaan untuk karet alam naik. Selain itu faktor nilai tukar juga menjadi faktor yang ikut mempengaruhi harga karena perdagangan internasional karet alam biasanya dilakukan dalam Dolar Amerika. Oleh karena itu, fluktuasi dalam mata uang ekspor karet dari negara-negara, terhadap Dollar, memiliki pengaruh yang kuat pada harga karet. Apresiasi mata uang negara-negara ekspor karet alam terhadap Dollar membantu harga karet untuk meningkat dari segi Dollar. Di Indonesia, devaluasi Rupiah telah membantu eksportir dalam negara untuk menjadi lebih kompetitif untuk menawarkan karet pada Dollar yang rendah. Namun, Yen Jepang yang memiliki hubungan yang berbeda dengan harga karet alam Bila Yen mengalami devaluasi, menunjukkan kecenderungan spekulan untuk berinvestasi di komoditas Yen. Ini membantu pergerakan harga karet future TOCOM. Ini berarti, dari devaluasi Yen mendukung untuk meningkatkan harga karet alam dan sebaliknya. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Honggokusumo, 2009 yang menyatakan tren harga karet yang terjadi di bursa Tokyo biasanya berlawanan dengan arah nilai tukar yen karena bahan baku utama ban kendaraan itu diperdagangkan secara global dalam Dollar AS. Selain dipengaruhi penguatan kurs yen, karet alam juga tertekan spekulasi kenaikan pengapalan dari Thailand yang merupakan produsen dan pengekspor terbesar bahan baku ban tersebut. Hasil ini juga di dukung penelitian Anwar 2004 yang menyebutkan bahwa Nilai tukar negara produsen utama termasuk Indonesia dengan mata uang konsumen Dollar-AS, Yen- Jepang, Euro-Eropa dan Yuan-China dapat mempengaruhi harga karet dunia yang terjadi di pasar-pasar utama karet alam. Semakin tinggi depresiasi nilai tukar efektif riil yang artinya semakin kompetitif nilai tukar, semakin tinggi volume ekspor komoditas suatu negara. Begitu juga semakin rendah harga ekspor komoditas ekspor suatu negara maka permintaan terhadap komoditas ekspornya juga akan semakin tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil analisis ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan harga sebagaimana diketahui pergerakan harga di masing- masing pasar dan faktor yang mempengaruhinya dimana untuk jenis karet RSS harga di Indonesia sangat dipengaruhi harga karet yang terbentuk di TOCOM. Senada dengan temuan pada jenis karet RSS3 pengaruh lag pasar berjangka mempunyai pengaruh positif pada harga pasar Belawan. Sedangkan pengaruh lag dirinya sendiri berpengaruh negatif. Namun pengaruh lag pada masing-masing pasar berjangka untuk jenis karet RSS3 juga berlawanan. Jadi, kesimpulan keseluruhan penelitian ini berdasarkan hubungan integrasi spasial antara dua jenis karet menunjukkan bahwa, informasi mengenai harga sangatlah penting dalam rangka meminimalisasi resiko fluktuasi dan menghindari terjadinya distorsi dengan harga Internasional. Dengan demikian pengembangan sistem dan pelayanan informasi pasar berbasis informasi teknologi mutlak dilakukan. Informasi yang tidak simetris antara produsen dan pedagang seringkali menyebabkan petani berada pada posisi yang dirugikan. Sebagaimana dikatakan Ismet 2009, bahwa pengembangan informasi harga dan pasar saat ini semakin vital dengan berkembangnya teknologi informasi yang cepat. Perkembangan ini harus diikuti dengan diterapkan sedini mungkin. Dasar utamanya adalah bahwa: 1 perdagangan perdagangan melalui teknologi informasi; 2 volume perdagangan telah banyak yang kini mengandalkan IT sebgai media transaksi dan tidak lagi melayani transaksi langsung; 4 pemasaran melalui IT sangat murah dan efisien serta menjangkau seluruh pasar dunia; dan 5 petani negara lain sudah banyak menggunakan IT dan petani Indonesia termasuk tertinggal. Apalagi jika ditelaah transaksi melalui pasar berjangka sangat membutuhkan dukungan jaringan komunikasi baik antar pelaku, antar pasar referensi, akses kepada pusat produksi untuk memproyeksi produksi dan pusat konsumen. Jaringan telekomunikasi yang tidak berkembang akan menghambat proses penentuan harga dan waktu delivery yang akan disepakati. Akibatnya pasar berjangka komoditas pertanian tidak akan berkembang atau likuid. Perlu diketahui pasar berjangka berfungsi sebagai tempat pembentukan harga. Posisi petani sebagai penerima harga price taker memiliki kesulitan dalam mempengaruhi harga di pasar. Namun, dalam pasar berjangka, petani atau penjual dapat mengurangi resiko turun atau sharing resiko dengan pihak lain. Pelaku di pasar ini dapat melakukan hedging lindung nilai atas harga yang ditransaksikannya. Hedging dilakukan melalui pembelian di bursa berjangka baik membeli atau menjual di pasar fisik pada waktu yang akan datang Pakasi 2006 dalam Hakim 2009. Selama ini harga jual barang komoditi mengacu pada bursa yang ada di luar negeri. Maka diharapkan juga dibangunnya bursa komoditi karet di Indonesia agar Indonesia bisa menjadi price maker dan bencmark referensi dalam perdagangan global komoditi karet. Oleh karena itu, pembenahan di bidang pemasaran harus dilakukan terutama pengembangan informasi harga karena menilik peluang untuk pengembangan usaha agribisnis karet cukup terbuka pada hampir semua subsistem, baik pada subsistem agribisnis hulu on farm, maupun subsistem hilir. Selain itu agribisnis karet di Indonesia memiliki keunggulan komparatif comparative advantage yang berpotensi untuk ditingkatkan menjadi keunggulan bersaing competitive advantage . Hasil studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank ADB tahun 1993 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil karet alam dengan tingkat daya saing tertinggi jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Dukungan sistem dan manajemen produksi yang efisien dan efektif, potensi yang dimiliki tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen karet alam nomor satu di dunia. Selain itu pula dalam aspek produksi, Indonesia memiliki kemampuan bersaing terutama dalam segmen produksi bahan olah karet bokar dibanding dengan negara-negara produsen utama karet alam lainnya. Pada tingkat harga dibawah USD 0.8 per kg, Malaysia sudah tidak mampu menutupi ongkos produksinya taping-cost, dan Thailand sudah pada tingkat mendekati rugi. Sedangkan Indonesia pada level harga seperti ini, masih mampu memproduksi karet alamnya Departemen Pertanian, 2007.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan integrasi spasial dan kointegrasi antara pasar karet alam di pasar fisik Indonesia Belawan dengan pasar berjangka dunia SICOM,CJCE, TOCOM, AFET dan SHFE. Artinya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara pergerakan harga di pasar fisik dan pasar berjangka dunia. Namun hubungan saling pengaruh antar pasar tidak ditransmisikan secara langsung karena adanya lag masa waktu untuk merespon setiap perubahan. 2. Secara keseluruhan respon yang diberikan setiap pasar terhadap guncangan relatif sama, meningkat pada awal periode dan menurun pada akhir periode. Akan tetapi, magnitude dari respon yang diberikan relatif kecil terhadap guncangan harga karet alam sehingga kurang kuat dalam mempengaruhi harga yang terbentuk baik di pasar fisik maupun bursa-bursa berjangka. 3. Untuk jenis karet TSR20 variabilitas harga di bursa SICOM dalam jangka panjang lebih banyak dijelaskan oleh dirinya sendiri 90.17 persen sedangkan kontribusi harga bursa Jepang semakin berkurang 6.29 persen sebaliknya kontribusi harga di pasar Belawan 3.52 persen. Sedangkan kontribusi terbesar yang menjelaskan variabilitas harga di bursa CJCE pada jangka panjang berturut-turut adalah harga bursa SICOM 73.97 persen, baru kemudian dijelaskan oleh guncangan dirinya sendiri 17.74 persen, setelah itu