V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KARET ALAM
5.1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia
Perkembangan ekonomi karet alam dunia dari sisi produksi relatif terus mengalami peningkatan. Produksi karet alam dunia pada tahun 2007 adalah
sekitar 9.7 juta ton, atau meningkat rata-rata 5 persen per tahun selama 2005- 2007. Sementara itu selama periode 1990-2000, rata-rata laju pertumbuhan
produksi karet alam dunia baru mencapai 3 persen per tahun. Periode berikutnya 2000-2005 pertumbuhan tingkat produksi menunjukkan peningkatan sebesar 6
persen seperti pada Tabel 2. Selama periode 2005-2007, Indonesia dan China mengalami pertumbuhan produksi karet alam relatif tinggi dibandingkan negara
produsen lainnya yakni masing-masing sebesar 11 persen dan 20 persen. Sedangkan untuk pangsa produksi terbesar produsen utama pada tahun
1990 adalah Malaysia. Namun pada tahun berikutnya pertumbuhan produksi Malaysia mengalami pertumbuhan produksi negatif selama periode 1990-2000,
di mana dari semula pangsa produksinya mencapai 24.8 persen turun menjadi 9 persen. Hal ini terjadi dikarenakan faktor harga karet yang sangat rendah dan
adanya komoditas lain yaitu kelapa sawit yang dinilai jauh lebih menguntungkan. Namun dengan tingkat harga yang saat ini cukup baik, membuat perkebunan karet
di Malaysia telah berproduksi kembali. Berikutnya mulai tahun 2000-2007 Thailand menjadi produsen terbesar
pertama di dunia, baru kemudian posisi kedua diduduki Indonesia dan selanjutnya baru Malaysia. Pada Tabel 2 terlihat tahun 2007 Thailand menguasai pangsa
produksi karet dunia sebesar 31.2 persen, Indonesia sebesar 28.6 persen kemudian Malaysia menguasai 12.2 persen dari total produksi dunia.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Karet Alam Berdasarkan Produsen Utama Dunia Tahun 1990-2007
Negara Produsen
Produksi 000 ton Pertumbuhantahun
1990 2000 2005 2006 2007 1990-
2000 2000-
2005 2005-
2007 Thailand 1
271 24.4
2 346 34.4
2 937 33.0
3 137 31.8
3 056 31.2
8.45 5.04 2.02 Indonesia 1
262 24.2
1 556 22.8
2 271 25.5
2 637 26.8
2 797 28.6
2.33 9.19 11.60
Malaysia 1 291
24.8 615
9.0 1 126
12.6 1 283
13.0 1 199
12.2 -5.24 16.6 3.24
India 324 6.2
629 9.2
771 8.6
853 8.6
806 8.2
9.41 4.52 2.27 China 264
5.0 445
6.5 428
4.8 533
5.4 600
6.1 8.86 2.92
20.09 Total Dunia
5 210 6 810
8 892 9 846
9 782 3.07
6.11 5.00
Sumber: IRSG, 2008. Keterangan: ... angka dalam kurung merupakan pangsa produksi
Pertumbuhan konsumsi agregat karet alam dunia selama dekade 1990- 2000 tumbuh rata-rata lebih dari 3 persentahun dan meningkat rata-rata sebesar
6.22 persentahun selama periode 2005-2007 dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tahun 2007 konsumsi karet alam dunia mencapai 9.83 juta ton sedangkan produksi
dunia sekitar 9.78 juta ton per tahun. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2000, dimana konsumsi dunia sebanyak 7.34 juta ton dengan
produksi sebanyak 6.81 juta ton. Antara konsumsi dan produksi karet dunia semakin menunjukkan adanya defisit produksi, sehingga menjadi potensi bagi
Indonesia untuk pengembangan budidaya karet di masa yang akan datang.
Peningkatan konsumsi karet alam dunia mengindikasikan terjadi peningkatan permintaan karet alam dunia. Permintaan karet alam dunia terjadi
karena perkembangan industri-industri barang jadi karet dunia sehingga memberi pengaruh pada perkembangan pasar karet alam dunia.
Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Karet Alam Berdasarkan Negara Konsumen Tahun 1990-2007
Negara Konsumen
Konsumsi 000 ton Pertumbuhantahun
1990 2000 2005 2006 2007 1990-
2000 2000-
2005 2005-
2007 Amerika
Serikat 808
15.6 1 191
16.2 1 330
15.2 1 109
12.0 1 194
12.1 4.74 2.33 -5.11
Eropa 1 256
24.2 1 483
20.2 1 558
17.8 1 638
17.7 1 686
17.1 1.81 1.01 4.10
China 600 11.6
1 080 14.7
2 085 23.8
2 400 26.0
2 570 26.1
8.00 18.61 11.63
Jepang 677 13.0
752 10.2
796 9.1
874 9.48
833 8.5
1.11 1.17 2.32 Lainnya 1
839 35.5
2834 38.6
2 976 34.0
4 069 44.1
3 549 36.0
5.41 1.00 9.63 Total Dunia
5 180 7 340
8 745 9 216
9 833 4.17
3.82 6.22
Sumber: IRSG, 2008. Keterangan: ... angka dalam kurung merupakan pangsa konsumsi
Pertumbuhan konsumsi karet alam dunia tersebut antara lain terutama disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi karet alam China dan negara berkembang
lainnya. Data IRSG tahun 2008 menunjukkan bahwa konsumsi karet alam China sebesar 2.57 juta ton dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 11.63 persen
selama periode 2005-2007. Sedangkan pangsa konsumsinya mencapai 26.1 persen, baru kemudian Eropa 17.1 persen dan kemudian Amerika Serikat sebesar
12.1 persen.
Menurut Badan Pengembangan Ekspor Nasional BPEN, konsumsi karet China diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 30 persen pada tahun 2020,
sementara permintaan dari negara lainnya akan stabil atau menurun. Selama ini, sekitar 70 persen kebutuhan karet Cina dipenuhi Thailand. Pertumbuhan industri
Cina yang sangat mengesankan terutama industri otomotif dan perkapalan membuat negara ini membutuhkan komoditas karet dalam jumlah yang besar,
sehingga menempatkan China merupakan konsumen terbesar karet dunia saat ini. Melihat besarnya tingkat konsumsi karet alam yang tinggi di China memberi
peluang bagi perluasan pasar karet alam dunia untuk menjadi sasaran baru bagi negara produsen utama karet alam untuk melakukan peningkatan ekspor.
Sementara Amerika Serikat, Jepang, Eropa, India, dan Korea merupakan negara konsumen karet alam utama lainnya. Melihat kecenderungan konsumsi
karet alam dunia, maka negara konsumen utama telah mengalami pergeseran dari kawasan Amerika–Eropa ke kawasan Asia Pasifik.
Namun belakangan konsumsi karet alam mengalami penurunan pasca terjadinya krisis global pada akhir tahun 2008. Krisis global telah menyebabkan
melemahnya industri otomotif yang dampaknya secara nyata pada penurunan konsumsi karet alam pada negara-negara konsumen utama seperti Amerika,
Jepang dan China. Tercatat sampai akhir tahun 2008 konsumsi sedikit mengalami penurunan dari tahun 2007 yakni sebesar 9.7 juta ton dengan tingkat produksi
sebesar 9.8 juta ton IRSG, 2009.
5.2. Pasar Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia