sampai tahun 2011 berjumlah 106 sekolah sederajat TK, 235 sederajat SD, 68 sederajat SMP dan 25 sekolah sederajat SMA.
Untuk tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak TK dan Sekolah Dasar SD, Kecamatan Lambandia tercatat memiliki sekolah terbanyak dengan Jumlah
21 unit TK dan 33 unit SD. Ini merupakan salah satu indikasi besarnya perhatian Kecamatan Lambandia terhadap pengembangan saranaprasarana pendidikan
dasar tingkat SD ke bawah. Untuk tingkat SMP dan SMA, pembangunan sekolah terbanyak terdapat di Kecamatan Tinanggea. Jumlah sarana pendidikan sekolah
masing-masing kecamatan tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah TK, SD, SMP dan SMA di kawasan sekitar TNRAW
Kabupaten Kecamatan
Jumlah TK Unit
Jumlah SD Unit
Jumlah SMP Unit
Jumlah SMA Unit
Bombana 1.
Lantari Jaya 4
7 2
2. Mata Usu
4 Sub Jumlah
4 11
2 Kolaka
3. Ladongi
13 24
6 2
4. Lambandia
21 33
8 2
5. Loea
2 8
2 1
6. Polinggona
2 8
2 1
7. Tanggetada
6 21
5 1
8. Tirawuta
12 15
4 1
9. Watubangga
9 22
8 2
Sub Jumlah 65
131 35
10 Konawe
10. Onembute
4 6
2 2
11. Puriala
8 12
2 1
Sub Jumlah 12
18 4
3 Konawe
Selatan 12.
Angata 1
21 6
3 13.
Basala 4
7 2
1 14.
Benua 6
10 2
1 15.
Lalembuu 14
17 7
3 16.
Tinanggea 20
10 4
Sub Jumlah 25
75 27
12
Jumlah 106
235 68
25
Sumber : BPS Bombana 2012; BPS Konsel 2012; BPS Konawe 2012; BPS Kolaka 2012
Secara kuantitas, kecukupan tenaga pengajar untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA
kecamatan sekitar Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai pada umumnya cukup memadai. Hal ini ditandai oleh rata-rata rasio jumlah murid dan guru sebesar 14
muridguru untuk SMP dan 18 muridguru untuk SMA.
3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Memahami Api dan Kebakaran
Jaber et al. 2001 menyatakan bahwa manajemen kebakaran hutan dan lahan mencakup pembahasan terhadap empat komponen utama, yaitu :
a. Deteksi dini kebakaran
b. Penilaian resiko berhubungan dengan kondisi cuaca
c. Penilaian terhadap luasan areal terbakar kebakaran yang terjadi pada area
yang tidak luas umunya tidak berbahaya d.
Simulasi terhadap perilaku penyebaran api Pengelolaan resiko kebakaran hutan dan lahan dimulai dari penilaian
terhadap besar resiko yang disebabkan oleh kejadian kebakaran tersebut. Perilaku api terkadang tidak menentu sehingga sulit untuk dideteksi dan dilakukan
pendekatan. Memprediksi kondisi aktual kebakaran dengan suatu permodelan tidak mudah. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kebakaran, baik faktor
ekologi maupun sosial ekonomi, tidak bisa dianalisis secara terpisah. Resiko kebakaran hutan dapat didekati dengan menjumlahkan skor pada faktor
kemudahan menyala, topomorfologi, dan landuse Guettouche et al. 2011.
Braun et al. 2010 telah membuat pendekatan penilaian peluang terjadinya kebakaran dengan menggunakan data waktu kejadian kebakaran, lokasi
penyalaan dan area terbakar. Batasan pengertian area terbakar mencakup area tempat kejadian penyalaan dan juga area penyebaran dari titik api tersebut. Untuk
mengurangi terjadinya bias, maka dibuat buffer dengan radius 5 km di sekitar wilayah kajian. Hal ini didasarkan kemungkinan api merambat keluar dari wilayah
studi.
Pembakaran lahan telah menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Pembakaran lahan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah secara mudah
dan murah, dimana masyarakat untuk mengolah lahannya tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pembakaran lahan secara nyata telah
menurunkan sifat biologi tanah seperti jumlah mikroorganisme yang hidup di tanah Wasis 2003. Kebakaran hutan juga memiliki dampak cukup besar terhadap
sistem hidrologi, degradasi lahan, banjir dan erosi tanah Vafeidis et al. 2007.
3.1.1 Penggunaan
Hotspot MODIS
MODIS Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer merupakan produk dari Earth Observing Sistem EOS NASA yang memiliki 2 jenis satelit,
yaitu Terra EOS AM and Aqua EOS PM. Orbit satelit Terra dari utara ke arah equator pada pagi hari dan satelit Aqua dari selatan ke Equator pada siang hari
yang menghasilkan liputan seluruh muka bumi dalam waktu 1-2 hari. Satelit EOS memiliki wilayah pergantian liputan ± 55 derajat, ketinggian orbit 705 km dan
lebar 2330 km. Terra EOS AM diluncurkan 18 Desember 1999 dan Aqua EOS PM pada tanggal 4 Mei 2002. Hasil observasi hotspot dengan kualitas tinggi baru
tersedia pada satelit Terra mulai November 2000, sementara satelit Aqua mulai 4 Juli 2002 dan seterusnya http:firefly.geog.umd.edufirms.