Gambar 25 Skor resiko area di dalam dan desa terdekat kawasan TNRAW
Desa-desa yang termasuk prioritas tinggi umumnya berada pada wilayah Kecamatan Tinanggea dan Lantari Jaya, ditambah sebagian desa di Kecamatan
Mataosu dan Lambandia. Masyarakat di sekitar area prioritas ini memiliki interaksi cukup tinggi terhadap kawasan, khususnya pemanfaatan hasil hutan
sebagai sumber pendapatan penting seperti ikan, udang, kepiting, daun agel, bambu, tinira dan lain sebagainya. Kegiatan masyarakat di dalam kawasan ini ada
yang bersifat legal dan illegal. Aktivitas illegal yang sering terjadi adalah perburuan satwa, pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan pembalakkan kayu.
Selain penyuluhan, upaya mitigasi kebakaran yang cocok sesuai analisis bobot pada pemodelan spasial adalah pengembangan tingkat ekonomi masyarakat.
5.7 Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
5.7.1
Evaluasi Visi dan Misi Pengelolaan Penyusunan strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan memerlukan
analisis bersifat makro, baik internal maupun eksternal serta evaluasi terhadap visi dan misi pengelolaan. Tujuan analisis ini adalah untuk menyesuaikan penyusunan
strategi terhadap visi dan misi organisasi pengelola. Salah satu teknik yang cukup populer digunakan saat ini adalah analisis SWOT.
Sesuai Rencana Jangka Menengah RPJM Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai tahun 2010-2014, dalam peranannya sebagai kawasan konservasi
TNRAW diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut : a.
Menjamin terpeliharanya proses ekologis dalam kawasan TNRAW yang menunjang sistem penyangga kehidupan, melalui upaya perlindungan
terhadap mata air, sungai, rawa, pemeliharaan fungsi hidrologi, perlindungan pantai, serta fenomena dan keindahan alam dalam kawasan TNRAW
b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman hayati, sumber genetic dan tipe
ekosistem dalam kawasan TNRAW melalui upaya penjagaan agar unsur-unsur tersebut tidak punah dengan tujuan agar tetap berfungsi di alam dan dapat
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam hayati SDAH dalam
kawasan TNRAW sehingga menjamin kelestariannya, melalui upaya pengendalian atau pembatasan dalam pemanfaatan SDAH sehingga dapat
dilakukan secara terus-menerus.
Dari 8 kebijakan prioritas pembangunan kehutanan Kementerian Kehutanan, terdapat 5 kebijakan yang terkait peran dan fungsi kawasan TNRAW,
yaitu : a.
Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan b.
Konservasi keanekaragaman hayati c.
Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan d.
Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan e.
Penguatan kelembagaan kehutanan Visi yang diemban oleh BTNRAW dalam menunjang kebijakan
pembangunan kehutanan tersebut di atas adalah “mengoptimalkan keberadaan
kawasan TNRAW beserta potensinya sebagai bagian penting lingkungan”. Visi tersebut dijabarkan kedalam 3 misi pokok, yaitu :
a. Mempertahankan proses ekologis dan keberadaan keanekaragaman hayati
kawasan TNRAW b.
Mewujudkan peranan, fungsi dan manfaat TNRAW secara lestari c.
Menguatkan kapasitas kelembagaan dan kerjasama kemitraan dalam pengelolaan kawasan TNRAW.
Dalam analisis makro SWOT, perlu dilakukan identifikasi terhadap komponen-komponen atau sumber daya yang mempengaruhi daya saing
organisasi dalam mewujudkan tujuan pengelolaan kawasan, sehingga menghasilkan distinctive competence.
5.7.2 Tahapan Input
5.7.2.1
Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis kekuatan Strength dan kelemahan Weakness yang ada pada organisasi. Analisis ini mencakup analisis pengaruh keberadaan sumber daya yang
dimiliki organisasi dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pengelolaan kawasan. Kondisi lingkungan internal yang sangat banyak jumlahnya ditapis
untuk menghasilkan komponen-komponen yang bersifat strategispenting. Berdasarkan analisis tersebut, teridentifikasi faktor lingkungan internal penting
yang menjadi kekuatan Strength organisasi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagai berikut :
a. Kebijakan pengelola kawasan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan
tinggi Komitmen tinggi Pengelola kawasan dalam pengendalian kebakaran hutan di
TNRAW terlihat dengan diadopsinya program pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagai salah satu kebijakan pokok dalam pengelolaan kawasan.
Bentuk komitmen kebijakan ini diantaranya adalah integrasi pengendalian kebakaran hutan sebagai salah satu indikator kinerja utama, ditetapkan sebagai
salah satu program pokok pada Rencana Pengelolaan Jangka Menengah BTNRAW 2010-2014 dan implementasi program melalui pembentukkan regu,
pendanaan rutin, penguatan SDM, pengadaan sarpras, operasi pencegahan, operasi pemadaman dan operasi penindakkan hukum.
b. Struktur kelembagaan BTNRAW dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam PHKA Pengelolaan kawasan TNRAW masih menjadi kewenangan pemerintah pusat
yang diamanatkan pada sebuah Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan. Hal ini sebagaimana diatur pada pasal 2 ayat 3 Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Dengan status ini, pihak
pengelola akan memiliki keleluasaan dalam merancang program dan implementasinya dalam kerangka penjabaran rencana strategis Direktorat
Jenderal PHKA.
c. Potensi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem SDAHE yang kaya dan
unik, mencirikan kawasan Wallacea Kawasan TNRAW memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat
endemisitas yang tinggi. Dalam kawasan ini setidaknya terdapat 533 jenis tumbuhan dari 110 famili. Jenis satwa liar yang tercatat sebanyak 321 jenis,
meliputi mamalia sebanyak 28 jenis 15 jenis endemik Sulawesi, aves sebanyak 218 jenis 1 jenis endemik Sulawesi Tenggara, 51 jenis endemik
Sulawesi, dan 33 jenis migran, reptilia sebanyak 11 jenis, pisces sebanyak 28 jenis, amphibia sebanyak 3 jenis. Jenis satwa tersebut sebagian diantaranya
tercatat dalam IUCN Red Data List dan Appendix II CITES BTNRAW 2009.
d. Ketersediaan saranaprasarana pemadaman kebakaran hutan
BTNRAW saat ini telah didukung oleh satu unit mobil pengendalian kebakaran hutan, sapras komunikasi, peralatanperlengkapan pemadaman dan
pos komando posko. Sarana prasarana ini umumnya telah mencukupi untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran langsung pada area-area yang dapat
dijangkau di dalam kawasan, karena kebakaran yang terjadi biasanya masih berskala kecil sampai menengah.
e. Kawasan TNRAW memiliki status perlindungan internasional RAMSAR Site
Situs Ramsar merupakan situs-situs yang diusulkan oleh negara-negara anggota konvensi Ramsar untuk ditetapkan sebagai lahan basah penting
internasional. Penetapan kawasan TNRAW sebagai situs Ramsar akan membawa implikasi peningkatan posisi tawar kawasan TNRAW dalam
merancang suatu program, berkoordinasi dan melakukan kerjasama dengan pihak lain, baik di dalam maupun luar negeri. Penetapan situs Ramsar ke 1944
ini dilakukan pada tanggal 6 Maret 2011. Status kawasan ini menyusuli status TNRAW sebagai Kawasan Strategis Nasional KSN dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup melalui penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional RTRWN.
f. Status hukum kawasan TNRAW kuat dengan tata batas telah temu gelang
Penataan batas luar kawasan TNRAW telah diselesaikan pada tahun 19861987. Setelah Berita Acara Tata Batas disahkan oleh panitia tata batas,
Menteri Kehutanan melakukan menetapkan kawasan TNRAW dengan luas 105 194 ha melalui SK No. 756Kpts-II1990 tanggal 17 Desember 1990.
Status pengelolaan kawasan cukup kuat karena batas kawasan TNRAW telah memiliki dasar hukum yang jelas dan telah terpetakan.