Latar Belakang Forest and Land Fires Management Strategy in Rawa Aopa Watumohai National Park Using Spatial Model

berfungsi sebagai peringatan dini sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan sesegera mungkin terhadap kebakaran hutan dan lahan. Upaya ini akan meminimalkan kerusakan pada area resiko tinggi kebakaran. Dalam penelitian ini, hasil analisis resiko kebakaran ditampilkan dalam bentuk peta. Sistem peringatan dini ini bermanfaat untuk mengefisienkan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Pendataan tingkat potensi kejadian kebakaran perlu dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab utama. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai variabel independen prediktor pada pemodelan spasial kerawanan kebakaran hutan dan lahan serta memetakan daerah-daerah yang rawan kebakaran. Aspek yang berpengaruh tersebut dapat berupa faktor biofisik maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan aktivitas manusia.

1.2 Perumusan Masalah

Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh beberapa faktor faktor terkait biofisik maupun manusia, namun variabel-variabel penyusun faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kebakaran serta seberapa besar pengaruh variabel tersebut masih belum banyak diketahui. Sahardjo 2003 menyatakan bahwa 99 penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia, entah itu disengaja membakar atau karena api lompat yang terjadi akibat kelalaian manusia pada saat penyiapan lahan dengan menggunakan api. TNRAW merupakan kawasan konservasi penting di Indonesia, namun mengalami permasalahan kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kerugian secara ekologis dan ekonomi. Di sisi lain, penelitian tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan TNRAW dan sekitarnya dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhinya belum pernah dilakukan. Faktor ini sangat penting diketahui agar dapat disusun serangkaian kegiatan pengendalian kebakaran hutan dengan prioritas sasaran berupa faktor penentu utama tersebut, sehingga kegiatan yang dilakukan nantinya dapat menimbulkan dampak yang berarti dalam menekan frekuensi kejadian kebakaran hutan dan lahan di TNRAW dan sekitarnya. Terkait dengan peringatan dini tersebut, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab seperti : a. Sejauh mana faktor-faktor terkait biofisik maupun manusia berpengaruh terhadap kerawanan kebakaran ? b. Bagaimana menentukan model prediksi kebakaran hutan dan lahan yang dibuat berdasarkan analisis faktor gabungan tersebut ? c. Bagaimana cara untuk mengoptimalkan upaya mitigasi kebakaran hutan dan lahan? Diharapkan dengan tersusunnya model prediksi, analisis faktor serta rencana mitigasi, maka upaya yang akan dilakukan dalam rangka pengendalian kebakaran akan tepat sasaran efektif dan efisien. Secara umum, beberapa permasalahan yang ada di TNRAW dan sekitarnya khususnya terkait kebakaran hutan dan lahan dirumuskan sebagai berikut : a. Belum teridentifikasi sampai sejauh mana faktor-faktor utama dapat mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Pengetahuan tentang tingkat pengaruh faktor utama ini akan memberikan input bagi penyusunan rencana mitigasi. Ini untuk menjawab bagaimanaapa bentuk mitigasi b. Belum terpetakannya daerah berpotensi kebakaran berdasarkan faktor penyebab utama dan peta daerah-daerah yang beresiko tinggi terhadap kebakaran hutan dan lahan. Ini untuk menjawab dimana perlu diprioritaskan mitigasi c. Belum adanya strategi mitigasi berdasarkan analisis variabel yang berpengaruh terhadap kebakaran hutan dan lahan serta tingkat resikonya di wilayah studi

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerawanan kebakaran hutan dan lahan di TNRAW dan sekitarnya b. Mengoptimalkan penanganan kebakaran hutan dan lahan di TNRAW melalui peringatan dini pemodelan spasial c. Menyusun arahan strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di TNRAW Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menyediakan arahan dalam penyusunan rencana pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di TNRAW dan sekitarnya.

1.4 Kerangka Pemikiran

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kerangka pemikiran perlunya dilaksanakan penelitian ini. Kebakaran sebagai salah satu bentuk gangguan terhadap fungsi-fungsi kawasan TNRAW memerlukan upaya pengendalian untuk meminimalkan kerugian bagi masyarakat, baik secara ekologis maupun ekonomi. Penelitian ini mencakup upaya merumuskan arahan strategi khususnya bidang perencanaan wilayah untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengendalian kebakaran sehingga kawasan TNRAW dengan status yang dimiliki dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Penyusunan arahan strategi spasial ini memerlukan pemahaman mengenai daerah-daerah yang rawan kebakaran, tingkat resiko yang terjadi apabila suatu kawasan terbakar, faktor-faktor utama yang berpengaruh dan kondisi lingkungan internal-eksternal dalam pengelolaan kawasan TNRAW. Ketiga pertanyaan tersebut didekati dengan melakukan analisis spasial, SWOT dan QSPM. Kerangka pikir penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. Penggalian informasi awal mengenai jenis variabel faktor yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kebakaran dilakukan melalui studi literatur. Informasi awal ini perlu diuji lebih lanjut untuk mengetahui relevansinya dalam menjelaskan fenomena kebakaran di wilayah studi. Gambar 1 Skema kerangka pikir Kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor terkait biofisik sebagai sumber bahan bakar potensial yang dipresentasikan oleh iklim rata-rata suhu bulanan, curah hujan tahunan, vegetasi kerapatan vegetasi, tipe penutupan lahan, dan topografi elevasi, slope. Kebakaran tidak akan terjadi apabila bahan bakar potensial tidak bertemu dengan api yang bersumber dari aktivitas manusia. Aktivitas manusia dapat direpresentasikan oleh sistem pengelolaan status kawasan, aksesibilitas jarak terhadap jalan, jarak terhadap sungai, jarak dari pusat pemukiman, tekanan aktivitas masyarakat perburuan, pengambilan ikan dan kependudukan kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan. Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, kebakaran dapat disebabkan oleh aktivitas masyarakat dari desa-desa sekitar Taman Nasional atau masyarakat pengguna jalan di dalam atau sekitar kawasan Taman Nasional.