4 METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini mengambil lokasi kajian di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
TNRAW Provinsi
Sulawesi Tenggara
dan kecamatan
penyangganya. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai Desember 2012.
4.2 Data dan Alat Penelitian
4.2.1
Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner tentang
pengendalian kebakaran hutan dan lahan dengan informan ahli berasal dari Regu Pengendalian Kebakaran Hutan DALKARHUT, Kepala Resort dan Kepala
Seksi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang bersumber dari beberapa lembagainstansi sebagaimana
tercantum pada Tabel 12.
Tabel 12 Jenis data sekunder menurut sumber dan manfaat
No Nama Data
Sumber 1.
Citra Landsat 2008, 2009 dan 2010 resolusi 30 m USGS
2. Citra Bing 2011
Microsoft 3.
SRTM diakses tahun 2011 NASA
4. Peta sistem lahan RePProt
Kementan
5. Data curah hujan, suhu rata-rata, 2012
GCM 6.
Peta administrasi, 2010 BPS Sultra
7. Data kependudukan DDA dan KCDA
BPS Sultra 8.
Data potensi desa, 2012 BPS
9. Data hotspot MODIS tahun 2007-2012
NASA 10.
Peta TNRAW 2011 BTNRAW
11. Peta kawasan hutan Sultra 2007
Kemenhut
4.2.2
Alat-alat Alat analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi komputer hardware, Arc GIS 9.3, ERDAS Imagine 9.2, DIVA-GIS 7.5, SPSS 16.
4.3 Metode Penelitian
Secara ringkas tahapan penelitian disajikan dalam diagram alir seperti tertera pada Gambar 3.
Gambar 3 Bagan alir tahapan penelitian
4.3.1 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap kejadian
kebakaran hutan dan lahan mengacu pada prinsip segitiga api yang terdiri atas oksigen, bahan bakar dan sumber penyalaan. Oksigen bersifat bebas dan sulit
dikendalikan, sehingga identifikasi hanya dilakukan terhadap variabel-variabel terkait bahan bakar dan sumber penyalaan. Pemilihan jenis variabel didasarkan
pada hasil studi literatur terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, text book, dan observasi lapang. Variabel-variabel ini akan diuji untuk mengetahui
tingkat pengaruhnya terhadap kejadian kebakaran di wilayah studi.
Sistem ini mencakup identifikasi faktor-faktor penyebab dan pemodelan spasial potensi kebakaran hutan di beberapa wilayah studi. Penelitian telah
dilakukan oleh Soewarso 2003 untuk memodelkan kebakaran hutan di areal konsesi Hak Pengusahaan Hutan Provinsi Sumsel. Penelitian sejenis juga
dilakukan oleh Samsuri 2008 di Provinsi Kalimantan Tengah; Andria 2009 di Provinsi Jambi; dan Kayoman 2010 di Provinsi Kalimantan Barat. Andria
2009 menemukan bahwa faktor biofisik yang berpengaruh nyata terhadap terjadinya kebakaran hutan di areal HTI PT Wirakarya Sakti adalah faktor curah
hujan dan faktor jenis tanah. Faktor aktivitas masyarakat yang menguasai lahan
hutan dengan indikator faktor jarak dari lahan yang dikuasai oleh masyarakat dan jarak dari jalan berpengaruh nyata terhadap terjadinya kebakaran hutan.
Faktor utama penyebab kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat adalah aktivitas manusia yang dipengaruhi jarak dari kota, penggunaan lahan, dan
faktor biofisik yang dipengaruhi oleh tutupan lahan Kayoman 2010, sedangkan Samsuri 2008 mengidentifikasi ada empat faktor utama yang berpengaruh
terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu tipe sistem lahan, tipe tutupan lahan, tipe tanah dan fungsi kawasan yang
dapat digunakan untuk menduga kepadatan hotspot per km².
Faktor biofisik yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan di Sub DAS Kapuas Tengah Kalimantan Barat adalah vegetasi halus seperti rumput,
alang-alang, semak yang biasanya memiliki kerapatan vegetasi sedang Arianti 2006. Prasad et al. 2008 mengidentifikasi variabel yang berpengaruh kuat pada
kejadian kebakaran adalah luas kawasan berhutan, kepadatan biomassa, kepadatan penduduk pedesaan, curah hujan rata-rata kuartal terpanas, elevasi dan suhu
tahunan rata-rata. Di antara variabel-variabel ini, kepadatan biomassa dan curah hujan rata-rata kuartal terpanas memiliki signifikansi tertinggi, diikuti oleh
variabel lainnya.
Sesuai prinsip segitiga api, kebakaran hutan dan lahan terjadi dipengaruhi bahan bakar dimana komponen ini berupa faktor biofisik yang dipresentasikan
oleh Iklim rata-rata suhu tahunan, rata-rata suhu musim kemarau, rata-rata curah hujan tahunan, rata-rata curah hujan musim kemarau, Vegetasi kerapatan
vegetasi, tipe penutupan lahan, dan Topografi elevasi, slope. Kebakaran tidak akan terjadi apabila tidak ada sisi kedua dalam segitiga api yaitu sumber
penyalaan. Sumber penyalaan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai disebabkan oleh aktivitas manusia, baik yang berasal dari desa sekitar Taman
Nasional atau masyarakat pengguna jalan di dalam atau sekitar kawasan Taman Nasional. Aktivitas manusia sumber penyalaan dapat direpresentasikan oleh
faktor Aksesibilitas jarak terhadap jalan, tipe jalan dan Kependudukan kepadatan penduduk, pendidikan, pengambilan sumber daya alam.
4.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sesuai hasil analisis kebutuhan data, baik
data primer maupun sekunder. Data yang dikumpulkan selanjutnya diperiksa keaslian, tingkat ketelitian, dan sistem proyeksi petanya. Untuk persiapan
analisis, data-data berupa peta disamakan sistem proyeksinya dan dimodifikasi agar dapat terbaca terolah oleh perangkat software analisis Sistem Informasi
Geografi SIG. Data-data yang dikumpulkan mencakup data dasar yang dapat diekstrak menjadi beberapa jenis peta seperti data SRTM peta topografi, GCM
peta suhu, peta curah hujan, citra landsat dan Bing peta penutupan lahan, peta sungai, peta jalan, peta area kebakaran, hotspot titik panas hasil ekstraksi citra
MODIS dan data-data sosial ekonomi yang digunakan sebagai peubah pembangun model.
Beberapa sumber data spasial umumnya masih menggunakan sistem koordinat geografis, seperti SRTM, GCM, citra Bing dan hotspot. Sistem proyeksi