Kekentalan Viskositas Cat Uji Kuantitatif

25 akan semakin tinggi dan juga densitas cat akan semakin tinggi. Semakin banyak bahan – bahan volatil, berarti kadar bahan menguap cat semakin tinggi dan kadar padatan total cat semakin rendah Praptowidodo dan Mu’min, 1984. Pada formula cat yang dibuat bahan volatil yang digunakan adalah air, sehingga kadar bahan menguap yang terhitung adalah kadar air yang menguap pada saat proses pengeringan. Pada Lampiran 6 diperlihatkan data hasil penguruan total padatan dan bahan menguap cat. Kadar padatan total cat yang diperoleh dari penelitian berkisar antara 24,392 – 14,495 persen dan bahan menguap cat berkisar antara 85,505 – 75,608 persen. Nilai tersebut tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI yang mempunyai kadar padatan total cat minimal 40 persen, dan kadar bahan menguap maksimal 60 persen. Pada industri cat yang ada sekarang ini, kadar bahan menguap untuk mengetahui banyaknya volatile organic compound VOC yang terkandung. Pada penelitian ini tidak menggunakan bahan yang mengandung bahan yang bersifat VOC yang merupakan salah satu bahan yang menyebabkan pencemaran udara, sehingga nilai total bahan menguap cat merupakan total dari air yang menguap yang berperan sebagai pelarut pada pembutan cat. Sampel A3B3 memiliki nilai total padatan tertinggi, yaitu 24,392 persen dan total bahan menguap cat terendah 75,608 persen, karena menggunakan konsentrasi larutan gambir tertinggi 25, dan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan bobot kapur tohor yang lebih besar 3 : 1. Sampel A3B3 juga memiliki nilai densitas cat yang tertinggi, karena mempunyai kadar padatan total cat tertinggi. Di lain pihak, sampel A1B1 memiliki nilai total padatan terendah yaitu 14,495 persen dan total bahan menguap cat terendah 85,505 persen, karena menggunakan konsentrasi larutan gambir terendah 5, dan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan bobot kapur tohor yang lebih kecil 1 : 3. Sampel A1B1 juga memiliki nilai densitas cat yang terendah, karena mempunyai kadar padatan total cat terendah. Hasil analisis keragaman pada kadar padatan total dan bahan menguap cat Lampiran 7 menunjukan bahwa faktor konsentrasi gambir, perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dan interaksi antara kedua faktor tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap total padatan dan bahan menguap cat pada α = 0,05 dan α = 0,01. Hasil uji lanjut selang berganda Duncan Lampiran 7 menunjukan bahwa taraf perlakuan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor, konsentrasi gambir, dan interaksi antara perlakuan berbeda nyata terhadap total padatan dan bahan menguap cat pada α = 0,05 dan α = 0,01.

4.3.1.3 Kekentalan Viskositas Cat

Kekentalan adalah sifat cairan yang berhubungan dengan kemudahannya untuk mengalir. Cairan dengan viskositas tinggi berupa cairan yang kental, apabila cairan dituangkan akan sukar mengalir dengan sendirinya Yani, 2009. Cat dapat diaduk dan diaplikasikan dengan mudah 26 jika memiliki kekentalan yang cukup baik. Kekentalan merupakan salah satu parameter mutu cat yang dapat ditentukan secara visual. Semakin tinggi nilai viskositas atau kekentalan, maka semakin kental pula penampakan cat tersebut Rizki, 2004. Hasil pengujian terhadap kekentalan cat dapat dilihat pada Lampiran 8. Nilai kekentalan cat alami berkisar antara 98,965 – 64,400 Krebs Unit KU. Formula cat yang memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI, yang memiliki nilai minimum sebesar 90 KU Krebs Unit hanya terdapat pada sampel A1B3 perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 3:1 dengan konsentrasi larutan gambir 25 yaitu 98,965 KU. Semakin tinggi konsentrasi larutan gambir, maka kekentalan cat akan semakin meningkat. Namun, semakin meningkatnya penggunaan kapur tohor maka kekentalan cat akan semakin menurun. Semakin tinggi jumlah kasein yang digunakan maka kekentalan cat akan semakin meningkat. Menurut Madison 1961, ketika kasein telah dicampurkan dengan kapur perlu ditambahkan sejumlah air agar tidak terbentuk gel. Pada pembuatan cat alami, konsentrasi air yang digunakan dalam formula cat adalah 57,14, hal tersebut dipilih karena ketika menggunakan air dalam jumlah dibawah nilai 57,14 maka pada perlakuan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 3:1, cat yang dihasilkan akan terbentuk gel dan tidak dapat dilakukan pengujian terhadap parameter mutu. Jika menggunakan air yang banyak cat yang dihasilkan sangat encer dan sulit untuk pengaplikasian. Viskositas cat alami masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan air yang cukup tinggi dalam formula cat. Kekentalan yang rendah dapat menyebabkan terjadinya endapan pada cat Talbert, 2008. Hubungan antara perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan nilai kekentalan cat pada konsentrasi larutan gambir 5, 15 dan 25 diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7. Hubungan antara perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan kekentalan viskositas cat pada berbagai tingkat konsentrasi larutan gambir Sistem koloid dalam larutan dapat meningkat dengan cara mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan koloid Gilcksman, 1969. Kasein dapat berfungsi sebagai pengemulsi, pengental, 20 40 60 80 100 120 5 15 25 K ek ent a la n K re bs Unit Konsentrasi Larutan Gambir Kasein : Kapur Tohor 3 : 1 Kasein : Kapur Tohor 1 : 1 Kasein : Kapur Tohor 1 : 3 27 penstabil, dan pembentuk gel Jones, 1977. Akibat adanya sifat kasein yang dapat mengentalkan, cat yang menggunakan kasein yang tinggi akan meningkatkan kekentalan cat, hal ini dikarenakan koloid cat tersebut akan mengembang. Pada perlakuan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 3:1 dan konsenrasi larutan gambir 25, kekentalan cat yang didapatkan sangat tinggi dan ketika disimpan selama 24 jam cat menjadi berbentuk gel. Proses pembentukan gel dapat terjadi karena adanya ikatan antar rantai polimer sehingga membentuk struktur tiga dimensi yang mengandung pelarut did alam celahnya Glicksman, 1969. Gel merupakan fase cair yang terdispersi dalam suatu padatan. Penggunaan kasein yang semakin menurun akan menyebabkan kekentalan cat yang semakin menurun, hal tersebut dikarenakan dibarengi dengan peningkatan kapur tohor yang merupakan bahan yang tidak mengentalkan. Berdasarkan analisis keragaman Lampiran 9 didapatkan bahwa perlakuan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor, konsentrasi larutan gambir, dan interkasi keduanya berpengaruh nyata terhadap kekentalan cat pada α = 0,05 dan α = 0,01. Hasil uji lanjut selang berganda Duncan menunjukan bahwa pada α = 0,05 dan α = 0,01 perlakuan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 25:75 1:3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan perbandingan kasein terhadap kapur tohor 50:50 1:1. Kemungkinan hal tersebut terjadi akibat penggunaan jumlah kapur tohor yang lebih banyak dibandingkan kasein menyebabkan perbedaan kekentalan yang tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada perlakuan konsentrasi larutan gambir berbeda nyata pada α = 0,05 dan α = 0,01. Hasil uji lanjut Duncan menyatakan bahwa pada α = 0,05 dan α = 0,01 sampel A3B1 perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1 : 3 dengan konsentrasi larutan gambir 5 tidak berbeda nyata dengan sampel A2B1 perbandingan kasein terhadap kapur tohor 1:1 dengan konsentrasi larutan gambir 5, sampel A3B2 perbandingan kasein terhadap kapur tohor 1:3 dengan konsentrasi larutan gambir 15 tidak berbeda nyata dengan sampel A2B2 perbandingan kasein terhadap kapur tohor 1:1 dengan konsentrasi larutan gambir 15, dan sampel A2B3 perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1:1 dengan konsentrasi larutan gambir 25 tidak berbeda nyata dengan sampel A3B3 perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1:3 dengan konsentrasi larutan gambir 25. Hal tersebut terjadi karena pada penggunaan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1:1 tidak berbeda nyata dengan penggunaan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1:3 .

4.3.1.4 Nilai pH Cat