21 yang berbasis kasein dan kapur ini menghasilkan efek antik pada furniture atau tembok yang
telah dicatkan Baird, 1908. Menurut Baird 1908, perbandingan antara kasein dan kapur yang digunakan
tergantung dari pigmen yang digunakan dan hasil warna yang akan dihasilkan. Penggunaan perbandingan kasein dan kapur tohor yang digunakan akan mempengaruhi mutu dari cat yang
dihasilkan. Setelah proses pencampuran bahan untuk perekat adalah proses penambahan pewarna atau pigmen. Pigmen yang digunakan pada penelitian ini adalah pigmen alami yaitu
gambir. Menururt Nazir 2000 gambir dapat digunakan sebagai campuran untuk menyirih, anti bakteri, anti diare, zat warna alami dan sebagai zat penyamak kulit. Untuk didapatkan warna
yang berbeda – beda diperlukan konsentrasi gambir yang berbeda – beda.
Dalam pembuatan cat alami digunakan air destilasi sebagai pelarut. Syarat umum kualitas air yang digunakan pada pembuatan cat adalah bersih, tidak bewarna tidak berbau,
tidak sadah, tidak mengandung unsur – unsur logam, tidak mengandung mikroorganisme yang
merusak dan jika dimungkinkan tidak mengandung trace mineral dalam bentuk apapun Baird,1908. Kualitas air akan berpengaruh besar pada pembuatan cat. Adanya mineral dan
logam akan memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak diharapkan pada cat yang diproduksi, seperti terjadinya perubahan warna.
Proses pembuatan cat alami mudah dan tidak membutuhkan biaya mahal. Untuk mengetahui mutu dari cat alami diperlukan analisis mutu cat, seperti densitas, viskositas, total
padatan dan bahan menguap, waktu mengering waktu kering sentuh dan waktu kering keras, daya tutup, daya rekat, nilai L a b uji warna, nilai pH, efek chalking dan settling atau
endapan.
4.3 Analisis Mutu Produk Cat
Cat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah cat yang bewarna coklat muda hingga coklat tua yang dapat diaplikasikan atau dioleskan pada tembok dan kayu. Cat tersebut
dianalisa parameter mutunya, yang bertujuan untuk mengetahui sifat – sifat cat tersebut. Secara
umum, pengujian cat terdiri dari dua jenis yaitu uji kuantitatif dan uji kualitatif. Berdasarkan hasil uji kuantitatif dan kualitatif, diperoleh mutu cat tersebut, seperti yang dijelaskan di bawah
ini.
4.3.1 Uji Kuantitatif
Uji kuantitatif merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik cat yang dapat dinyatakan dalam suatu besaran. Uji kuantitatif terdiri dari
pengukuran densitas, viskositas, kadar padatan total dan bahan menguap, waktu mengering, daya rekat, daya tutup, nilai pH dan nilai L a b uji warna. Proses
pengujian dilakukan pada grc board atau eternit yang terbuat dari semen yang memiliki kesamaan dengan tembok.
4.3.1.1 Densitas Cat
Densitas adalah perbandingan antara bobot suatu bahan dengan bobot air yang diukur pada suhu yang sama dimana volume air sama dengan
volume bahan ASTM, 1991. Menurut Apriyantono et al. 1998 densitas
22 adalah perbandingan bobot dari volume suatu bahan dengan bobot air pada
volume yang sama pada suhu tertentu. Densitas suatu cat ditentukan oleh komponan
– komponen penyusun yang ada di dalam cat. Bahan pengikat, pewarna, dan pengering serta bahan pengisi merupakan komponen yang
dapat meningkatkan densitas suatu cat. Pelarut dan pengencer selain berfungsi sebagai pengatur kekentalan juga memiliki fungsi untuk
menurunkan bobot jenis. Hubungan antara perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor
dengan densitas formula cat pada konsentrasi larutan gambir 5, 15 dan 25 diperlihatkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan densitas cat pada berbagai tingkat konsentrasi larutan gambir.
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa densitas cat cenderung naik dengan meningkatnya konsentrasi larutan gambir dan penggunaan kapur
tohor. Hal ini terjadi karena dengan semakin tingginya jumlah bahan pengisi, binder
, dan pigmen yang digunakan, maka densitas cat akan semakin meningkat Talbert, 2008. Semakin banyak jumlah gambir yang digunakan
maka semakin tinggi densitasnya. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi larutan gambir, maka semakin tinggi pula padatan yang
terkandung dan menyebabkan naiknya densitas cat. Pada Lampiran 4 dapat dilihat data hasil pengukuran densitas cat.
Densitas cat yang dihasilkan dari penelitian berkisar antara 1,064 –
1,137 gml. Nilai tersebut berbeda jauh dengan Standar Nasional Indonesia SNI, yang memiliki nilai minimum sebesar 1,2 gml. Hal ini disebabkan
oleh pada pembuatan cat ini tidak diberikan bahan tambahan lainnya seperti bahan pengisi filler dan bahan aditif. Sampel A3B3 memiliki densitas
tertinggi yaitu 1,137 gml, karena menggunakan konsentrasi larutan gambir tertinggi 25 dan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan
jumlah kapur tohor yang lebih banyak 1 : 3. Di lain pihak, sampel A1B1 memiliki nilai densitas terendah yaitu 1,064 gml, karena menggunakan
konsentrasi larutan gambir terendah dan perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor dengan bobot kapur tohor lebih rendah 3 : 1. Tingginya
1,02 1,04
1,06 1,08
1,1 1,12
1,14 1,16
5 15
25
Densi ta
s Ca
t g
m l
Konsentrasi Larutan Gambir
Kasein : Kapur Tohor 3 : 1
Kasein : Kapur Tohor 1 : 1
Kasein : Kapur Tohor 1: 3
23 densitas cat dapat disebabkan oleh banyaknya fraksi bobot yang digunakan
pada cat seperti kapur, kaolin, talc dan mica Ernest, 1989. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa penggunaan kapur
tohor yang semakin meningkat akan meningkatkan densitas cat, hal tersebut dapat dikarenakan kapur tohor memiliki kerapatan molekul yang lebih tinggi
dibandingkan kasein, sehingga ketika digunakan sebagai bahan baku cat akan mempengaruhi densitas cat tersebut. Densits kapur tohor adalah sebesar 3,35
gml sedangkan densitas kasein adalah sebesar 1,12 gml. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan kapur tohor akan memepngaruhi
densitas cat. Pengukuran densitas cat dimaksudkan untuk mengetahui mutu cat
tersebut. Cat dengan densitas yang tinggi patut dicurigai banyak kandungan bahan pengisi yang digunakan. Bahan pengisi biasa digunakan untuk
mengurangi biaya produksi cat, dengan membantu meningkatkan daya tutup dengan mengurangi penggunaan pigmen.
Hasil analisis keragaman Lampiran 5 menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gambir, perbandingan kasein terhadap kapur tohor dan interaksi
antara kedua faktor tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap nilai densitas formula cat pada α = 0,05 dan α = 0,01. Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa taraf perlakuan perbandingan kasein terhadap kapur
tohor, konsentrasi gambir, dan interaksi antara perlakuan berbeda nyata terhadap nilai densitas formula cat pada α = 0,05 dan α = 0,01, tetapi pada
sampel A3B2 perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1:3, dan
konsentrasi gambir 15 tidak berbeda nyata dengan sampel A2B3 perbandingan bobot kasein terhadap kapur tohor 1:1, dan konsentrasi gambir
25 pada α = 0,05 dan α = 0,01.
4.3.1.2 Total Padatan dan Bahan Menguap Cat