Nybakken 1997 mengutarakan perairan yang menerima pasokan air tawar dari sungai secara terus menerus maka daerah tersebut tidak akan terdapat terumbu
karang.
6. Sedimentasi
Sedimentasi umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembangunan daerah pantai, pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak,
pembukaan hutan dan aktivitas pertanian yang membebaskan sedimen terrigenous sediments ke perairan pantai atau terumbu karang. Selain jenis
sedimen di atas, ada pula sedimen lain yang berasal dari erosi karang-karang, baik secara fisik maupun biologi bioerosi yang disebut carbonate sediment. Bioerosi
biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut seperti bulu babi, ikan, bintang laut dan sebagainya Supriharyono 2000.
Endapan baik dalam air maupun di atas terumbu karang, mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tak dapat
bertahan dengan adanya endapan yang berat, yang menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makanannya. Endapan dalam air juga mempunyai akibat
sampingan yang negatif, yaitu mengurangi cahaya untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang akibatnya, perkembangan terumbu karang
berkurang atau menghilang dari daerah-daerah yang pengendapannya besar Nybakken 1997.
Suatu daerah yang tidak banyak menerima limpahan dari sungai, seperti daerah kepulauan, laju sedimentasi cenderung rendah, terkecuali jika ada aktivitas
yang merangsang terbentuknya sedimen. Namun jika perairan karang tersebut berdekatan dengan muara sungai dengan pengelolaan lahan di atas yang buruk
biasanya memiliki laju sedimentasi yang tinggi terutama pada saat musim penghujan Supriharyono 2000.
7. pH Terumbu karang sebagai biota laut membutuhkan tingkat keasaman yang
sesuai dengan pH rata-rata yang terdapat di perairan laut. Tomascik et al. 1997 menyatakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang adalah yang memiliki
pH antara 8,2-8,5. perubahan pH air laut asam atau basa akan mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas biologis. Jika nilai pH rendah atau bersifat asam berarti
kandungan oksigen rendah.
2.3 Ikan Karang
Indonesia merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah ikan karang terkaya di dunia. Allen 1991 menyatakan bahwa terdapat 123 spesies yang
termasuk famili Pomacentridae, yang sekarang diperbarui sebanyak 152 spesies yang merupakan total tertinggi di dunia. Allen et al. 1998 mencatat sebanyak 87
spesies ikan bidadari Pomacentridae dan ikan kupu-kupu Chaetodontidae yang terdapat di Indonesia, yang juga merupakan jumlah tertinggi di dunia.
Komunitas ikan karang merupakan salah satu komponen utama dalam ekosistem terumbu karang karena didapatkan dalam jumlah banyak dan
menyolok. Karena jumlahnya yang besar dan mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan jelas bahwa mereka merupakan penyokong hubungan yang
ada di dalam ekosistem terumbu karang. Salah satu sebab tingginya keragaman spesies di terumbu karang adalah variasi habitat terumbu yang terdiri dari karang,
daerah berpasir, teluk dan celah, daerah alga dan juga daerah yang dangkal serta zona-zona yang ebrbeda yang melintasi karang Nyabakken 1997. Secara
komersial, ikan-ikan karang memegang peranan penting dalam sektor perikanan dan pariwisata English et al. 1997.
Ikan karang merupakan jenis ikan yang umumnya menetap atau relatif tidak berpindah tempat dan pergerakannya relatif mudah di jangkau. Jenis substrat yang
biasanya dijadikan habitat antara lain karang hidup, karang mati, pecahan karang dan karang lunak Suharti 2005. Berdasarkan tingkah lakunya, ikan karang ada
yang hidup secara individual atau ditemukan menyendiri contohnya ikan lepu ayam Pterios sp., mengelompok 3-10 ekor contohnya ikan kambuna Platax sp.
dan dalam bentuk gerombolan contohnya ikan ekor kuning Caesio sp.. Kelompok ikan karang terdiri dari: a jenis ikan yang hidup menetap di karang; b
ikan yang minimal menggunakan wilayah terumbu karang sebagai habitatnya; c jenis ikan yang hanya berada di terumbu karang pada sebagian siklus hidupnya,
misalnya saat juvenil dan pada saat dewasa baru keluar dari terumbu Nybakken 1997.
Selain kecenderungan tersebut, ikan karang juga mempunyai sifat teritorial, mereka akan menentukan wilayah kekuasaannya sehingga jika mereka diusik oleh
penyelam, beberapa saat kemudian akan datang kembali ke wilayah tersebut. Contohnya pada jenis ikan betok laut Pomacentrus sp., ikan giru Amphiprion
sp. dan ikan kepe-kepe Chaetodon sp., sedangkan yang bersifat migratori atau senantiasa berpindah ekosistem antara lain ikan hiu Carcharinus sp. Nybakken
1997. Sekitar 30 sampai 100 spesies dari beberapa famili ikan karang yang banyak
mendominasi, diantaranya adalah Pomacentridae ikan betok laut, Chaetodontidae ikan kepe-kepe, Acanthuridae ikan pakol, Scaridae ikan
kakatua, Apogonidae ikan serinding, Gobiidae ikan gobi dan Serranidae ikan kerapu. Umumnya ikan-ikan karang ini mudah ditandai dari warna, corak dan
struktur badannya yang berbeda, sehingga memudahkan dalam pengamatan jenis dan tingkah laku ikan-ikan karang.
Keberadaan ikan karang pada suatu daerah terumbu karang secara langsung dipengaruhi oleh kesehatan terumbu atau persentase penututupan karang hidup
yang berhubungan dengan ketersediaan makanan, tempat berlindung dan tempat memijah bagi ikan Sukarno et al. 1983. Distribusi dan kelimpahan komunitas
ikan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor biologi dan fisik seperti gelombang, sedimen, kedalaman, perairan kompleksitas topografi dari substrat terumbu
karang Galzin et al. 1994; Chabanet et al. 1997. Hampir seluruh ikan yang hidup di terumbu karang mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap ekosistem
karang, baik dalam hal perlindungan maupun makanan. Oleh karenannya jumlah individu, jumlah spesies dan komposisi jenisnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
setempat. Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya korelasi positif antara kompleksitas topografi terumbu karang dengan distribusi dan kelimpahan
ikan-ikannya. Oleh karena itu pengamatan ikan karang ini senantiasa dilakukan bersamaan dengan pendataan bentuk pertumbuhan terumbu karang.
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian di laksanakan pada bulan Februari–Maret 2011 yang berlokasi di perairan Pulau Weh dan Pulau Aceh. Survei kondisi terumbu karang dan ikan
karang dilakukan di 24 lokasi, 18 lokasi diantaranya ada di Pulau Weh dan 6 lokasi di Pulau Aceh Tabel 1 dan Gambar 7 . Lokasi pengamatan yang dipilih
mewakili terumbu karang di lokasi tersebut dan tipe pengelolaan lokasi berdasarkan: Pulau Aceh, Daerah Pemanfaatan, taman wisata alam laut TWAL
dan Kawasan konservasi daerah KKLD. Tabel 1 Titik dan nama spot penyelaman
KAWASAN TITIK STASIUN
SPOT PENYELAMAN
PULAU ACEH 1
Deudap 2
Lamteng 3
Lapeng 4
Leun Balee 1 5
Leun Balee 2 6
Lhoh 7
Paloh 8
Pasi Janeng 1 9
Pasi Janeng 2
DAERAH PEMANFAATAN
10 Ba Kopra
11 Beurawang
12 Gapang
13 Jaboi
14 Lhong Angin 1
15 Lhong Angin 2
16 Lhong Angin 3
17 Pulau Klah
TAMAN WISATA ALAM LAUT TWAL
18 Batee Meuronron
19 Canyon
20 Lhok Weng
21 Rubiah Channel
22 Rubiah Sea Garden
23 Ujung Seurawan
KAWASAN KONSERVASI LAUT
DAERAH KKLD 24
Anoi Itam 25
Benteng 26
Reuteuk 27
Sumur Tiga 28
Ujung Kareung 29
Ujung Seuke