Tabel 3 Kualitas perairan pada setiap titik lokasi penelitian.
Stasiun Suhu
°C Salinitas ‰
Kecerahan Kedalaman
m
Anoi Itam 27.00
32.50 100
6-7 Ba Kopra
28.30 32.50
100 6-7
Batee Meurenon 29.00
32.50 100
6-7 Benteng
29.00 32.50
100 6-7
Beurawang 29.00
32.70 100
6-7 Canyon
28.00 32.50
100 6-7
Deudap 31.20
32.50 100
6-7 Gapang
29.00 32.30
100 6-7
Jaboi 28.30
33.00 100
6-7 Lamteng
28.00 32.60
100 6-7
Leun Balee 1 27.80
33.00 100
6-7 Lhoh
28.40 33.00
100 6-7
Lhok Weng 28.00
32.40 100
6-7 Lhong Angin 2
29.00 33.50
100 6-7
Paloh 28.00
33.50 100
6-7 Pasi Janeng 2
27.70 33.60
100 6-7
Pulau Klah 28.30
32.50 100
6-7 Reuteuk
28.40 33.70
100 6-7
Rubiah Channel 29.20
33.50 100
6-7 Rubiah Sea arden
29.00 32.50
100 6-7
Sumur Tiga 28.50
32.00 100
6-7 Ujong Seuke
27.80 32.30
100 6-7
Ujung Kareung 28.00
33.00 100
6-7 Ujung Seurawan
29.00 34.00
100 6-7
MAKSIMUM 30.20
34.00 100
6 MINIMUM
27.00 32.00
100 7
Perbedaan suhu pada masing-masing stasiun yang di ukur relatif kecil yaitu berkisar antara 27,00-30,20 °C. Suhu terendah diperoleh pada Anoi Itam dan suhu
tertinggi diperoleh pada stasiun Deudap. Kisaran suhu yang diperoleh dari keseluruhan stasiun yang diamati masih berada dalam kisaran suhu yang baik bagi
pertumbuhan biota karang. Menurut Nybakken 1997, terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 23°C-25°C,
sedangkan suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36°C-40°C. Salinitas yang diperoleh pada semua stasiun penelitian berkisar antara 32-34
‰. Salinitas terendah diperoleh pada stasiun Sumur Tiga sedangkan salinitas lainnya relatif seragam. Kisaran salinitas yang diperoleh ini menunjukkan bahwa
salinitas di Pulau Weh dan Pulau Aceh masih berada dalam kisaran toleransi bagi pertumbuhan karang
Nilai kecerahan yang diperoleh pada semua stasiun pengamatan adalah 100. Hal ini berhubungan dengan kualitas perairan dan kedalaman perairan
karena semua stasiun pengamatan berada dalam perairan yang relatif dangkal antara 6-7 m. Jika karang berada dalam tempat teduh atau terhindar dari cahaya
matahari maka pertumbuhannya akan terhambat bahkan dapat mengalami kematian jika ketersidiaan cahaya tidak memadai untuk fotosintesis. Cahaya
dibutuhkan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis yang keberadaannya sangat erat dengan kelangsungan hidup karang Nybakken 1997.
4.3 Kondisi Terumbu Karang
Di perairan Pulau Weh dan Pulau Aceh, komunitas karang ditemukan berbatasan langsung dengan pantai dan tebing-tebing curam. Terumbu yang
berbatasan langsung dengan pantai memiliki kemiringan yang landai 10-40
o
dan terumbu ditemukan pada kedalaman 5 sampai 20 meter. Berbatasan dengan
tebing, kemiringan dasar laut sangat curam 60-80
o
Persentase tutupan karang keras yang diamati selama 2006, 2008, 2009 dan 2011 pada setiap kawasan penelitian menunjukkan adanya perubahan persentase
tutupan karang berkisar antara 1,75-56,04 dengan rata-rata 34,52. Persentase karang lunak berkisar antara 0,03-4,55 dengan rata-rata 1,5,
sedangkan persentase tutupan alga berkisar antara 14,29-76,89 dengan rata- rata 40,91. Persentase pasir berkisar antara 7,15-32,23 dengan rata-rata
18,49 dan penutupun biota lainnya berkisar antara 0,00-16,73 dengan rata- rata 3,65. Persentase biota karang pada setiap kawasan penelitian disajikan pada
lampiran 1. dan terumbu ditemukan dari
kedalaman 3 sampai 15 meter. Terumbu karang di Pulau Aceh adalah terumbu karang tepi dengan laguna dangkal dengan lebar 30 dan 200 meter. Kondisi
terumbu karang di lokasi penelitian berdasarkan substrat dasar pada masing- masing stasiun penelitian terdiri dari tutupan karang keras hard coralHC, soft
coral karang lunak, alga, pasir dan lainnya Gambar 11.
Gambar 11 Persentase tutupan karang keras, alga, pasir, karang lunak dan lain- lain rata-rata ±SE di setiap kawasan.
Dari data di atas dapat terlihat bahwa rata-rata persentase tutupan karang keras pada Pulau Aceh dan daerah pemanfaatan terendah terjadi pada tahun 2006
dan cendrung meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Hal ini disebabkan substrat pada tahun 2006 sangat dominan ditutupi oleh alga. Alga merupakan
saingan utama dalam hal ruang hidup bagi karang di terumbu karena dapat menutupi substarat tempat tumbuhnya karang. Alga dapat berkembang lebih cepat
dari pada karang Nybakken 1997. Peristiwa tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004 juga mengakibatkan
kerusakan ekosistem terumbu karang di pulau Aceh dan daerah pemanfaatan. Menurunnya persentase alga dan biota lain pada tahun berikutnya memberikan
ruang pertumbuhan terhadap karang keras di Pulau Aceh dan daerah pemanfaatan. Hal ini dapat dilihat dengan terjadi peningkatan persantase tutupan karang keras
pada setiap tahun pengamatan. Pada kawasan taman wisata alam laut dan Kawasan konservasi laut daerah
dampak tsunami tidak terlalu berpengaruh terhadap ekositem terumbu karang. Pada kedua kawasan ini dapat dilihat bahwa kenaikan persentase tuutpan karang
keras tidak signifikan yang terjadi pada setiap tahun pengamatan. Rendahnya persentase karang keras di taman wisata alam laut lebih disebabkan kegiatan
10 20
30 40
50 60
70 80
90
2006 2008 2009 2011 2006 2008 2009 2011 2006 2008 2009 2011 2006 2008 2009 2011 P
e rs
e nt
a se
T ut
upa n
Karang Keras Alga
Pasir Karang Lunak
Lain-Lain