dapat diatasi dengan adanya alga simbiotik zooxanthella. Oksigen tambahan tersebut dihasilkan dari proses fotosintesis, yang hanya dapat berlangsung apabila
ada cahaya matahari. Oleh karenanya intensitas dan kualitas cahaya matahari yang dapat menembus air laut penting untuk fotosintesis pada zooxanthella yang
seterusnya akan menentukan sebaran vertikal karang yang mengandungnya Saptarini et al. 1996.
3. Kedalaman
Supriharyono 2000 mengemukakan secara umum pertumbuhan karang tumbuh pada kedalaman berkisar antara 10-15 m. Semakin dalam laju
pertumbuhan karang semakin menurun. Hal ini membuktikan bahwa setiap gangguan yang merubah kualitas lingkungan akan berpotensi terhadap turunnya
laju pertumbuhan karang. Kedalaman maksimum untuk karang hermatipik adalah 45 m, lebih dalam
dari ini cahaya sudah terlampau lemah untuk memungkinkan zooxanthellae menghasilkan oksigen yang cukup bagi karang Saptarini et al. 1996.
4. Pergerakan air, arus, dan gelombang
Umumnya terumbu karang lebih berkembang pada daerah-daerah yang mengalami gelombang besar. Koloni karang dengan kerangka-kerangka yang
padat dan masif dari kalsium karbonat tidak akan rusak oleh gelombang yang kuat. Pada saat yang sama gelombang-gelombang itu memberikan sumber air
yang segar, memberi oksigen dalam air laut dan menghalangi pengendapan pada koloni, selain itu juga memberi plankton yang baru untuk makanan koloni karang
Nybakken 1997.
Menurut Nontji 1993, arus diperlukan untuk mendatangkan makanan berupa plankton. Di samping itu juga untuk membersihkan diri dari endapan-
endapan dan untuk mensuplai oksigen dari laut lepas. Oleh karenanya pertumbuhan karang di tempat yang airnya selalu teraduk oleh arus dan ombak,
lebih baik dari daerah berarus dan berombak.
5. Salinitas
Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35‰, dan binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36‰ Supriharyono 2000.
Nybakken 1997 mengutarakan perairan yang menerima pasokan air tawar dari sungai secara terus menerus maka daerah tersebut tidak akan terdapat terumbu
karang.
6. Sedimentasi
Sedimentasi umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembangunan daerah pantai, pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak,
pembukaan hutan dan aktivitas pertanian yang membebaskan sedimen terrigenous sediments ke perairan pantai atau terumbu karang. Selain jenis
sedimen di atas, ada pula sedimen lain yang berasal dari erosi karang-karang, baik secara fisik maupun biologi bioerosi yang disebut carbonate sediment. Bioerosi
biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut seperti bulu babi, ikan, bintang laut dan sebagainya Supriharyono 2000.
Endapan baik dalam air maupun di atas terumbu karang, mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tak dapat
bertahan dengan adanya endapan yang berat, yang menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makanannya. Endapan dalam air juga mempunyai akibat
sampingan yang negatif, yaitu mengurangi cahaya untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang akibatnya, perkembangan terumbu karang
berkurang atau menghilang dari daerah-daerah yang pengendapannya besar Nybakken 1997.
Suatu daerah yang tidak banyak menerima limpahan dari sungai, seperti daerah kepulauan, laju sedimentasi cenderung rendah, terkecuali jika ada aktivitas
yang merangsang terbentuknya sedimen. Namun jika perairan karang tersebut berdekatan dengan muara sungai dengan pengelolaan lahan di atas yang buruk
biasanya memiliki laju sedimentasi yang tinggi terutama pada saat musim penghujan Supriharyono 2000.
7. pH Terumbu karang sebagai biota laut membutuhkan tingkat keasaman yang
sesuai dengan pH rata-rata yang terdapat di perairan laut. Tomascik et al. 1997 menyatakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang adalah yang memiliki