Pendekatan Penyusunan Anggaran Pengaruh beberapa variabel moneter (M1,M2,SBI rate, Kredit dan DPK) terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR)

15 Terdapat dua tipe anggaran fleksibel: 1 Anggaran ini dapat membantu para manajer mempersiapkan anggaran induk untuk perkiraan tingkat aktivitas. Tipe anggaran fleksibel ini dapat membantu para manajer mengatasi ketidakpastian dengan memungkinkan mereka melihat perkiraan hasil pada suatu tingkat aktivitas. Hal ini dapat digunakan untuk menghasilkan nilai keuangan pada sejumlah skenario yang masuk akal. 2 Anggaran fleksibel adalah anggaran untuk tingkat aktivitas aktual. Tipe anggaran ini digunakan sebagai fakta untuk menghitung beberapa biaya seharusnya untuk tingkat aktivitas aktual. Perkiraan biaya-biaya tersebut kemudian dibandingkan dengan biaya aktual untuk menilai kinerja.

4. Pendekatan Penyusunan Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:13 pemilihan teknik penyusunan anggaran dalam suatu organisasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu sistem Top-down, sistem Bottom-up dan sistem participatory Budgetting . a. Sistem Top-down Sistem top-down merupakan pendekatan penyusunan anggaran dimana keputusan berada pada atasan sedangkan bawahan tidak diberi kesempatan untuk mengendalikan anggaran. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu kurangnya komitmen dari bawahan karena 16 merasa tertekan oleh anggaran yang ditetapkan oleh atasan yang pada akhirnya akan membahayakan pelaksanaan anggaran. b. Sistem Bottom-up Sistem bottom-up merupakan pendekatan penyusunan anggaran dimana bawahan diberi kesempatan untuk terlibat dan mempunyai kewenangan dalam membuat suatu keputusan mengenai perencanaan keuangan. Keuntungan dari pendekatan ini adalah penciptaan komitmen yang lebih besar dalam mencapai tujuan anggaran, tetapi jika tidak terdapat pengendalian dari atasan maka anggaran yang disusun mungkin akan menghasilkan target yang terlalu mudah dicapai. c. Sistem Participatory Budgetting Sistem partisipasi anggaran merupakan proses penyusunan anggaran merupakan gabungan dari pendekatan top-down dan bottom-up. Pendekatan ini dianggap pendekatan yang paling efektif karena adanya kerjasama antara atasan dan bawahan dimana anggaran yang disusun mendapat dukungan dari kedua belah pihak, sehingga ada komitmen yang kuat untuk melaksanakannya. Blocher 2007: 498 mengemukakan proses penyusunan anggaran adalah sebagai berikut: Pengganggaran dilakukan dari atas ke bawah dari bawah ke atas. Dalam proses penganggaran dari atas ke bawah, manajemen puncak menyusun anggaran untuk organisasi secara keseluruhan termasuk untuk operasi level bawah. Proses ini sering disebut sebagai penganggaran otoritatif authoritative budgeting. Dilain pihak, proses pengganggaran partisipatif partisipative budgeting merupakan pendekatan dari bawah ke 17 atas yang melibatkan orang-orang dipengaruhi oleh karyawan termasuk karyawan level bawah, dalam proses penyiapan anggaran. Proses penganggaran yang efektif biasanya merupakan kombinasi pendekatan dari atas ke bawah dengan pendekatan dari bawah ke atas. Divisi menyiapkan anggaran awal mereka berdasarkan pendoman anggaran yang dikeluarkan oleh komite anggaran perusahaan. Manajer senior menelaah dan memberikan saran terhadap anggaran yang diusulkan sebelum dikirim kembali kepada divisi untuk direvisi. Anggaran akhir biasanya merupakan hasil dari beberapa negosiasi.

B. Partisipasi Anggaran 1.

Definisi Partisipasi Menurut Wirjono dan Raharjo 2007:54 “partisipasi adalah keterlibatan individu yang bersifat mental dan emosional dalam situasi kelompok bagi pencapaian tujuan bersama dan berbagai tanggungjawab bersama.” Partisipasi yang diberikan individu bukan hanya aktivitas fisik tetapi juga sisi psikologis, yaitu seberapa besar pengaruh yang dianggap memiliki seseorang dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang terlibat dalam pengambilan keputusan akan termotivasi dalam situasi kelompok karena diberi kesempatan untuk mewujudkan inisiatif dan daya kreatifitas. Tujuan bersama akan lebih mudah tercapai ada keterlibatan secara pribadi dan kesediaan untuk menerima tanggung jawab masing-masing. Partisipasi mengandung potensi luar biasa untuk membina kerja tim, tetapi sukar 18 dipraktekan dan dapat gagal apabila tidak ditetapkan dengan baik Davis and Newstorm, 1985:179. Penyusunan anggaran partisipatif pada dasarnya mengizinkan manajer bawahan mempertimbangkan cara pembentukan anggaran. Hansen dan mowen menyatakan bahwa “penyusunan anggaran partisipatif merupakan anggaran bottom-up yang melibatkan bawahan secara penuh untuk bertanggung jawab memenuhi target yang telah ditentukan dalam anggaran Hansen dan Mowen, 2009:376 .” Adanya rasa tanggung jawab manajer level rendah dapat memperkuat kreativitas manajer yang bersangkutan. Apabila manajer level lebih rendah diberi kesempatan untuk menyusun anggaran maka tujuan anggaran dapat menjadi tujuan personal dan akan menghasilkan goal congruence yang lebih besar. Partisipasi anggaran juga akan memotivasi level lebih rendah sehingga bersedia menerima dan mencapai target serta skema pengendalian. Blocher et al,. 2007:499 mengemukakan anggaran partisipatif, yaitu: merupakan alat komunikasi yang baik. Proses penyusunan anggaran partisipatif memungkinkan manajemen puncak untuk lebih memahami masalah yang dihadapi karyawan dan karyawan juga dapat lebih memahami kesulitan yang dihadapi oleh manajemen puncak yang dihadapi oleh manajemen puncak. Anggaran partisipatif meningkatkan komitmen para karyawan untuk mencapai tujuan anggaran. Meskipun demikian, jika tidak dikendalikan dengan baik anggaran partisipatif dapat mengarah pada target anggaran yang mudah dicapai, tidak sesuai dengan strategi atau target organisasi. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan anggaran partisipatif merupakan keterlibatan manajer bawahan dalam proses 19 penyusunan anggaran dan ikut serta bertanggungjawab dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2. Keuntungan dan Kelemahan dalam Partisipasi Anggaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

12 54 89

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

6 110 108

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Pengaruh Non Perorming Loan, Loan To Deposit Ratio, Dan Net Interest Margin Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 42 104

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequancy Ratio, dan Operational Eficiency Terhadap Pertumbuhan Tingkat Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI untuk Periode 2009-2011

3 122 107

Pengaruh LDR(Loan To Deposit Ratio),NPL(Non Perfoming Loan), ROE (Retrn On Eqity),IML(Instert Margin On Loan) Dan BOPO (Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasinal ) Terhadap Kecupan Modal Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

2 35 119

Pengaruh Capital Adequwacy Ratio (CAR),Retrn On Asset (ROA), Retrn On Equwacy (ROE), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Price EarningRatio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1 41 115

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Likuiditas Bank Umum di Indonesia

15 377 117