Pengaruh LDR(Loan To Deposit Ratio),NPL(Non Perfoming Loan), ROE (Retrn On Eqity),IML(Instert Margin On Loan) Dan BOPO (Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasinal ) Terhadap Kecupan Modal Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LDR (LOAN TO DEPOSIT RATIO), NPL (NON PERFORMING LOAN), ROE (RETURN ON EQUITY), IML (INTEREST MARGIN ON

LOAN) DAN BOPO (BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL ) TERHADAP

KECUKUPAN MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

IRESTU JOLIANA 090503102

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

NIM: 090503102 Irestu Joliana


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian syukur dan hormat hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan berkat dalam kehidupan penulis bahkan memberikan kekuatan dan tuntunan dalam setiap proses pengerjaan skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI” yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda Jonner Batubara, S.T dan Ibunda Dame Lumban Tobing serta ketiga saudara penulis, Tio Debitta Batubara, Ely Nova Batubara dan Daniel Saito Batubara. Terima kasih yang tulus atas setiap doa, semangat, kepercayaan dan cinta kasih yang telah diberikan yang selalu akan ada untuk penulis.

Penulis banyak memperoleh bimbingan, pemikiran, motivasi, serta bantuan baik doa dan dana dari berbagai pihak dalam menjalani studi di Fakultas Ekonomi bahkan dalam masa-masa pengerjaan skripsi ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada:


(4)

1. Bapak Drs. H, Arifin Lubis, MM, Ak selaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan evaluasi dan saran dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi terutama Departemen Akuntansi yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama penulis menjalani masa perkuliahan.

Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman penulis di Akuntansi 09, JFTLG, Yammiz, Enam Sekawan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan


(5)

saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, kiranya skripsi ini menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Januari 2013

Irestu Joliana Nim. 090503102


(6)

ABSTRAK

PENGARUH LDR (LOAN TO DEPOSIT RATIO), NPL (NON PERFORMING LOAN), ROE (RETURN ON EQUITY), IML (INTEREST MARGIN ON LOAN) DAN

BOPO (BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL) TERHADAP KECUKUPAN MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BEI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara parsial dan simultan pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 7 (tujuh) tahun periode 2005 – 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana terdapat 20 (dua puluh) perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda dan uji hipotesis menggunakan F-test dan t-test dengan Level of Significance 5%. Proses pengolahan datanya menggunakan program Eviews 7.1.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan LDR, NPL, ROE, IML, BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa LDR, NPL, BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Sedangkan ROE dan IML berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Kemampuan prediksi dari kelima variabel independen tersebut terhadap CAR adalah sebesar 57,51% sedangkan sisanya sebesar 42,49% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.

Kata kunci: LDR, NPL, ROE, IML, BOPO, Kecukupan Modal, Perusahaan Perbankan.


(7)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LDR (LOAN TO DEPOSIT RATIO), NPL (NON PERFORMING LOAN), ROE (RETURN ON EQUITY), IML (INTEREST MARGIN ON LOAN) AND BOPO (BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL) TOWARDS CAPITAL ADEQUACY AT

BANKING COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE The purpose of this research is to determine either partially or simultanneously the influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) to Capital Adequacy Ratio (CAR) at go public banking company listed in Indonesia Stock Exchange.

The population of this research is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange for 7 (seven) years at 2007-2009 period. The Sample that used in this research is selected by purposive sampling method which obtained 20 (twenty) companies that fulfill all of criterias. The analysis technique used is Multiple Linear Regression and hypothesis test use F-test and also t-test as partial on level of significant 5%. Data processing is using Eviews 7.1.

The results of this research indicates that simultantly LDR, NPL, ROE, IML, BOPO have significant influence to CAR. Partially, the research’s result indicates that LDR, NPL, BOPO influence unsignificant to CAR. While ROE dan IML influence positively and significant to CAR. Prediction capability from these five variables toward CAR is 57,51,% where the balance 42,49% is affected to other factors which was not to be entered to regression model.

Keywords : LDR, NPL, ROE, IML, BOPO, Capital Adequacy, Banking Company.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... .... i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT...vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... .. x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Bank ... 12

2.1.2 Permodalan Bank... 14

2.1.3 Signalling Theory... 20

2.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)... 22

2.1.5 Non Performing Loan (NPL)... 25

2.1.6 Return On Equity (ROE)... 27

2.1.7 Interest Margin on Loan (IML)... 29

2.1.8 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)... 31

2.1.9 Capital Adequacy Ratio (CAR)... 33

2.1.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 37

2.2 Kerangka Konseptual... 40

2.3 Hipotesis... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3.3 Batasan Operasional ... 43


(9)

3.5 Skala Pengukuran Variabel...47

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

3.7 Jenis Data ... 50

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 50

3.9 Teknik Analisis ... 51

3.9.1 Pengujian dan Pemilihan Model ... 52

3.9.2 Pengujian Asumsi... 56

3.9.3 Pengujian Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...61

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian... 61

4.1.2 Statistik Deskriptif...61

4.1.3 Pengujian dan Pemilihan Model...64

4.1.3.1 Pooled Least Square vs Fixed Effect (Chow Test)... 64

4.1.3.2 Fixed Effect vs Random Effect (Haussman Test)...68

4.1.4 Pengujian Asumsi...70

4.1.4.1 Uji Heteroskedastisitas...71

4.1.4.2 Uji Autokorelasi...72

4.1.4.3 Uji Multikolinearitas...73

4.1.5 Pengujian Hipotesis...73

4.1.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)...73

4.1.5.2 Uji Signifikansi Simultan (F-test)...74

4.1.5.3 Uji signifikansi Parsial (T-test)...74

4.2 Analisis Hasil Penelitian... 77

4.2.1 Pengaruh LDR terhadap Kecukupan Modal (CAR)... 78

4.2.2 Pengaruh NPL terhadap Kecukupan Modal (CAR)... 80

4.2.3 Pengaruh ROE terhadap Kecukupan Modal (CAR)...81

4.2.4 Pengaruh IML terhadap Kecukupan Modal (CAR)... 82

4.2.5 Pengaruh BOPO terhadap Kecukupan Modal (CAR)...83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 85

5.2 Keterbatasan Penelitian... 86

5.3 Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA...87


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 39

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 43

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 47

Tabel 3.3 Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 49

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 61

Tabel 4.2 Hasil Regresi dengan menggunakan Model Pooled Least Square..65

Tabel 4.3 Hasil Regresi dengan menggunakan Model Fixed Effect... 66

Tabel 4.4 Komponen Perhitungan Chow Test... 67

Tabel 4.5 Hasil Regresi dengan Menggunakan Model Random Effect... 68

Tabel 4.6 Hasil Regresi dengan Haussman Test... 70


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... ....40


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Proses Seleksi Sampel ... 90

Lampiran ii Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 91

Lampiran iii Daftar Variabel Penelitian (CAR, LDR, NPL, ROE, IML, BOPO Tahun 2005-2011) ... 92

Lampiran iv Tabel Stacked Data ... 96

Lampiran v Hasil Regresi Model Pooled Least Square ... 99

Lampiran vi Hasil Regresi Model Fixed Effect ... 100

Lampiran vii Hasil Regresi Model Random Effect ... 101

Lampiran viii Hasil Regresi Haussman Test ... 103


(13)

ABSTRAK

PENGARUH LDR (LOAN TO DEPOSIT RATIO), NPL (NON PERFORMING LOAN), ROE (RETURN ON EQUITY), IML (INTEREST MARGIN ON LOAN) DAN

BOPO (BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL) TERHADAP KECUKUPAN MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BEI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara parsial dan simultan pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 7 (tujuh) tahun periode 2005 – 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana terdapat 20 (dua puluh) perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda dan uji hipotesis menggunakan F-test dan t-test dengan Level of Significance 5%. Proses pengolahan datanya menggunakan program Eviews 7.1.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan LDR, NPL, ROE, IML, BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa LDR, NPL, BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Sedangkan ROE dan IML berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Kemampuan prediksi dari kelima variabel independen tersebut terhadap CAR adalah sebesar 57,51% sedangkan sisanya sebesar 42,49% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.

Kata kunci: LDR, NPL, ROE, IML, BOPO, Kecukupan Modal, Perusahaan Perbankan.


(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LDR (LOAN TO DEPOSIT RATIO), NPL (NON PERFORMING LOAN), ROE (RETURN ON EQUITY), IML (INTEREST MARGIN ON LOAN) AND BOPO (BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL) TOWARDS CAPITAL ADEQUACY AT

BANKING COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE The purpose of this research is to determine either partially or simultanneously the influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) to Capital Adequacy Ratio (CAR) at go public banking company listed in Indonesia Stock Exchange.

The population of this research is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange for 7 (seven) years at 2007-2009 period. The Sample that used in this research is selected by purposive sampling method which obtained 20 (twenty) companies that fulfill all of criterias. The analysis technique used is Multiple Linear Regression and hypothesis test use F-test and also t-test as partial on level of significant 5%. Data processing is using Eviews 7.1.

The results of this research indicates that simultantly LDR, NPL, ROE, IML, BOPO have significant influence to CAR. Partially, the research’s result indicates that LDR, NPL, BOPO influence unsignificant to CAR. While ROE dan IML influence positively and significant to CAR. Prediction capability from these five variables toward CAR is 57,51,% where the balance 42,49% is affected to other factors which was not to be entered to regression model.

Keywords : LDR, NPL, ROE, IML, BOPO, Capital Adequacy, Banking Company.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga perbankan pada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Dalam hal ini, bank memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dengan menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). Bank melaksanakan peranannya ini dalam setiap kegiatan operasinya secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat yang kemudian akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian nasional serta peningkatan stabilitas nasional.

Industri perbankan merupakan sektor penting yang menopang banyak sektor industri lainnya. Apabila sektor perbankan dalam keadaan bermasalah, maka sektor-sektor industri yang ditopang oleh perbankan tersebut tentunya akan terkena imbasnya dan otomatis perekonomian negara juga akan terganggu. Terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 dan krisis keuangan global pada tahun 2008 memberi dampak kehancuran usaha perbankan dan memporak-porandakan hampir seluruh sektor perekonomian Indonesia.

Pada masa resesi tahun 1997, tercatat bahwa nilai rupiah terus merosot dan semakin memburuknya arus kas perbankan menyebabkan banyak bank mengalami kesulitan likuiditas dan kehilangan kepercayaan masyarakat yang melakukan penarikan dananya secara besar-besaran (rush). Persaingan antar bank


(16)

yang diberikan kebebasan untuk menentukan atau menciptakan produk perbankan telah menyebabkan bank kurang berhati-hati dan menyimpang dari aturan yang berlaku bagi perbankan. Bank-bank tersebut saling berlomba untuk menarik dana masyarakat dengan menawarkan tingkat bunga deposito dan tabungan yang lebih tinggi dari yang lain dan kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan tujuan mencapai keuntungan maksimal tanpa memperhatikan ketentuan kebijakan dan risikonya.

Krisis keuangan global pada tahun 2008 memberi dampak yang juga serupa bagi perbankan di Indonesia. Bermula dari bank di Amerika Serikat yang memberi kredit terutama kredit di bidang real estate dan property yang tidak terlalu memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar pinjamannya kembali. Akibatnya terjadi kredit macet yang sangat tinggi dan pertumbuhan laba yang sangat kecil bahkan minus. Pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia dapat terlihat dengan melambatnya kinerja perbankan, penurunan pertumbuhan kredit meskipun masih tergolong tinggi sebesar 30%. Bahkan pada tahun 2009, potensi risiko kredit masih terjadi dengan adanya perlambatan pertumbuhan kredit dan muncul kesulitan likuiditas perbankan, suku bunga BI rate turun diikuti penurunan bunga kredit.

Kelemahan yang teridentifikasi dari masa krisis yang telah terjadi tersebut antara lain rendahnya kemampuan manajemen risiko, masalah Good Corporate Governance (GCG) dan tentunya masalah permodalan bank. Menurut Ali (2004:67), “Untuk menghindari terjadinya pengalaman pahit ini maka modal yang kokoh secara permanen tetap perlu dijaga dan dipertahankan”. Kondisi seperti ini


(17)

mendorong untuk dilakukannya restrukturisasi perbankan. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka pemulihan kondisi perbankan antara lain dengan melakukan program rekapitalisasi perbankan. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dan mewajibkan bank untuk melakukan kegiatan usaha yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Salah satu aspek mendasar dalam pelaksanaan program ini adalah kecukupan modal bank melalui aturan tentang rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio-CAR).

Memasuki era globalisasi, persaingan antar perusahaan semakin ketat tidak terkecuali dengan perusahaan perbankan. Dalam hal ini, perusahaan perbankan dituntut untuk dapat bertahan dalam berbagai kondisi, lebih dinamis dan kompeten, termasuk peningkatan kemampuan pelayanan untuk meraih perhatian dan kepercayaan masyarakat yang diperlukan guna mencapai tujuan utama perusahaan yakni memperoleh keuntungan maksimal. Selain itu, seperti perusahaan lainnya, perbankan juga memiliki tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

Dengan memiliki permodalan yang kuat maka bank dapat melakukan perluasan usaha demi pencapaian tujuannya tersebut. Bank dapat menjadi bank jangkar (anchor bank) yang melakukan merger dan konsolidasi terhadap bank-bank dengan daya saing rendah, khususnya dari sisi permodalan, yang kemudian akan berpotensi meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, meningkatkan kekayaan pemilik bank, dan menambah kekuatan pasar.

Bank jangkar merupakan bank yang tidak hanya menampung bank-bank kecil semata, tetapi juga memiliki potensi sebagai market leader di pasar domestik


(18)

maupun regional. Bank Indonesia menetapkan kriteria dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menentukan apakah suatu bank dapat menjadi bank jangkar. Salah satunya adalah memiliki permodalan yang kuat dan kemampuan menyerap risiko yang tercermin dari CAR (Capital Adequacy Ratio) minimal 12% dan rasio modal inti (tier I) minimal 6%. Selain itu, bank tersebut harus memiliki rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) minimal 50% dan rasio NPL (Non Performing Loan) bersih dibawah 5%, dan persyaratan lainnya.

Modal merupakan faktor penting bagi perbankan dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya serta melaksanakan peranannya sebagai perantara keuangan. Menurut Abdullah (2005:56), “Besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan”. Penggunaaan modal perbankan ditujukan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi. Kegiatan operasi itu sendiri dapat dikatakan berjalan dengan baik jika bank tersebut memiliki kecukupan modal yang baik pula agar bank tersebut tetap dalam posisi aman.

Penilaian aspek permodalan didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum oleh bank. Ali (2004:280) menyatakan, “Secara praktikal, besaran modal bank ditentukan oleh procentage minimum terhadap jumlah nilai aktiva bank tersebut, sesuai dengan risiko yang melekat pada masing-masing unsurnya”. Dalam hal ini, penilaian risiko yang dihadapi bank dinyatakan dalam ukuran ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko). Karena unsur modal menggambarkan seberapa jauh pemilik bank turut memikul risiko, maka penilaian kecukupan


(19)

modal dihitung atas dasar suatu rasio. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Menurut Dendawijaya (2005:121), “Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan”. CAR merupakan salah satu cara pengawasan terhadap permodalan di dunia perbankan dan menjadi salah satu indikator kesehatan bank. Bank Indonesia telah menaikkan bobot CAR dari yang semula 4% menjadi 8% di tahun 1999 yang menandakan bahwa modal memang penting dalam kelangsungan hidup suatu bank.

Ketentuan penyediaan modal minimum dalam peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Siregar (2010:2), semakin kecil ATMR yang dikenakan pada satu atau kelompok debitur maka jumlah modal minimum yang harus disediakan bank akan semakin kecil. Dengan jumlah modal yang ada, penurunan ATMR akan memberikan indikasi keleluasaan bagi bank untuk melakukan ekspansi pembiayaan (financing) kepada debitur. Jadi, apabila ATMR bank semakin besar maka bank juga harus meningkatkan modalnya sehingga persentase CAR-nya tidak akan menurun.

Kesehatan permodalan bank juga dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Sebesar apapun aset yang dimilik suatu bank jika kondisi likuiditasnya terancam, maka bank akan mengalami kesulitan dalam penarikan dana oleh deposan.


(20)

Likuiditas yang baik menandakan bank tidak mengalami kekurangan dana pada saat deposan menarik dananya. Dengan kata lain, bank tidak mengalami kekurangan modal dalam memenuhi segala pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran proses produksinya. Namun, apabila bank terlalu tinggi menjaga likuiditasnya, maka bank tidak bisa mengoptimalkan permodalan. Dalam hal ini, ada kecenderungan bahwa bank lebih memilih untuk menyalurkan dananya ke alternatif yang berisiko rendah seperti obligasi pemerintah sehingga bobot ATMR menurun. Akibatnya CAR menjadi tinggi namun kurang sensitif terhadap penyaluran kredit.

Salah satu rasio yang dapat mengukur tingkat likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih oleh deposan. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal (CAR). Sedangkan penelitian Situmorang (2011) menyatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecukupan modal (CAR) dan Wulandari (2010) menyatakan secara parsial Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR

Rasio lainnya yang sering digunakan di dunia perbankan adalah rasio Non Performing Loan (NPL) yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah oleh bank. Peningkatan penyaluran kredit disertai dengan risiko kredit bermasalah (NPL) yang akan diterima. Pada awal tahun 2009, banyak bank yang disibukkan dengan perhitungan NPL (Non Performing


(21)

Loan) setelah pada akhir tahun sebelumnya kalangan perbankan ditekan persoalan likuiditas. Tahun 2008 perbankan mengalami peningkatan atau pertumbuhan penyaluran kredit hingga mencapai 37% yang jauh melampaui target sebesar 24% (Infobanknews, 2009). Dengan kondisi seperti itu, risiko kredit bermasalah kemudian akan mengalami peningkatan. Peningkatan Non Performing Loan ditengah belum pulihnya likuiditas akan berujung dengan penggerusan permodalan bank. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal (CAR).

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permodalan suatu perbankan. Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk menghasilkan profit. Apabila bank memperoleh laba usaha maka akan menambah kecukupan modalnya. Sedangkan apabila bank tersebut rugi, akan ada kemungkinan modalnya terkikis sedikit demi sedikit. Dengan kata lain, profitabilitas searah dengan kecukupan modal (CAR) yakni apabila profitabilitas meningkat maka permodalannya juga meningkat. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai indikator atas kemampuan bank untuk mempertahankan kecukupan modal.

Bank harus memiliki modal yang cukup untuk memenuhi penyediaan modal minimum yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditetapkan Bank Indonesia sehingga bank harus mampu menghasilkan laba atau profit yang nantinya akan menambah permodalan bank. Sejalan dengan tujuan perusahaan untuk memperoleh laba maksimal, profitabilitas juga menjadi penting karena dapat


(22)

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kesehatan bank yang bersangkutan sehingga bersedia menanamkan dananya pada bank tersebut.

Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio yang dapat mengukur profitabilitas suatu bank. Rasio ini menyatakan kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Karena kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Rasio lain yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Interest Margin on Loan (IML). Rasio ini menyangkut tentang kemampuan perkreditan untuk menghasilkan pendapatan bagi bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2011) menyatakan bahwa secara parsial ROE dan IML berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecukupan modal (CAR). Sejalan dengan penelitian oleh Sinaga (2008) menyatakan bahwa secara parsial ROE dan IML berpengaruh signifikan terhadap kecukupan modal (CAR). Sedangkan penelitian oleh Pane (2007) menyatakan secara parsial IML dan ROE berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kecukupan modal (CAR).

Kegiatan bank sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, penting untuk diukur tingkat efisiensinya. Biaya operasional yang besar namun hanya memperoleh pendapatan operasional yang sedikit menandakan bahwa kegiatan operasional bank tersebut belum efisien. Biaya operasional yang besar ini juga akan berdampak pada pengurangan laba dan kemudian mempengaruhi permodalan bank. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam


(23)

melakukan kegiatan operasinya dengan membandingkan biaya operasional dengan pendapatan operasional bank.

Semakin kecil angka rasio BOPO maka semakin efisien bank tersebut mengendalikan biaya operasionalnya. Dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar pula. Perkembangan perolehan laba operasional dari tahun 2008 yang meningkat hingga 60% pada tahun 2010 tidak terlepas dari meningkatnya efisiensi perbankan. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) menyatakan bahwa secara parsial, BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kecukupan modal (CAR).

Bertolak dari permasalahan, hasil penelitian yang tidak konsisten dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang lebih baik, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kecukupan modal perbankan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya meliputi jenis variabel, periode tahun penelitian, dan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih judul “Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”.


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti dapat melakukan perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?

2. Faktor mana sajakah yang secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.


(25)

2. Untuk mengetahui faktor mana sajakah yang secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Sebagai suatu kesempatan bagi peneliti menerapkan teori yang telah didapatkan dalam perkuliahan dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh Apakah LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan.

2. Bagi Manajemen Perbankan

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan perbankan dan dalam pengambilan keputusan khusunya mengenai kecukupan modal perbankan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan dasar pengembangan untuk melakukan penelitian lanjutan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Bank

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Bank dalam kegiatan sehari-hari dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menerima simpanan giro, tabungan dan deposito sekaligus sebagai tempat untuk meminjam uang oleh masyarakat yang membutuhkan.

Berdasarkan PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2008:1), “Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Ada tiga kegiatan operasional yang secara umum dilakukan oleh bank (Kasmir, 2008:9), yaitu :

1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro, tabungan, deposito), dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat.


(27)

2. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat dalam bentuk kredit dan investasi, dalam hal ini bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya.

3. Memberi jasa-jasa bank lainnya (services) seperti transfer, clearing, inkaso, letter of credit, safe deposit box, bank garansi, dan lain-lain yang merupakan jasa pendukung dari kegiatan pokok bank.

Menurut Ali (2004:87), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan operasional suatu bank, antara lain :

1. Faktor-faktor eksternal, yang meliputi:

a. Unsur kepercayaan masyarakat terhadap sebuah bank, dapat berpengaruh terhadap kemampuan bank dalam menghimpun dana-dana masyarakat atau dari kelembagaan (institusi).

b. Ekspektasi masyarakat menyangkut perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat penyandang dana dari bank.

c. Unsur keamanan baik keamanan dari kemungkinan terjadinya gejolak sosialkemasyarakatan maupun faktor keamanan yang diciptakan oleh adanya jaminan pengembalian dana.

2. Faktor-faktor internal, yang meliputi:

a. Ketepatan waktu dan ketelitian dalam pengembalian dana nasabah oleh bank.

b. Pelayanan yang lebih cepat dan nyaman serta mengandung unsur-unsur kemudahan dalam pelayanan oleh petugas atau oleh fasilitas yang disediakan bank.

c. Penerapan prudential banking practices oleh manajemen bank.

Dalam melakukan kegiatannya, bank memiliki tujuan yakni mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk itu, bank berusaha melakukan kegiatan operasionalnya dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi bank yang memiliki kelebihan dalam hal-hal tersebut di atas berpeluang besar dalam memperoleh laba dibandingkan dengan bank yang tidak memiliki kelebihan tersebut.


(28)

2.1.2 Permodalan Bank

Adanya perbedaan komposisi laporan keuangan bank dengan laporan keuangan perusahaan lain menjadikan permodalan bank menjadi hal yang tidak biasa. Siamat (2005:287) menyatakan, “Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank”. Apabila modal bank tidak dapat memenuhi maksud-maksud tersebut, maka modal bank dapat dianggap tidak mencukupi. Permodalan perbankan merupakan salah satu aspek penting dalam melihat kesehatan perbankan nasional.

Menurut Abdullah (2005:56), “Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, disatu pihak dan kemungkinan timbulnya risiko dipihak lain”. Artinya, apabila modal yang dimiliki oleh bank terlalu besar maka akan dapat mempengaruhi perolehan labanya, sedangkan jika modal yang dimiliki terlalu kecil, akan membatasi kemampuan ekspansi bank dan mempengaruhi penilaian para deposan, debitur dan pemegang saham bank.

Pengertian modal secara umum adalah sejumlah dana yang ditanamkan dalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan menghendaki agar uang yang ditanamkannya memberikan hasil. Jumlah modal dianggap tidak mencukupi jika modal bank yang tersedia tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan operasi bank tersebut. Sebagaimana perusahaan lainnya, bank juga memiliki modal yang dapat digunakan untuk


(29)

berbagai hal. Hanya saja dalam berbagai hal (seperti modal pelengkap), modal yang dimiliki oleh bank sedikit berbeda dengan yang dimiliki perusahaan lainnya.

Modal bank terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Menurut Dendawijaya (2005:39), komposisi modal bank dapat dijelaskan dengan perincian sebagai berikut :

1. Modal inti a. Modal disetor

yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham

yaitu selisih setoran yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c. Cadangan umum

yaitu cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan RUPS atau rapat anggota sesuai anggara dasar masing-masing. d. Cadangan tujuan

yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS atau rapat anggota.

e. Laba ditahan

yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang diumumkan dalam rapat pemegang saham dan diputuskan untuk tidak dibagikan. f. Laba tahun lalu

yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum diperhitungkan penggunaannya oleh rapat anggota.

g. Laba tahun berjalan

yaitu laba yang telah diperoleh pada tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.

Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.

2. Modal Pelengkap

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.


(30)

b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif

yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

c. Modal pinjaman

yaitu modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

d. Pinjaman subordinasi

yaitu pinjaman yang harus memenuhi syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus dengan persetujuan Bank Indonesia.

Komponen modal bank yang telah dijelaskan di atas meliputi modal inti, yakni modal yang telah disetor oleh pemiliknya dan komposisi modal inti lainnya, ditambah modal pelengkap seperti cadangan umum dan cadangan lainnya serta ditambah lagi sisa laba/rugi tahun-tahun lalu maupun tahun yang berjalan. Kebutuhan permodalan bank dapatlah terpenuhi dari berbagai sumber di samping dari setoran pemilik modal itu sendiri dapat juga dari cadangan yang dibentuk oleh bank ataupun dari laba yang ditahan bahkan dari modal pihak ketiga atau yang biasa dikenal sebagai modal asing.

Modal bank memiliki fungsi yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan. Adapun fungsi permodalan bank secara umum, yaitu :

1. Fungsi perlindungan

Modal bank tidak hanya berfungsi sebagai pembayaran pada penabung dalam hal likuidasi tetapi juga sebagai pendukung solvabilitas dengan memberikan penyangga dalam bentuk kelebihan aset sehingga bank yang terancam kerugian dapat terus melakukan kegiatan.


(31)

2. Fungsi operasi

Fungsi operasional modal bank meliputi penyediaan dana untuk pembelian tanah, gedung, mesin, perlengkapan dan sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasi yang terjadi.

3. Fungsi pengaturan

Permodalan bank harus memenuhi ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter bertujuan untuk membatasi risiko yang mungkin timbul dari aktivitas bank. Peraturan yang berkaitan dengan modal bank mencakup peraturan yang berkaitan dengan persyaratan minimum yang diperlukan untuk memperoleh izin, mendirikan operasi cabang dan membatasi pinjaman bank, investasi dan pengambilalihan.

Menurut Abdullah (2005:67), “Besar-kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan”. Besar kecilnya kecukupan modal bank tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :

a. Tingkat kualitas manajemen bank

Dengan memiliki manajemen yang berkualitas tinggi maka bank akan memiliki kinerja yang baik pula khususnya dalam aspek permodalannya. b. Tingkat likuiditas yang dimilikinya

Penyediaan likuiditas yang dimiliki bank dapat diambil dari perrmodalan bank untuk menutup kewajiban-kewajibannya sehingga akan mempengaruhi besar kecilnya modal.


(32)

c. Tingkat kualitas dari aset

Bank yang mempunyai earning asset yang memadai maka kebutuhan modalnya akan dapat ditutupi dari laba usaha bank tersebut.

d. Struktur deposito

Kerugian akibat biaya deposito yang terlalu tinggi akan diserap oleh modal yang mengikibatkan mengecilnya modal bank.

e. Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya

Efisiensi dari sistem dan prosedur yang dimiliki bank akan memungkinkan bank memperoleh laba yang akan memperkuat modal.

f. Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham

g. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang,

h. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang diperolehnya.

Bank Indonesia menjelaskan melalui Peraturan Bank Indonesia nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank dengan pokok-pokok pengaturan antara lain meliputi :

I. Kewajiban penyediaan modal minimum

1. Bank wajib menyediakan modal minimum 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

2. Bank Indonesia mewajibkan bank menyediakan modal minimum lebih besar dari 8%.

3. Modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2) dan modal pelengkap tambahan (tier 3).

II. Modal inti (tier 1)

1. Bank wajib menyediakan modal inti paling kurang 5% dari ATMR baik bank secara individu maupun konsolidasi.


(33)

2. Modal inti terdiri dari modal disetor, cadangan tambahan modal (disclosed reserve) dan modal inovatif (innovative capital instrument).

3. Modal inovatif merupakan instrumen utang yang memiliki karakteristik modal, contohnya perpetual non cummulative subordinated debt dan instrumen hybrid lainnya yang bersifat perpetual dan non cumulative. Modal inovatif harus ≤ 10% dari modal inti.

4. Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa goodwill, aset tidak berwujud lainnya dan faktor pengurang modal inti lainnya.

III. Modal pelengkap (tier 2)

1. Modal pelengkap ≤ 100% dari modal inti, dan lower modal pelengkap ≤ 50% dari modal inti.

2. Modal pelengkap terdiri dari modal pelengkap level atas (upper tier 2) dan modal pelengkap level bawah (lower tier 2).

3. Upper tier 2 mencakup instrumen modal dalam bentuk saham atau instrumen modal lainnya yang memenuhi persyaratan tertentu, bagian dari modal inovatif yang tidak dapat diperhitungkan dalam modal inti, revaluasi aset tetap, cadangan umum aset produktif, dan pendapatan komprehensif lainnya.

4. Lower tier 2 mencakup saham preferen yang dapat ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu (redeemable preference shares) dan/atau pinjaman atau obligasi subordinasi yang memenuhi persyaratan tertentu.

IV. Modal pelengkap tambahan (tier 3)

1. Modal pelengkap tambahan dapat digunakan jika memenuhi kriteria berikut ini:

a) hanya digunakan untuk memperhitungkan Risiko Pasar;

b) tidak melebihi 250% (dua ratus lima puluh persen) dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan Risiko Pasar;

c) jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar 100% (seratus persen) dari modal inti.

2. Modal pelengkap tambahan (tier 3) meliputi:

a) Pinjaman subordinasi atau obligasi subordinasi jangka pendek; b) Modal pelengkap yang tidak dialokasikan untuk menutup beban

modal untuk Risiko Kredit dan/atau beban modal untuk Risiko Operasional;

c) bagian dari modal pelengkap level bawah (lower tier 2) yang melebihi batasan modal pelengkap level bawah (lower tier 2). V. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

1. Bagi semua bank mencakup ATMR untuk Risiko Kredit dan ATMR untuk Risiko Operasional.

2. Bagi bank yang memenuhi kriteria tertentu ditambah ATMR untuk Risiko Pasar.


(34)

Seperti yang dijelaskan melalui Peraturan Bank Indonesia di atas, perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Menurut Abdullah (2005:60), “Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga”. Masing-masing aktiva diberi bobot risiko sesuai dengan kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau dapat didasarkan pada golongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.

2.1.3 Signalling Theory

Signaling theory merupakan teori yang didasarkan pada asumsi bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi yang sama dalam suatu perusahaan. Adanya informasi yang tidak simetris (asymetric information) ini terjadi dikarenakan manajer selaku pihak internal (intern) perusahaan memiliki informasi yang lebih baik mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham selaku pihak eksternal perusahaan. Manajer dapat memiliki informasi yang lebih baik karena terlibat langsung dalam kegiatan pengelolaan perusahaan sedangkan pemegang saham memperoleh informasi dari mereka. Hal ini menyebabkan pemegang saham tidak dapat mempercayai begitu saja informasi yang diberikan pihak manajemen.


(35)

Menurut Jama’an (2008:4), “Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan”. Artinya, sinyal yang diberikan berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya. Teori ini menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar atau masyarakat. Informasi yang dipublikasikan oleh pihak manajemen akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Setelah informasi diumumkan dan diterima oleh para pelaku pasar atau masyarakat, maka pelaku pasar akan terlebih dahulu menganalisis informasi tersebut apakah sebagai sinyal yang positif atau sinyal yang negatif.

Brigham dan Houston (2001:36) menyatakan, “Sinyal merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer sehingga mengurangi terjadinya asimetri informasi. Dengan adanya masalah informasi yang asimetris seperti dijelaskan sebelumnya, para manajer perusahaan yang mengetahui dan meyakini bahwa kondisi dan prospek perusahaan baik dan ingin agar harga saham meningkat, akan berusaha memberikan sinyal yang positif kepada pihak luar tentang keunggulan perusahaan tersebut.


(36)

Salah satu cara untuk menyampaikan sinyal positif kepada pihak luar adalah dengan menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain yaitu dengan penggunaan hutang. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya ditangkap sebagai suatu sinyal negatif bahwa manajemen memandang prospek peusahaan tersebut suram. Hal ini didasari pertimbangan bahwa manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan sinyal yang negatif yang kemudian dapat menekan harga saham.

Dengan kemampuan manajemen perusahaan, dalam hal ini perusahaan perbankan, untuk menyampaikan sinyal positif kepada investor sebagai pihak luar, maka kemungkinan besar investor akan tertarik untuk melakukan perdagangan saham dan pasar akan reaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan banyaknya investor yang ingin menanamkan dananya dalam perusahaan tentunya akan memberi pengaruh positif terhadap permodalan perusahaan perbankan tersebut.

2.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam dunia perbankan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima


(37)

bank. Menurut Dendawijaya (2005:116), “Loan to Deposit Ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya”. Atau dengan kata lain, LDR merujuk pada kondisi likuiditas bank yang dilihat dari seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan untuk menarik dananya yang sebelumnya sudah digunakan oleh bank untuk menyalurkan pemberian kredit

LDR merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang digunakan untuk menilai likuiditas bank. Menurut Kasmir (2004:268), “Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih”. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.

Menurut Siamat (2005:288), “Beberapa bank yang modalnya di bawah rata-rata mengalami kesulitan antara lain karena manajemen bank yang lemah, terutama karena pengelolaan likuiditas yang kurang tepat”. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Oleh karena itu, sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan.


(38)

Secara sistematis Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

LDR = Kredit

Dana Pihak Ketiga × 100%

Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank). Dana pihak ketiga mencangkup giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank).

Semakin tinggi rasio LDR, semakin rendah kemampuan likuiditas bank sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah atau pihak ketiga. Semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. Oleh karena itu, rasio LDR bank harus berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sehingga laba yang diperoleh oleh bank akan meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif. Meningkatnya LDR berarti meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Selanjutnya peningkatan pendapatan bunga berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar yang kemudian akan mempengaruhi permodalan bank.

Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah


(39)

adalah maksimum 110%. Bank Indonesia dalam menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas sebagai berikut :

1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50% - 75% atau 50%<Rasio≤75% artinya likuiditas bank tersebut sangat likuid.

2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75% - 85% atau 75%<Rasio≤85% artinya likuiditas bank tersebut likuid.

3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85% - 100% atau 85%<Rasio≤100% atau rasio ≤ 50% artinya likuiditas bank tersebut cukup likuid.

4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100% - 120% atau 100%< Rasio ≤120% artinya likuiditas bank tersebut kurang likuid.

5. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120% atau Rasio ≥120% artinya likuiditas bank tersebut tidak likuid.

2.1.5 Non Performing Loan (NPL)

Rasio lainnya yang sering digunakan dalam dunia perbankan adalah Non Performing Loan (NPL). Non Performing Loan merupakan perbandingan antara jumlah kredit bermasalah yang muncul dengan seluruh jumlah kredit yang diberikan bank. Menurut Abdullah (2005:128), “Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur”. Risiko kredit berkaitan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.


(40)

Tingkat risiko kredit dapat diproksikan dengan NPL karena NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit bermasalah yang timbul dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. Oleh karena itu, semakin besar NPL maka semakin besar risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank dan begitu pula sebaliknya.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

NPL = Kredit Bermasalah

Total Kredit × 100%

Kredit bermasalah dapat diartikan sebagai suatu kredit dengan katagori kolektibilitas yang rendah dimana pembayaran kembali hutang pokok kredit beserta bunganya tidak sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga memiliki risiko atau potensi untuk merugi. NPL mencerminkan risiko kredit. Semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Kecilnya risiko kredit yang ditanggung pihak bank akan meningkatkan laba bank begitu pula sebaliknya. Menurut Bank Indonesia, kredit bermasalah meliputi kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.

Menurut Dendawijaya (2005:82), implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa berikut ini :

1. Hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.

2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.


(41)

3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio).

4. Return on asset (ROA) mengalami penurunan.

5. Sebagai akibat dari komplikasi butir 2,3, dan 4 tersebut di atas adalah menurunkan nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL.

Keberadaan Non Performing Loan (NPL) menjadi penting karena dalam jumlah besar akan sangat mempengaruhi bank yang bersangkutan. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar jumlah kredit bermasalah yang menyebabkan kualitas kredit bank menjadi buruk. Hal ini dapat mengimplikasikan kondisi bank yang tidak sehat dan kemungkinan pencapaian laba yang semakin rendah serta akan memengaruhi pertumbuhan modal bank tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, setiap bank harus menjaga rasio NPL dibawah 5%. Semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat.

2.1.6 Return On Equity (ROE)

Menurut Kasmir (2004:280), “Return On Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income”. Rasio ini merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dari ekuitas yang dapat dijadikan indikator dari kemampuan bank untuk mempertahankan kecukupan modalnya.


(42)

Return On Equity sering diamati oleh para pemegang saham dan investor yang ingin menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif dalam membeli saham bank yang telah go public, antara lain:

a. Mendapatkan dividen berdasarkan keputusan RUPS. b. Mengejar capital gain.

c. Menguasai perusahaan dengan pencapaian mayoritas saham.

Dendawijaya (2005:119) menyatakan, “Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank”. Untuk itu, Return On Equity menjadi indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

ROE = Laba Setelah Pajak

Rata−Rata Modal Inti × 100%

Return on equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi para pemegang saham. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi pada sektor perbankan tinggi. Hal ini akan menarik perhatian para investor untuk berinvestasi yang kemudian akan


(43)

meningkatkan modal perusahaan dalam bentuk modal saham. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai ROE akan semakin baik.

ROE menjadi penting karena selain mengukur keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham dan investor yang tertarik untuk berinvestasi yang akhirnya akan meningkatkan permodalan bank tersebut, rasio ini juga menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih perusahaan. Adanya kenaikan laba bersih perusahaan yang bersangkutan tentunya akan meningkatkan permodalan bank karena dividen yang dibagikan atau diinvestasikan kembali sebagai retained earning juga akan semakin besar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE berkisar antara 5% sampai 12,5% dan semakin tinggi rasio ini maka kondisi bank tersebut semakin baik.

2.1.7 Interest Margin on Loan (IML)

Interest Margin on Loan (IML) menyatakan persentase laba diukur dari kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank dibandingkan dengan selisih bunga yang didapat. Menurut Muljono (2002:132), “Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank untuk menghasilkan pendapatannya”. Rasio ini membandingkan antara interest margin, yaitu selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga, terhadap total kredit yang diberikan bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan hasil yang semakin baik.


(44)

Interest Margin on Loan (IML) menyatakan persentase laba diukur dari kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank dibandingkan dengan selisih bunga yang didapat. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Kasmir, 2004:283) :

IML = Pendapatan Bunga− Beban Bunga

Total Kredit × 100%

Interest Margin on Loan (IML) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Profitabilitas suatu bank menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba atau keuantungan, baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil non-operasionalnya. Analisis atas rasio profitabilitas ini juga berguna untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca bank yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen suatu bank mengelola dananya untuk menghasilkan interest margin dan dalam mengendalikan besarnya interest expense. Rasio ini menjadi penting karena pendapatan bunga dari penyaluran kredit yang dilakukan bank dapat dikatakan sebagai pendapatan utama bagi bank. Pendapatan bunga merupakan sebagian besar dari pendapatan operasional bank karena mayoritas aset bank adalah berupa kredit. Semakin banyak bank menyalurkan kredit kepada masyarakat maka semakin besar pendapatan bunga yang akan diterima nantinya dengan asumsi penyaluran kredit dilakukan dengan sehat. Hal ini tentu saja akan


(45)

menambah laba yang diterima. Dengan bertambahnya laba maka akan mempengaruhi permodalan bank.

Semakin kecil rasio IML maka semakin rendah kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan bunga dan kemungkinan besar tidak mampu dalam menutupi biaya bunga dari pinjaman. Hal ini akan mengurangi laba yang kemudian dapat berdampak pada pengurangan modal bank tersebut.

2.1.8 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini sering disebut dengan rasio biaya operasional. Menurut Dendawijaya (2005:120), “Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”. Dengan kata lain, BOPO merupakan rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu bank.

Rasio ini mengukur efektivitas bank dalam menjalankan usaha pokoknya terutama kredit berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efektif bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Disamping itu, BOPO juga menunjukkan upaya bank dalam meminimalkan risiko operasional yakni risiko ketidakpastian atas kegiatan usaha yang dilakukan. Risiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional


(46)

bank, dan kemungkinannya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

BOPO = Total Beban Operasional

Total pendapatan Operasional × 100%

Menurut Dendawijaya (2005:120), “Kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga”. Lebih rinci, berikut ini dijelaskan mengenai komponen pendapatan dan biaya operasional bank (Dendawijaya, 2005:111), antara lain :

1. Pendapatan Operasional

Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima, antara lain hasil bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya, pendapatan lainnya.

2. Beban Operasional

Beban operasional terdiri atas semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, antara lain biaya bunga, biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, penyusutan, biaya lainnya.

Semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar mengingat semakin tinggi biaya pendapatan maka


(47)

bank menjadi tidak efisien. Hal ini menyebabkan perubahan laba operasional yang semakin kecil. Sebaliknya, semakin rendah rasio BOPO maka semakin efisien bank dalam melakukan pengendalian biaya operasionalnya. Dengan adanya efisiensi biaya ini maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio BOPO cukup baik berkisar antara 94% sampai 96% dan semakin rendah rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut.

2.1.9 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Dendawijaya (2005:121), “Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan”. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana aktiva bank yang mengandung risiko seperti kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain, dibiayai dari dana modal sendiri bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.

Dengan kata lain, CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana


(48)

bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya risiko.

Capital Adequacy Ratio (CAR) termasuk salah satu rasio yang mengukur solvabilitas. Menurut Kasmir (2004:275), ”Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya”. Atau bisa juga dikatakan rasio ini sebagai alat ukur untuk melihat tingkat efisiensi pihak manajemen bank tersebut dalam menjalankan aktivitasnya.

Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dihitung bank. Perbandingan ini dianggap dapat memberi indikasi sampai seberapa jauh suatu bank dapat mengalami berbagai bentuk kerugian, tetapi masih mempunyai modal yang cukup untuk menjamin keamanan dana bank.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

CAR = Modal Bank

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko × 100%

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian, ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.


(49)

CAR memberikan indikasi apakah permodalan yang ada telah memadai atau tidak dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. CAR menyatakan jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan. Menurut Widjanarto (2003:165), posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada hal-hal berikut ini :

1. Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, 2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya,

3. Total aktiva suatu bank,

4. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.

Sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor: 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlement). Dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%. Tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 sampai 2007 dikelompokkan sebagai berikut :

1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR lebih dari 8%.

2. Bank take over (BTO) atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki CAR antara –25% sampai dengan < dari 8%.


(50)

3. Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari –25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang di likuidasi.

Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Dengan CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, dimana bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan karena semakin tinggi CAR maka semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas dan permodalan.

Semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai aset bank yang timbul karena adanya aset yang bermasalah. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio CAR cukup baik berkisar antara 8% dan semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut.


(51)

2.1.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Situmorang dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara parsial, IML dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR, LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR, GWM berpengaruhi negatif dan signifikan terhadap CAR.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dengan judul “Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Sektor Perbankan Terbuka di Indonesia”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR sedangkan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Secara simultan, LDR, ROA dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar dengan judul “Pengaruh LDR (Loan to deposit Ratio), NPL ( Non Performing Loan), ROA (Return On Asset) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Kecukupan Modal Perbankan pada Bank yang Terdaftar di BEI”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial, LDR NPL dan BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Secara simultan, LDR, NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap CAR.


(52)

Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada Bank Umum Nasional”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial. ROE, IML dan NPM berpengaruh signifikan terhadap CAR sedangkan LDR dan QR berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR. Secara simultan, ROE, IML, NPM dan QR berpengaruh signifikan terhadap CAR.

Penelitian yang dilakukan oleh Pane dengan judul “Hubungan Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Secara parsial, IML, ROE dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan QR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.


(53)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2012) Nama

Peneliti Judul

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Patar Sardo Situmorang

(2011)

Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Tbk

Variabel independen: IML, ROE, LDR, GWM Variabel dependen: CAR

Secara parsial, IML dan ROE berpengaruh positif dan signifikan

terhadap CAR, LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

CAR, GWM berpengaruhi negatif dan signifikan terhadap CAR.

Lusi Wulandari

(2010)

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio

(CAR) pada Sektor Perbankan Terbuka di

Indonesia Variabel independen: LDR, ROA, ROE Variabel dependen: CAR

Secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap CAR sedangkan ROE berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap CAR.

Secara simultan, LDR, ROA dan ROE berpengaruh positif dan

signifikan terhadap CAR.

Netty I. Siregar (2010)

Pengaruh LDR ( Loan to deposit Ratio), NPL ( Non

Performing Loan), ROA (Return On Asset) dan BOPO (Beban Operasional

terhadap Pendapatan Operasional terhadap Kecukupan Modal Perbankan pada Bank yang Terdaftar di BEI

Variabel Independen: LDR, NPL, ROA, BOPO Variabel dependen: CAR

Secara parsial, LDR, NPL, BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan

ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Secara simultan, LDR, NPL, ROA

dan BOPO berpengaruh terhadap CAR.

Fatma Zuleira

Sinaga (2008)

Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada

Bank Umum Nasional

Variabel independen: ROE, IML, NPM, LDR, QR Variabel dependen: CAR

Secara parsial, ROE, IML dan NPM berpengaruh signifikan terhadap

CAR sedangkan LDR dan QR berpengaruh tidak signifikan

terhadap CAR.

Secara simultan, ROE, IML, NPM, LDR dan QR berpengaruh signifikan

terhadap CAR. Tangi Ceria Isabella Pane (2007) Hubungan Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio

(CAR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Variabel independen: IML, ROE, LDR, QR Variabel dependen: CAR

Secara parsial, IML, ROE dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan

QR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.


(54)

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini :

H1 H2 H3

H4

H5

H6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa yang merupakan variabel Independen adalah LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Non Performing Loan (NPL)

Return On Equity (ROE)

Interest Margin on Loan (IML)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO)

Kecukupan Modal (CAR)


(55)

(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah kecukupan modal (CAR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan secara simultan.

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR).

H2 : NPL (Non Performing Loan) berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR).

H3 : ROE (Return On Equity) berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR). H4 : IML (Interest Margin on Loan) berpengaruh terhadap kecukupan modal

(CAR).

H5 : BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR).

H6 : LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) secara simultan berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR).


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:30), “Penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Menurut Umar (2009:35) “Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return On Equity), IML (Interest Margin on Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat melalui laporan keuangan perusahaan perbankan pada periode 2005-2011.


(57)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap Penelitian Agust. 2012 Sept. 2012 Okt. 2012 Nov. 2012 Des. 2012 Jan. 2013 Feb. 2013 Pengajuan Judul Penyetujuan Proposal Penyelesaian Proposal Bimbingan Skripsi Penulisan Skripsi Penyelesaian Skripsi Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2012)

3.3 Batasan Operasional

Pembatasan penelitian perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok penelitian yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Periode penelitian adalah periode tahun 2005-2011.

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio, Non performing Loan, Return on Equity, Interest Margin on Loan, dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional.


(58)

3. Periodisasi data penelitian mencakup data tahun 2005-2011 yang dipandang cukup untuk analisis yang membutuhkan pengamatan yang bersifat time series dan cross section mewakili kondisi di BEI.

4. Kecukupan modal diukur dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional berarti melekatkan arti pada suatu variabel dengan menetapkan kegiatan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut, dengan kata lain definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan yang perlu untuk mengukur variabel.

Menurut Sugiyono (2006:32), “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari kesimpulannya”. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima variabel independen (bebas) yaitu LDR, NPL, ROE, IML, BOPO dan satu variabel dependen (terikat) yaitu CAR dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Variabel independen

“Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain” (Sangadji dan Sopiah, 2010:136). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana deposan (penabung) dengan mengandalkan kredit yang


(59)

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini diukur dengan rumus (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

LDR = Kredit

DanaPihakKetiga x 100%

b. Non Performing Loan (NPL)

NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Rasio ini diukur dengan rumus (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

NPL =KreditBermasalah

TotalKredit x 100%

c. Return On Equity (ROE)

Rasio ini menyatakan kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Karena kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Rasio ini diukur dengan rumus (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

ROE = Laba Setelah Pajak

Rata−Rata Modal Inti × 100% d. Interest Margin on Loan (IML)

Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank untuk menghasilkan pendapatannya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus (Kasmir, 2004:283) :


(1)

Hasil Regresi Model Fixed Effect

Dependent Variable: CAR? Method: Pooled Least Squares Date: 11/18/12 Time: 13:26 Sample: 2005 2011

Included observations: 7 Cross-sections included: 20

Total pool (balanced) observations: 140

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.06789 4.589271 3.283286 0.0014

LDR? -0.058213 0.045510 -1.279120 0.2034 NPL? -0.506746 0.197714 -2.563021 0.0117 ROE? 0.017214 0.014137 1.217689 0.2258 IML? 0.911744 0.281575 3.238008 0.0016 BOPO? -0.001555 0.014917 -0.104218 0.9172 Fixed Effects (Cross)

_INPC--C -0.259294 _BBCA--C -5.514767 _BNGA--C -0.507224 _BDMN--C -1.488115 _BABP--C -1.141627 _BNII--C 0.600700 _BMRI--C 1.451784 _MAYA--C 3.423134 _MEGA--C -4.256598 _BCIC--C -4.175206 _BBNI--C -2.674995 _BBNP--C -2.436683 _NISP--C 2.526071 _PNBN--C 5.407577 _BNLI--C -3.172342 _BEKS--C 3.530415 _BKSW--C 2.562457 _BBRI--C -6.700479 _BSWD--C 10.41329 _BVIC--C 2.411901

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.575154 Mean dependent var 16.23700 Adjusted R-squared 0.486490 S.D. dependent var 6.838392 S.E. of regression 4.900364 Akaike info criterion 6.176929 Sum squared resid 2761.560 Schwarz criterion 6.702222 Log likelihood -407.3850 Hannan-Quinn criter. 6.390392 F-statistic 6.486925 Durbin-Watson stat 1.772619 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Lampiran vii

Hasil Regresi Model Random Effect

Dependent Variable: CAR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 11/18/12 Time: 13:27

Sample: 2005 2011 Included observations: 7 Cross-sections included: 20

Total pool (balanced) observations: 140

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 17.58257 3.580711 4.910357 0.0000 LDR? -0.035109 0.034679 -1.012397 0.3132 NPL? -0.396789 0.167983 -2.362078 0.0196 ROE? -0.000647 0.012767 -0.050688 0.9596 IML? 0.592762 0.205246 2.888058 0.0045 BOPO? -0.022923 0.013085 -1.751931 0.0821 Random Effects (Cross)

_INPC--C -0.898002 _BBCA--C -2.262959 _BNGA--C -0.475654 _BDMN--C -0.550817 _BABP--C -1.381052 _BNII--C 0.592281 _BMRI--C 0.737863 _MAYA--C 2.022953 _MEGA--C -2.278280 _BCIC--C -2.307590 _BBNI--C -1.293053 _BBNP--C -1.737576 _NISP--C 1.300918 _PNBN--C 3.128985 _BNLI--C -2.344108 _BEKS--C 1.498247 _BKSW--C 1.272154 _BBRI--C -3.261276 _BSWD--C 6.874052 _BVIC--C 1.362911

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2.650416 0.2263

Idiosyncratic random 4.900364 0.7737

Weighted Statistics

R-squared 0.302040 Mean dependent var 9.300764 Adjusted R-squared 0.275997 S.D. dependent var 5.910631 S.E. of regression 5.029260 Sum squared resid 3389.324 F-statistic 11.59762 Durbin-Watson stat 1.479034 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Unweighted Statistics

R-squared 0.303638 Mean dependent var 16.23700 Sum squared resid 4526.450 Durbin-Watson stat 1.107474


(4)

Lampiran viii

Hasil Regresi Haussman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL7

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 12.142026 5 0.0329

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LDR? -0.058213 -0.035109 0.000869 0.4331 NPL? -0.506746 -0.396789 0.010873 0.2916 ROE? 0.017214 -0.000647 0.000037 0.0033 IML? 0.911744 0.592762 0.037159 0.0980 BOPO? -0.001555 -0.022923 0.000051 0.0029

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: CAR?

Method: Panel Least Squares Date: 11/19/12 Time: 16:13 Sample: 2005 2011

Included observations: 7 Cross-sections included: 20

Total pool (balanced) observations: 140

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.06789 4.589271 3.283286 0.0014 LDR? -0.058213 0.045510 -1.279120 0.2034 NPL? -0.506746 0.197714 -2.563021 0.0117 ROE? 0.017214 0.014137 1.217689 0.2258 IML? 0.911744 0.281575 3.238008 0.0016 BOPO? -0.001555 0.014917 -0.104218 0.9172

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.575154 Mean dependent var 16.23700 Adjusted R-squared 0.486490 S.D. dependent var 6.838392 S.E. of regression 4.900364 Akaike info criterion 6.176929 Sum squared resid 2761.560 Schwarz criterion 6.702222 Log likelihood -407.3850 Hannan-Quinn criter. 6.390392 F-statistic 6.486925 Durbin-Watson stat 1.772619 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Hasil regresi model Fixed Effect menggunakan White Test

Dependent Variable: CAR? Method: Pooled Least Squares Date: 11/18/12 Time: 13:57 Sample: 2005 2011

Included observations: 7 Cross-sections included: 20

Total pool (balanced) observations: 140

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.06789 7.183410 2.097596 0.0381 LDR? -0.058213 0.068675 -0.847660 0.3984 NPL? -0.506746 0.392918 -1.289698 0.1997 ROE? 0.017214 0.005107 3.370871 0.0010 IML? 0.911744 0.393458 2.317259 0.0223 BOPO? -0.001555 0.008274 -0.187889 0.8513 Fixed Effects (Cross)

_INPC--C -0.259294 _BBCA--C -5.514767 _BNGA--C -0.507224 _BDMN--C -1.488115 _BABP--C -1.141627 _BNII--C 0.600700 _BMRI--C 1.451784 _MAYA--C 3.423134 _MEGA--C -4.256598 _BCIC--C -4.175206 _BBNI--C -2.674995 _BBNP--C -2.436683 _NISP--C 2.526071 _PNBN--C 5.407577 _BNLI--C -3.172342 _BEKS--C 3.530415 _BKSW--C 2.562457 _BBRI--C -6.700479 _BSWD--C 10.41329 _BVIC--C 2.411901

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.575154 Mean dependent var 16.23700 Adjusted R-squared 0.486490 S.D. dependent var 6.838392 S.E. of regression 4.900364 Akaike info criterion 6.176929 Sum squared resid 2761.560 Schwarz criterion 6.702222 Log likelihood -407.3850 Hannan-Quinn criter. 6.390392 F-statistic 6.486925 Durbin-Watson stat 1.772619 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

12 54 89

Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio(LDR) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 83

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Pengaruh Non Perorming Loan, Loan To Deposit Ratio, Dan Net Interest Margin Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 42 104

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequancy Ratio, dan Operational Eficiency Terhadap Pertumbuhan Tingkat Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI untuk Periode 2009-2011

3 122 107

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 44 110

Pengaruh Capital Adequwacy Ratio (CAR),Retrn On Asset (ROA), Retrn On Equwacy (ROE), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Price EarningRatio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1 41 115

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis Pengaruh Retum oh Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi kasus pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI)

0 4 128