24 2 Kesediaan untuk bekerja tanpa pamrih dan memberikan
kontribusi terhadap efektifitas organisasi. 3 Kesediaan untuk melakukan pengorbanan pribadi dan selalu
bertahan dalam masa sulit dengan organisasi, kecenderungan rendah “baill-out” di masa-masa sulit.
4 Penerimaan organisasi nilai-nilai dan tujuan faktor internalisasi. Meyer dan Alen dalam Suryana 2011 merumuskan definisi
mengenai komitmen dalam berorganisasi, yaitu “komitmen organisasi
merupakan suatu konstruk psikologis yang merupakan suatu karakteristik hubungan anggota organisasinya dan memiliki implikasi
terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi”.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu konstruk psikologis mengenai
keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri individu terhadap organisasi mencakup tiga hal yaitu kepercayaan terhadap nilai-nilai
organisasi, keterlibatan dengan berusaha sebaik mungkin demi kepentingan dan loyalitas terhadap organisasi.
3. Peningkatan Komitmen escalation of commitment
Menurut Hamka dan Fitrianty 2009:105 Escalation of Commitmen
t adalah kecenderungan untuk mengulang keputusan yang buruk atau mengalokasikan sumberdaya lebih banyak bagi sebuah
tindakan yang gagal. Mereka juga mengemukakan penyebab
25 escalation of commitment
adalah justifikasi pribadi self justification, pemikiran penjudi
gambler’s fallacy, kebutaan persepsi perceptual blinders
dan ketiadaan biaya closing cost. a.
Self Justification Escalation of commitment
sering terjadi karena seseorang ingin menampilkan dirinya terlihat positif. Dia adalah orang yang
mengidentifikasi dirinya dengan keputusan yang cenderung tetap, sebab perilaku ini memperlihatkan rasa percaya pada kemampuan
dirinya dalam mengambil keputusan. b.
Gambler’s Fallacy Banyak proyek mengahasilkan escalation of commitment sebab
pengambil keputusan salah memperhitungkan resiko dan berestimasi berlebihan terhadap peluang keberhasilan. Mereka
menjadi korban dari pemikiran penjudi dengan menurunkan harapan atas kemampuan mereka untuk mengendalikan masalah
yang dapat meningkat. Dengan kata lain, pembuat keputusan salah mempercayai keberuntungan mereka, lalu mereka
menginvestasikan lebih banyak pada tindakan yang merugikan. c.
Perceptual Binder Escalation of commitment
sering kali juga terjadi karena pembuat keputusan tidak melihat persoalan secara cukup. Mereka tidak
menyaring atau menerangkan informasi negatif.
26 d.
Closing Cost Ketika sebuah keberhasilan proyek meragukan, pengambilan
keputusan akan bertahan tidak melanjutkan, sebab biaya penyelesaian proyek tinggi atau tidak diketahui.
D. Teknologi Informasi
1. Pengertian Teknologi Informasi
Sebuah era baru di dalam dunia usaha dan berorganisasi muncul sejalan dengan diperkenalkannya istilah teknologi informasi dan sistem
informasi. Menurut Indrajit 2000:1, kedua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya ini, pada intinya memiliki nuansa arti yang
sama yaitu bagaimana sebuah organisasi baik berorientasi profit maupun nonprofit berusaha untuk menggunakan perangkat komputer, aplikasi dan
sarana telekomunikasi untuk meningkatkan kinerjanya secara signifikan. Ditinjau dari pengertiannya, sistem informasi dapat dianalogikan sebagai
sebuah permintaan demand dari masyarakat industri, ketika kebetulan akan sarana pengolahan data dan komunikasi yang cepat dan murah
menembus ruang dan waktu didefinisikan. Sementara teknologi informasi merupakan jawaban dari dunia industri supply terhadap dalam
bentuk penciptaan produk-produk berbau teknologi perangkat keras dan perangkat lunak.
Menurut Hamka dan Fitrianty 2009:29 istilah teknologi mengacu pada bagaimana suatu organisasi mengubah masukan menjadi keluaran.
27 Semua organisasi mempunyai sekurang-kurangnya satu teknologi untuk
mengubah sumberdaya keuangan, manusia, dan fisik menjadi produk atau jasa. Tema bersama yang membedakan teknologi adalah tingkat kerutinan,
maksudnya adalah teknologi cenderung kearah atau kegiatan rutin dan tidak rutin. Kegiatan rutin dicirikan oleh operasi terotomatisasi dan
terbakukan. Kegiatan-kegiatan tidak rutin disesuaikan, kegiatan itu mencakup operasi yang beraneka ragam seperti pemugaran perabot,
pembuatan sepatu pesanan, dan riset genetik. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
teknologi informasi adalah sebuah alat sarana telekomunikasi berupa perangkat Komputer yang digunakan oleh individu atau organisasi untuk
mengolah data, memproses, menyimpan data, termasuk memanipulasi dan lain-lain yang berguna untuk meningkatkan kinerja organisasi.
2. Perkembangan Teknologi Informasi