Kegiatan Bimbingan Agama Hasil dan Analisa Data Penelitian

malam hari dilaksanakan pada pukul 18.00-21.00 WIB dengan diselang waktu shalat Isya berjamaah. Kegiatan diisi dengan menghafal al- Qur’an dan muhadlarah atau kultum. Sementara itu, untuk materi aqidah dan kristologi dilaksanakan setiap hari sabtu dan minggu pada pukul 05.00-06.30 WIB. Kegiatan bimbingan agama ini dipimpin langsung oleh ustadz Syamsul Arifin Nababan untuk materi kristologi ilmu perbandingan agama. Materi ini biasanya disampaikan kepada santri muallaf yang masih baru memeluk Islam atau baru masuk pesantren An-Naba. Selain itu untuk materi aqidah dan akhlak Islam di pimpin oleh ustadz Abdul Aziz Laia. Untuk materi-materi ibadah seperti tata cara berwudhu, shalat, dzikir dan yang lainnya diajarkan dan dibimbing sampai para santri muallaf ini bisa melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat. Selain itu, dalam upaya meningkatkan dan menguatkan keimanan para muallaf diberikan bimbingan akidah dan materi kristologi ilmu perbandingan agama. Hal ini untuk mengajarkan tauhid yang sesungguhnya dalam Islam. Karena persoalan tauhid ini merupakan struktur utama dalam mempengaruhi pandangan hidup way of life dan perilaku seorang muslim. 13 Seperti yang diungkapkan oleh Annas : “Ada banyak perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti bimbingan agama disini. Dulu saya orang yang emosional dan selalu bicara kotor. Tapi sekarang saya sudah merasa tenang, bisa mengontrol emosi, bertutur kata yang halus dan sopan. Semuanya berubah perlahan setelah mengikuti bimbingan agama disini ”. 14 13 Yayasan An-Naba Center. Muallaf News. H. 16. 14 Wawancara Pribadi dengan Annas Mansur Zaibua, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. Hal senada juga diungkapkan Mustafa : “Kegiatan bimbingan agama disini sangat membantu khususnya kepada saya yang tadinya belum memahami betul ajaran agama Islam. Ada banyak orang muallaf disana kurang dibimbing dan dibina sehingga mudah sekali kembali murtad ke agama sebelumnya. ” 15 Demikian pula disampaikan oleh Khairunnisa : “Kegiatan bimbingan agama disini sangat baik dan sangat membantu para muallaf dalam memahami ajaran Islam dan membantu menguatkan akidahkeimanan para muallaf. Saya merasakan adanya ketenangan yang lebih dan banyak lagi pencerahan tentang ilmu-ilmu agama Islam. Banyak ilmu baru dan rasa ingin tahu saya semakin besar. ” 16 Dari kutipan wawancara diatas, memberikan pengertian kepada penulis bahwa kegiatan bimbingan agama pada muallaf di pesantren An- Naba` cukup baik dan efektif, hal ini terlihat dari semangat dan antusias para santri muallaf dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama. Komunikasi yang dibangun oleh para pembimbing atau ustadz kepada para santri sangat baik, sehingga mereka merasa para muallaf merasa mempunyai keluarga baru ketika tinggal di pesantren tersebut. Mereka juga tidak dipungut biaya apa pun oleh pihak pesantren sehingga mereka diharapkan fokus dan serius dalam belajar ilmu agama. b. Metode Bimbingan Agama Metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Ada beberapa metode ceramah yang 15 Wawancara Pribadi dengan Mustafa Jayyidin, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 16 Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Perpustakaan Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. dilakukan oleh pembimbing yaitu dengan cara direktif dan rasional emotif therapy RET. Berikut diungkapkan oleh Ustadz Syamsul Arifin Nababan : “Metode saya, mereka yang baru masuk Islam saya tanya sudah berapa persen keimanan mereka terhadap Islam ? mereka rata-rata menjawab ada yang 80-90 persen. Jadi jarang yang langsung 100 persen. Untuk menggugurkan sisa-sisa kepercayaan itu ilmu yang saya gunakan adalah kristologi atau perbandingan agama. Supaya mereka tahu bahwa masuk Islam itu adalah pilihan tepat. Saya jelaskan kesalahannya dimana dan kebenaran Islam dimana. Saya ajak mereka berpikir rasional supaya mudah dipahami ”. Demikian pula disampaikan oleh Ustadz Abdul Aziz Laia : “Ada tiga metode yang kita gunakan yaitu pertama metode ceramah atau demo. Kedua, metode diskusi. Ketiga, metode presentasi santri. Keempat, metode menghafal dalil yang berkaitan tentang hukum. ”. 1 Metode Direktif Metode direktif merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena pembimbing atas dasar metode ini secara langsung memberika jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien disadari sumber kecemasannya. 17 Metode direktif adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi klien yang tidak mengerti masalahnya dan mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkannya. 18 17 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam Jakarta: Hamzah, 2010, h. 71. 18 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, h. 130. 2 Metode RET Rasional Emotif Therapy Metode Rasional Emotif Therapy RET yaitu bentuk terapi yang berupaya membimbing dan menyadarkan diri klien, sesungguhnya cara berpikir yang tidak rasional itulah yang menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan emosionalnya. 19 3 Metode Diskusi atau Tanya Jawab Metode lain yang digunakan pembimbing yaitu tanya jawab, biasanya dilakukan setelah selesai penyampaian materi. Apabila ada santri muallaf yang belum mengerti tentang materi yang disampaikan pembimbing maka santri diperbolehkan untuk bertanya. Dari hasil pengamatan penulis, penggunaan metode yang digunakan oleh pembimbing cukup baik, karena dengan cara mengarahkan dan membimbing santri muallaf untuk berpikir rasional, setidaknya dapat menambah dan menguatkan keimanan para muallaf agar tidak kembali murtad. Selain itu, dengan metode tanya jawab yang digunakan oleh pembimbing sangat baik, karena dengan begitu komunikasi berjalan tidak satu arah tapi dua arah two way terafic communication sehingga para santri muallaf dapat memahami materi yang disampaikan oleh pembimbing. c. Materi Bimbingan Agama Secara umum materi yang disampaikan oleh pembimbing mencakup seluruh ajaran Islam dalam kehidupan sehari hari. Namun ada 19 Ibid, h. 132. materi khusus diawal bimbingan yaitu materi aqidah dan kristologi. Hal ini untuk menguatkan keyakinan dan keimanan para muallaf. Berikut pernyataan Ustadz Syamsul Arifin Nababan : “Adapun materi yang disampaian kepada muallaf seperti aqidah, al-Quran, fikih, sirrah nabawiyah, bahasa arab. Untuk materi khususnya kristologi atau perbandingan agama. Karena mereka ini berlatar belakang muallaf semua, banyak diantara mereka belum memahami agama sebelumnya. Hal ini untuk menguatkan keimanan mereka”. 20 Hal serupa juga disampaikan Ustadz Abdul Aziz Laia : “Materi yang saya sampaikan adalah khusus materi aqidah dan akhlak . Kitab yang memberikan penjelasan tentang ma’rifatullah mengenal Allah, Islam, dan Rasul. Hal ini tentu untuk membentengi aqidah para muallaf”. 21 Dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis melihat bahwa materi yang disampaikan oleh pembimbing disesuaikan dengan kebutuhan para muallaf. Materi tersebut yaitu meliputi aqidah, akhlak, kristologi perbandingan agama, al-quran, fikih, sirrah nabawiyah, bahasa arab, dan ibadah. Semua materi yang disampaikan, bertujuan supaya santri muallaf menjadi pribadi muslim yang kaffah, mempunyai iman yang kokoh serta mampu menjadi da’i yang handal sebagai penerus dakwah Islam di dunia. Hal ini sesuai dengan ungkapan Lukman : “Alhamdulillah mudah, karena kita belajar dari hati ke hati ”. 22 Demikian pula disampaikan oleh Mustafa Jayyidin : 20 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, 06 Agustus 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru 21 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdul Aziz Laia, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru 22 Wawancara Pribadi dengan Lukman Hakim, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. “Alhamdulillah mudah, karena banyak hal yang bisa saya pahami dari penjelasan para ustadz. Jika kami belum paham, kami selalu punya kesempatan untuk bertanya saat kegiatan belajar berlangsung. Para ustadz selalu sabar dalam menghadapi kami, karena kami adalah para pemula. ”. 23 Hal senada juga disampaikan Khairunnisa : “Alhamdulillah mudah, para ustadz menyesuaikan keadaan santri muallaf ”. 24 Hal lain juga diungkapkan Annas : “Relatif mudah dipahami karena ustadz disini selalu memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab setelah menyampaikan materinya. Selalu mengulang materi kalau kami belum paham. Sesuai harapan saya untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam. ”. 25 Dengan demikian, penulis dapat simpulkan bahwa materi bimbingan agama seperti akidah dan ibadah dirasakan mudah untuk dipahami oleh para santri muallaf karena dimulai dari materi yang sangat dasar dalam ajaran Islam.

3. Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Penguatan Keimanan Muallaf

Potensi yang dimiliki manusia secara umum disebut fitrah keagamaan, yaitu berupa kecenderungan untuk bertauhid. Sebagai potensi, maka perlu adanya pengaruh yang berasal dari luar diri manusia. Pengaruh 23 Wawancara Pribadi dengan Mustafa Jayyidin, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 24 Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa, Ciputat, 12 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 25 Wawancara Pribadi dengan Annas Mansur Zaibua, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan, pendidikan, interaksi antar sesama dan sebagainya, yang secara umum disebut sosialisasi. 26 Hakikat prinsipil dari bimbingan agama yaitu dengan membangkitkan dan mengaktualisasikan potensi iman dan takwa yang ada pada orang lain secara tepat dan terarah, untuk mengembalikannya kepada hakikat pribadi muslim yang sejati menurut tuntunan Allah dan Rasul- Nya. 27 Ketahanan mental dan spiritual akan senantiasa suvive bila aktifitas hidup senantiasa dibekali dengan akidah iman, ibadah amal saleh dan kebajikan, serta dihiasi dengan budi pekerti yang mulialuhur akhlakul karimah dan senantiasa pula dipupuk serta disirami dengan nilai-nilai ketakwaan. 28 Para muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center sebagian besar adalah mereka yang masih duduk di bangku SMA sederajat dan kuliah. Mereka yang sempat putus sekolah kemudian disekolahkan oleh pihak pesantren. Begitu pula bagi yang belum kuliah, pihak pesantren bekerjasama dengan STIDDI Al-Hikmah Mampang Jakarta untuk membiayai kuliah bagi para muallaf yang tinggal di Pesantren An- Naba`. Sebagian dari mereka juga adalah orang-orang yang dikucilkan dan diusir dari keluarganya karena memeluk agama Islam. Bahkan tidak heran jika mereka kerap mendapatkan ancaman dan siksaan dari keluarga yang 26 Ridjaluddin FN, Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA, 2008, h. 82. 27 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 16. 28 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 16. tidak menerima keislamannya. Keadaan ini membuat mereka merasa terancam dan rentan kembali murtad jika aqidahnya belum kokoh dan pemahaman agamanya yang masih kurang. Muallaf adalah orang yang dijinakan hatinya untuk condong kepada Islam. Mereka merupakan orang-orang mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan termasuk orang-orang yang belum mengerti betul ajaran Islam. Maka sangat pantas jika mereka adalah golongan yang membutuhkan perhatian, pertolongan dan bimbingan supaya dapat menjadi pribadi muslim yang baik. Bimbingan agama dalam menguatkan keimanan muallaf salah satunya melalui pembekalan materi aqidah dan kristologi perbandingan agama yang diberikan oleh para pembimbing kepada para santri. Iman merupakan kondisi hati dan jiwa yang timbul dari pengetahuan tentang sesuatu dan kecondongan kepadanya. Iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, tergantung pada lemah atau kuatnya kedua faktor tersebut, yaitu pengetahuan dan kecondongan. 29 Iman yang hakiki itu bertingkat-tingkat. Hanya tidak setiap tingkat akan selalu mendesak pemiliknya untuk melakukan konsekuensi praktisnya. Semakin kuat dan sempurna iman seseorang, maka semakin besar pengaruhnya untuk melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan keimanannya. 30 Konsekuensi dari iman adalah kesungguhan dan tekad secara global untuk mengamalkan ajaran- ajaran Illahi dan hukum-hukum-Nya. 31 Perubahan yang terjadi pada muallaf 29 Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah, Penerjemah Ahmad Marzuki Amin, Iman Semesta Merancang Piramida Keyakinan, Jakarta: Al-Huda, 2005, cet-1. h. 426. 30 Ibid, h. 434. 31 Ibid, h. 427.