Metode Bimbingan Agama Bimbingan Agama

2 Pembimbing harus dapat dipercaya oleh seseorang yang dibimbing sebagai pelindung 3 Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada seseorang yang dibimbing. 23 c. Teknik Rasional-Emotif Dalam istilah lain teknik ini disebut dengan “rational-emotif therapy”, atau model „RET’ yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis ahli psikologi klinis. Teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis tidak rasional yang disebabkan dorongan emosinya yang tidak stabil. 24 Selain metode yang diuraikan diatas, dalam perspektif al- Qur’an ada metode yang biasa dilakukan, yaitu : a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang- orang yang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. b. Metode “bil mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk menunujkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional. c. Metode “bil mauidzah”, dengan menunjukan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa 23 H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Jakarta: Golden Terayon Press, 1982, h. 45. 24 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 132. yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku tekstual. 25

B. Iman

1. Pengertian Iman

Iman secara bahasa artinya percaya, setia, melindungi dan menempatkan sesuatu di tempat yang aman. 26 Iman berasal dari bahasa arab dengan kata dasar amana- yu’minu-imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu yang dipercaya itu, memang benar atau nyata adanya. 27 Iman secara bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguhan hati. 28 Abul „Ala al-Maududi menterjemahkan iman dalam bahasa inggris yaitu, to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya : mengetahui, mempercayai, meyakini yang di dalamnya tidak terdapat keraguan apapun. 29 Iman secara istilah diartikan sebagai pembenaran terhadap ajaran Nabi Muhammad SAW, yakni beriman kepada Allah, Malaikat, Nabi dan Rasul, Hari Kiamat, Qada dan Qadar. Demikian makna iman menurut hadits Nabi SAW. 30 Iman menurut istilah ahli bahasa adalah kepercayaan yang meresap dalam hati dan penuh keyakinan serta tidak bercampur dengan keraguan 25 Ibid, h. 135-136. 26 Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan, Tamatan Aliyah Lirboyo Angkatan 2005, h. 179. 27 Kaelany HD, Islam, Iman dan Amal Saleh Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 58. 28 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, h. 18. 29 Abu A’la Al-Maududi, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985, h. 18. 30 Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan Tamatan Aliyah Lirboyo Angkatan 2005, h. 179. dan syirik dan juga memberi pengaruh terhadap pandangan hidup atau perbuatan yang membuktikan keyakinan tersebut. 31 Iman sering juga dikenal dengan istilah akidah. Akidah artinya ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaan dengan suatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Iman juga bisa diartikan tashdiq membenarkan, menurut istilah ahli ilmu, tashdiq ialah tashdiqur rosuli fi ma jaabihi an rabbihi membenarkan Rasul terhadap apa yang didatangkan Tuhannya. 32 Akidah tersebut akan menjadi pedoman dan pegangan hidup, mendarah daging dalam diri jasmani dan rohani yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin, bahkan jiwanya demi mempertahankan akidahnya. 33 Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa iman dalam Islam adalah keyakinan atau kepercayaan kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, qada dan qadar tanpa ada keraguan sedikit pun dalam hatinya.

2. Indikator Manusia Beriman

Dalam menciptakan segala sesuatu, Allah SWT telah menciptakan manfaat serta ciri-cirinya sendiri-sendiri. Begitu pula dalam hak keimanan, seorang insan pun memiliki indikator yang jelas. Diantara indikator tersebut adalah : 31 Yusuf Qardhawi, Iman dan Kehidupan Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet. Ke-3, h. 3. 32 Hasbi Ash-Shieddieqy, Mutiara Hadits Iman Kepada Allah Semarang: PT. Pustaka Riski Putra, 2002, jilid I. h. 16. 33 Kaelany HD, Islam, Iman dan Amal Saleh Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 58. a. Jika disebutkan Asma Allah maka bergetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanannya serta semakin tawakal. 34 QS. Al-Anfal : 2                   “Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal ”. 35 b. Ridha atas segala cobaan yang diberikan-Nya Dalam al- Qur’an surat al-Bayyinah ayat 8 Allah menjelaskan kepada kita tentang hamba-hambanya yang ridha kepada-Nya. Allah pun akan memberikan cobaan bagi setiap hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki. Hal ini adalah untuk menguji ketabahan dan keridhoann akan ujian yang diberikan-Nya. 36 Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anam ayat 17.                    “dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa atas tiap- tiap sesuatu”. 37 34 Musa Sueb. Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisai Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 cet-1 h. 51. 35 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009, h. 136. 36 Musa Sueb. Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisai Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 cet-1 h. 54. 37 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009, h. 229.