Dalam paradigma Islam dipahami bahwa pada dasarnya potensi keimanan dan dimensi ketakwaan dalam bentuk yang sangat minimal pun
sudah dianugerahkan Tuhan kepada setiap manusia. Wujudnya berupa jiwa keagamaan yang hanif atau punya kegandrungan yang positif
sebagaimana adanya. Seringkali dikatakan bahwa keberadaanya hanya potensi dalam bentuk daya-daya dimensi energi, yang mana selanjutnya
diperlukan upaya-upaya bimbingan, pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap
individu. Karena itu, dalam upaya-upaya yang menjadi perhatian dalam rangkaian
program bimbingan
agama adalah
menggali dan
mengembangkan potensi iman dan dimensi takwa yang ada pada diri terbimbing.
46
C. Muallaf
1. Pengertian Muallaf
Ada beberapa pendapat mengenai muallaf, yang diambil dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :
a. Dalam Ensiklopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang
semula kafir dan baru memeluk Islam.
47
b. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, muallaf adalah orang yang hatinya
diteguhkan atau dijinakan agar hatinya cenderung kepada Islam.
48
46
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 79.
47
Achmad Roestandi, Ensiklopedi Dasar Islam Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993, h. 173.
48
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993, h. 173.
c. Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia dipaparkan bahwa muallaf
adalah orang-orang yang sedang dijinakan atau dibujuk hati mereka.
49
d. Dalam Fikih Sunnah juga disebutkan bahwa muallaf adalah orang
yang diusahakan dirangkul dan ditarik serta diteguhkan hatinya dalam keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka.
50
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa muallaf adalah orang yang hatinya dibujuk dan dijinakan hatinya agar cenderung kepada Islam.
Mereka adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum memahami tentang Islam. Oleh karena itu mereka berada dalam posisi membutuhkan
pembinaan dan bimbingan ajaran-ajaran agama Islam. Kata muallaf berasal dari bahasa arab
yaitu “allafa-ya’lafu-alfan” yang artinya menjinakan, menjadi jinak, dan mengasihi. Sehingga kata
muallaf dapat diartikan sebagai orang yang dijinakan atau dikasihi. Sebagaimana tertera dalam firman Allah SWT, dalam surat at-Taubah
ayat 60 :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
49
Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta: Djambatan, 1992, h. 130.
50
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah. Penerjemah Mahyuddin Syarif Bandung: Al- Ma’arif,
1996, h. 96.
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
51
Dalam ayat diatas terdapat kata “muallafati qulubuhum” yang artinya orang-orang yang sedang dijinakan atau dibujuk hatinya. Mereka
dibujuk adakalanya karena merasa baru memeluk agama Islam dan Imannya belum teguh. Karena belum teguhnya Iman seorang muallaf,
maka mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat. Hal ini dimaksudkan agar lebih meneguhkan iman para muallaf terhadap agama
Islam. Kategori muallaf dalam penelitian ini ialah muallaf yang masih
lemah secara ekonomi dan pengetahuan agama, namun mereka telah mendapat hidayah untuk memeluk agama Islam.
2. Muallaf dalam Islam