Epidemiologi dan Imunitas Rotavirus

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penggabungan dari 12 tipe G dengan 15 tipe P dapat menghasilkan 160 kombinasi P-G yang berbeda, namun hanya lima kombinasi yang sering terisolasi dari kasus diare pada manusia, di antaranya P[8]G1, P[4]G2, P[8]G3, P[8]G4, P[8]G9 Dennehy, 2008. 2. Karakter genetik Klasifikasi rotavirus menggunakan karakter genetik dilakukan berdasarkan urutan nukleotida gen pengkode VP7 dan VP4. Hal tersebut disebabkan gen pengkode VP7 dan VP4 mempunyai beberapa daerah spesifik genotipe, yaitu daerah yang bervariasi antara satu genotipe dengan genotipe lain, tetapi relatif sama pada satu genotipe yang sama Gentsch, et al., 1992. Dua galur strain memiliki genotipe yang sama bila memiliki kesamaan urutan asam amino pada protein VP7 dan VP4 sebesar 89 atau lebih. Hal tersebut ditetapkan berdasarkan hasil analisis terhadap galur dari serotipe yang sama Kobayashi, et al., 2007. Klasifikasi genotipe dan serotipe memiliki korelasi yang erat. Galur dengan suatu genotipe tertentu akan menunjukkan reaksi yang bersesuaian pada reaksi serologinya. Sebanyak 16 tipe gen penyandi VP7 genotipe G dan 28 tipe gen penyandi VP4 genotipe P rotavirus A telah ditemukan menginfeksi manusia atau hewan Kobayashi, et al., 2007.

2.2.2 Epidemiologi dan Imunitas

Setiap tahun, rotavirus menyebabkan kurang lebih 111 juta kasus gastroenteritis dengan perawatan di rumah, 25 juta kasus pasien rawat jalan, 2 juta kasus pasien rawat inap, dan sekitar 611.000 antara 454.000 – 705.000 kasus berakhir dengan kematian yang terjadi pada anak dengan usia lebih muda dari lima tahun akibat rotavirus di seluruh dunia Angel, et al., 2007. Dari hasil penelitian ditemukan prevalensi terjadinya diare yang disebabkan oleh rotavirus grup A dengan rentang mulai dari 38 hingga 69 pada bayi dan anak usia dibawah umur lima tahun yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Ditambah lagi berdasarkan survei kesehatan dan demografi di Indonesia, diare tetap memimpin permasalahan mortalitas bayi dan anak-anak. Hasil data 13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta prevalensi rotavirus di Indonesia selama Januari hingga April 2007 mengalami peningkatan dari hasil investigasi sebelumnya Radji, et al., 2010. Penyebaran dari penyakit ini tidak sama rata terdistribusi antara negara maju dan negara berkembang. Hal ini mungkin disebabkan faktor sosioekonomi dan epidemiologi. Negara-negara maju mempunyai angka kesakitan yang tinggi namun angka kematiannya rendah, sedangkan kasus kematian mayoritas terjadi pada negara berkembang. Sebagai contoh, di Amerika Serikat terdapat 3 juta kasus per tahun dengan angka kematian kurang dari 100, diperkirakan bahwa rotavirus dihubungkan dengan 4 – 5 dari seluruh pasien anak rawat inap, dan diantara 1 dari 67 pasien anak dan 1 dari 85 pasien anak dengan usia lima tahun menjalani rawat inap di rumah sakit dengan penanganan gastroenteritis yang disebabkan rotavirus. Hasil rata-rata ini tidak dapat disangkal pada tahun 1993 hingga 2002. Dari konteks tersebut, bukan hal yang mengherankan bahwa intervensi cost-effective dari vaksin rotavirus menjadi bahan pertimbangan di Amerika Serikat Angel, et al., 2007. Epidemiologi rotavirus sangat kompleks karena fenoma ini terus berubah. Adanya distribusi varietas galur rotavirus manusia yang berbeda berpengaruh pada faktor geografis, misalnya virus P[8]G1 lebih sering dijumpai terdapat di Amerika Utara, Eropa, dan Australia daripada di Amerika Selatan, Asia, dan Afrika, dan merupakan daerah yang paling sering ditemuinya rotavirus selama 30 tahun terakhir. Di beberapa daerah di India, Brazil, dan Afrika, rotavirus P[6]G9, P[6]G5, dan P[6]G8, berturut-turut lebih sering ditemukan daripada di tempat manapun Cortese, 2009. Satu kemungkinan penjelasan dari hal yang dijabarkan ini adalah adanya reassortment penyusunan kembali materi genetik antara rotavirus hewan dan manusia. Adanya peningkatan terkait fakta-fakta transmisi zoonotik dari rotavirus hewan menjadi rotavirus manusia, menyebabkan rotavirus hewan dapat menyebabkan infeksi langsung atau terjadinya penyusunan kembali satu atau lebih segmen genom dari rotavirus hewan yang masuk ke dalam sirkulasi rotavirus manusia Angel, et al., 2007. Infeksi rotavirus biasanya banyak terdapat selama musim gugur atau musim dingin, meskipun di iklim tropis juga cenderung banyak terjadi. Sehubungan dengan adanya variasi geografis, faktor variasi dalam penyebaran 14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta rotavirus juga sangatlah penting. Dari hasil studi-studi epidemiologi diawal tahun 1990 menunjukkan dominasi dari rotavirus strain G1-G4, tetapi setelah itu strain P[8]G9 atau P[6]G9 muncul di seluruh dunia dan rotavirus strain G9 terdeteksi sebanyak 4,1 dari seluruh isolat dalam studi baru-baru ini. Seperti yang telah dilaporkan oleh dunia, di Indonesia distribusi penyebaran genotip rotavirus tipe G dan tipe P pun sama, yakni tipe G1, G2, G3, G4, G9 dan tipe P[4], P[6], P[8], dengan rotavirus tipe G1 dan tipe P[8] adalah strain yang paling sering muncul Radji, et al., 2010. Strain baru G12, terdeteksi pula di India baru-baru ini dan frekuensi kemunculannya meningkat, dimana hal ini merepresentasikan kemungkinan kemunculan genotip rotavirus yang lain dan menjadi tantangan saat ini dan masa depan, terkait vaksin rotavirus Angel, et al., 2007. Infeksi simtomatik merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada anak-anak antara umur 6 bulan sampai 2 tahun, dan penularan tampaknya terjadi melalui jalur fekal-oral. Infeksi nosokomial juga sering terjadi. Menjelang umur 3 tahun, 90 anak-anak mempunyai antibodi serum terhadap satu tipe rotavirus atau lebih. Manusia dan hewan dapat terinfeksi sekalipun memiliki antibodi. Reinfeksi rotavirus umum terjadi, di mana bayi dapat mengalami reinfeksi sampai 5x sampai umur 2 tahun. Faktor-faktor imun lokal, misalnya IgA sekretorik atau interferon, penting dalam perlindungan terhadap infeksi rotavirus. Selain itu reinfeksi bila ada antibodi yang beredar dapat menggambarkan adanya serotipe ganda virus. Infeksi asimtomatik sering terjadi pada bayi sebelum berumur 6 bulan, di saat antibodi protektif ibu didapat secara pasif oleh bayi yang baru lahir. Infeksi neonatal semacam itu tidak mencegah reinfeksi. Antibodi rotavirus telah dideteksi dalam susu ibu sampai 9 bulan setelah melahirkan. Imunitas yang didapatkan sewaktu anak-anak ini menyebabkan infeksi rotavirus relatif jarang terjadi pada orang dewasa Brooks, 2007.

2.2.3 Respon Imun Tubuh