28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rekannya di Australia, telah menjadi kandidat vaksin berbasis rotavirus manusia sebagai vaksin oral pada bayi usia 3 bulan yang aman dan dapat ditoleransi
dengan baik. Saat ini, kandidat vaksin RV3 juga dikembangkan oleh Biofarma, Indonesia Dennehy, 2008. Kandidat vaksin berbasis rotavirus manusia lainnya
juga dikembangkan oleh Bharat Biotech dengan menggunakan dua strain Indian neonatal di antaranya, 116E P[11]G9 yang merupakan rotavirus reassortant
alami berupa strain manusia dengan gen tunggal VP4 P[11] sapi dan I321 yang merupakan rotavirus strain reassortant manusia-sapi yang terdiri dari gen utama
yang berasal dari sapi dan hanya memiliki dua segmen gen saja yang berasal dari manusia Kang, 2006.
2.4 Freezing Pembekuan
Pembekuan adalah proses pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat Tambunan, 1999. Syarief dan
Kumendong 1992 menyatakan bahwa pembekuan adalah kegiatan menurunkan suhu bahan pangan atau produk di bawah suhu titik bekunya dan sejumlah air
berubah menjadi kristal es. Tahap pembekuan merupakan tahap penting dalam proses lyopilisasi karena efek potensial yang dihasilkannya terhadap terjadinya
agregasi protein Willemer, 1992; Searles, 2001. Berdasarkan
pada laju
pembekuan, proses
pembekuan dapat
dikelompokkan menjadi pembekuan lambat dan pembekuan cepat. Pada pembekuan lambat, laju pergerakan permukaan beku sekitar 0,2 cmjam, biasanya
dengan menggunakan still air freezer atau cold storage. Pada pembekuan cepat, proses pembekuan terbagi lagi menjadi tiga, yakni quick freezing, rapid freezing,
dan ultra rapid freezing. Quick freezing memiliki laju pergerakan permukaan beku sekitar 0,5-3 cmjam contoh alat yang digunakan adalah air blast freezer, plate
freezer. Rapid freezing memiliki laju pergerakan permukaan beku sekitar 5-10 cmjam contoh alat yang digunakan adalah fluidized bed freezing. Ultra rapid
freezing memiliki laju pergerakan permukaan beku sekitar 10-100 cmjam, yang umumnya terjadi pada pembeku kriogenik cryogenic freezer, yakni pembeku
yang bekerja dengan menggunakan karbondioksida, nitrogen cair atau freon cair, dan secara langsung kontak dengan bagian produk yang dibekukan. Laju
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pembekuan merupakan salah satu faktor kritis yang menentukan mutu produk beku yang dihasilkan Foodreview Indonesia, 2007.
[Sumber: Foodreview Indonesia, 2007]
Gambar 2.4 Profil penurunan suhu pada pembekuan cepat dan pembekuan lambat
Prosedur pembekuan dipengaruhi oleh derajat undercooling, tetapi pembentukan formasi dan pertumbuhan kristal terjadi secara spontan dan tidak
terkontrol. Ukuran kristal hanya ditentukan secara tidak langsung oleh gradien suhu ketika proses undercooling, akibatnya kontrol laju pembekuan melalui
manipulasi tingkat pendinginan memiliki hasil yang tidak pasti Kramer et al., 2002. Proses pendinginan lebih lanjut menyebabkan cairan berubah menjadi es
dan semua cairan interstitial disekitarnya menjadi kristal atau cairan dengan viskositas yang terlalu tinggi menyebabkan terjadinya transformasi menjadi
sebuah sistem solid amorf Nail dan Gatlin, 1993. Protein dan eksipien lain tidak mengkristal selama tahap pembekuan, tetapi dikonversi dari cairan sangat kental
menjadi amorf solid yang kaku seperti kaca yang berisi sekitar 10-30 air Pikal, 1990; Hatley et al., 1996.
Laju pembekuan merupakan faktor potensial yang berpengaruh pada stabilitas penyimpanan formulasi protein Hsu et al, 1995. Secara umum, laju
pembekuan cepat menyebabkan kristal es yang dihasilkan kecil Willemer, 1992; Wisniewski, 1998. Hal ini karena air mencapai kondisi sangat dingin dengan
cepat sehingga proses kristalisasi terjadi dengan sangat cepat pula Pikal, 1990; House dan Mariner, 1992. Sebaliknya, laju pembekuan yang lambat
menghasilkan kristal es besar Willemer, 1992; Wisniewski, 1998. Dua
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
parameter yaitu laju pendinginan berdampak pada ukuran kristal yang dihasilkan dan suhu akhir pembekuan berpengaruh dalam induksi denaturasi protein secara
kompleks Franks, 1990; Wang, 2000. Dampak dari tingkat pendinginan pada stabilitas protein bervariasi secara substansial. Laju pembekuan juga
mempengaruhi stabilitas protein ditinjau dari mekanisme denaturasi protein Wang, 2000. Pembekuan lambat misal diproduksi dengan shelf freezing
mengarah kepada pertumbuhan kristal es dengan ukuran yang besar dan memiliki kecenderungan terhadap zat terlarut yang terkonsentrasi secara maksimal. Dalam
keadaan ini, inkompatibilitas antara zat terlarut dapat menyebabkan pemisahan fase Heller, et al., 1999.
Pembekuan cepat dapat menyebabkan peningkatan agregat tidak larut dari rGH recombinant Growth Hormone Eckhardt et al., 1991 dan pembentukan
formasi berbagai macam agregat dari IgG sapi dan manusia Sarciaux et al., 1998. Pada teknologi pangan, proses pembekuan lambat yang menghasilkan
kristal es dengan ukuran besar, berpeluang untuk menusuk dan merusak sel jaringan pangan, sehingga menyebabkan sel kehilangan air dan kehilangan
keteguhan tekstur Foodreview Indonesia, 2007. Pada pembekuan cepat menunjukkan terjadinya sedikit kehilangan aktivitas LDH Lactat Dehydrogenase
Hormone Nema dan Avis, 1993 dan terjadi sedikit perubahan dalam struktur sekunder hemoglobin dalam larutan dekstranPEG Heller et al, 1999. Alasannya
mungkin disebabkan karena pembekuan cepat mencegah pertumbuhan kristal secara luas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi larutan yang menginduksi
denaturasi protein Wang, 2000.
2.5 Stabilitas Vaksin dalam Aspek Penyimpanan