30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
parameter yaitu laju pendinginan berdampak pada ukuran kristal yang dihasilkan dan suhu akhir pembekuan berpengaruh dalam induksi denaturasi protein secara
kompleks Franks, 1990; Wang, 2000. Dampak dari tingkat pendinginan pada stabilitas protein bervariasi secara substansial. Laju pembekuan juga
mempengaruhi stabilitas protein ditinjau dari mekanisme denaturasi protein Wang, 2000. Pembekuan lambat misal diproduksi dengan shelf freezing
mengarah kepada pertumbuhan kristal es dengan ukuran yang besar dan memiliki kecenderungan terhadap zat terlarut yang terkonsentrasi secara maksimal. Dalam
keadaan ini, inkompatibilitas antara zat terlarut dapat menyebabkan pemisahan fase Heller, et al., 1999.
Pembekuan cepat dapat menyebabkan peningkatan agregat tidak larut dari rGH recombinant Growth Hormone Eckhardt et al., 1991 dan pembentukan
formasi berbagai macam agregat dari IgG sapi dan manusia Sarciaux et al., 1998. Pada teknologi pangan, proses pembekuan lambat yang menghasilkan
kristal es dengan ukuran besar, berpeluang untuk menusuk dan merusak sel jaringan pangan, sehingga menyebabkan sel kehilangan air dan kehilangan
keteguhan tekstur Foodreview Indonesia, 2007. Pada pembekuan cepat menunjukkan terjadinya sedikit kehilangan aktivitas LDH Lactat Dehydrogenase
Hormone Nema dan Avis, 1993 dan terjadi sedikit perubahan dalam struktur sekunder hemoglobin dalam larutan dekstranPEG Heller et al, 1999. Alasannya
mungkin disebabkan karena pembekuan cepat mencegah pertumbuhan kristal secara luas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi larutan yang menginduksi
denaturasi protein Wang, 2000.
2.5 Stabilitas Vaksin dalam Aspek Penyimpanan
Stabilitas merupakan suatu variabel penting yang harus diperhatikan dalam suatu sediaan atau produk, dalam bentuk apapun Codex, 1994. Studi stabilitas
pada produk biologi, termasuk vaksin, menimbulkan tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan studi pada molekul kecil farmasetika lainnya. Aspek kunci
dari produk biologi adalah sifat labilitasnya apabila dibandingkan dengan kebanyakan molekul obat. Secara umum, dibutukan suhu yang rendah untuk
kondisi penyimpanannya, seperti pada kulkas 2° hingga 8°C, freezer -10 ⁰
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hingga - 20 ⁰C, atau bahkan pada suhu penyimpanan ultra rendah -40⁰ hingga
-80 ⁰C. Hal ini menjadi ketentuan standar ruangan stabilitas suhu rendah. Aspek
lainnya yang perlu diperhatikan adalah produk biologi seperti vaksin umumnya sangat mahal dan seringkali memakan waktu yang cukup banyak untuk diproduksi
dan beberapa hanya dapat diproduksi dalam batch dengan jumlah yang sedikit bergantung pada sifat dasar dari teknologi yang digunakan Huynh-Ba dan Zahn,
2009. Dalam proses produksi skala besar, bahan aktif vaksin yang diperoleh setelah proses produksi bahan aktif API atau Production of Active Ingredients
biasanya disimpan sebelum diformulasikan menjadi vaksin PATH, 2006. Vaksin, seperti pula produk biologi lainnya, membutuhkan penanganan
ekstra ketika dikaitkan dengan stabilitas farmasetikanya. Aktivitas biologi dari protein misalnya, yang mana merupakan penyusun utama dari vaksin, berasal
tidak hanya dari struktrur ikatan kovalen primernya tetapi juga dari konformasi lipatan yang menghasilkan struktur sekunder dan tersier. Konformasi ini dapat
dengan mudah berubah tanpa harus memecah ikatan kovalennya, dan ketika hal ini menyebabkan denaturasi maka seluruh atau sebagian aktivitas biologis yang
membuat protein atau vaksin memiliki aktivitas dapat hilang. Untuk itulah, perlu ditangani dengan sangat hati-hati Huynh-Ba dan Zahn, 2009.
Terkait dengan kerapuhan dari molekul, biaya, dan persyaratan suhu rendah yang harus dipenuhi, maka ketika suatu material biologis diproduksi,
persoalan cold-chain upaya menjaga stabilitas suhu dingin yang diperlukan produk untuk tetap berada di range tertentu selama proses produksi hingga
distribusi menjadi penting diperhatikan, khususnya ketika suatu vaksin atau produk biologis lainnya dikirim secara internasional dimana waktu distibusi
menjadi hal yang riskan Huynh-Ba dan Zahn, 2009. Jika cold-chain tidak dapat dipertahankan, vaksin yang poten sekalipun tingkat efikasinya akan hilang
Parthsarthy et al., 2001. Kebanyakan vaksin kehilangan potensinya akibat dari panas dan sinar matahari, sehingga diperlukan perlindungan dari keduanya Desai
et al., 1990. Untuk itu dalam proses perancangan vaksin, harus memperhatikan metode yang digunakan dalam pengiriman dan perlu untuk mendesain studi
stabilitas yang akan mendukung penyimpangan yang mungkin dapat terjadi PATH, 2006.
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Metode freeze-thaw atau heat-stress biasanya diterapkan untuk membantu memperkirakan proses penyimpanan dan mencegah terjadinya penyimpangan
pengiriman. Akan tetapi, meskipun sudah diterapkan, kualitas produk khususnya waktu simpan produk tetap tidak dapat dipastikan begitu saja. Karena baik metode
freeze-thaw maupun heat-stress yang dilakukan terhadap produk pun dapat mengakibatkan kemungkinan lainnya, seperti terjadinya degradasi dalam
formulasi zat biologis Huynh-Ba dan Zahn, 2009.
2.6 Immunofluorescence