Komponen dan Bahan Eksipien Vaksin

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta muncul karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi bahkan mengharuskan digunakannya vaksin subunit dibandingkan dengan vaksin organisme utuh, misalnya pada virus hepatitis B di mana sampai saat ini masih merupakan kemustahilan dan ketidakmampuan untuk melemahkan virus tersebut. Selain itu vaksin subunit juga dapat dibuat menggunakan racun yang diinaktivasi, sebagai contoh yaitu tetanus toksin yang dihasilkan dari Clostridium tetani, di mana eksotoksin bakteri inilah yang merupakan faktor virulensi, bukan bakterinya McMullan, 2009.

2.3.3 Komponen dan Bahan Eksipien Vaksin

Di dalam formulasi dan proses pembuatan vaksin, terdapat beberapa komponen dan eksipien yang sering digunakan dan terkandung di dalam vaksin, di antaranya yaitu NCIRS, 2009: 1. Komponen aktif Komponen aktif vaksin sering dikenal sebagai ‘antigen’ vaksin yang dapat menginduksi terjadinya respon imun. Komponen ini merupakan bentuk modifikasi atau bentuk sebagian dari virus, bakteri, atau toksin yang dapat menyebabkan penyakit, sesuai dengan spesifikasi vaksin tersebut. Antigen vaksin ini diubah dari bentuk aslinya sehingga tidak lagi dapat menyebabkan penyakit namun harus tetap dapat menghasilkan respon imun yang sesuai. Ada sejumlah cara untuk mendapatkan komponen aktif ini, yakni menggunakan virus hidup yang dilemahkan live-attenuated, virus inaktif inactivated, menggunakan suatu bagian dari virus atau bakteri misalnya lapisan terluar polisakarida dari suatu virus atau bakteri, atau dengan menggunakan toksin yang dihasilkan oleh suatu bakteri. 2. Adjuvan Adjuvan digunakan untuk meningkatkan respon imun terhadap vaksin. Contoh adjuvan adalah berbagai macam garam aluminium seperti aluminium hidroksida, aluminium fosfat, dan kalium aluminium fosfat tawas. Salah satu cara adjuvan dalam meningkatkan respon imun tubuh diperkirakan adalah dengan menjaga agar antigen berada dekat dengan tempat injeksi sehingga antigen dapat dengan mudah diakses oleh sel-sel sistem imun tubuh. 21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penggunaan aluminium adjuvan dalam vaksin umumnya berarti hanya sedikit kandungan antigen per dosis vaksin, di mana dalam kasus tertentu, dosis antigen lebih sedikit diperlukan. Keberadaan adjuvan dalam vaksin sering dikaitkan dengan reaksi lokal yang terjadi di tempat injeksi setelah dilakukan vaksinasi. 3. Pelarut Diluent Pelarut merupakan cairan yang diberikan atau disiapkan secara terpisah dan digunakan untuk melarutkan vaksin dengan konsentrasi yang tepat sebelum pemberian. Pelarut yang biasanya digunakan adalah saline steril atau air steril. 4. Stabilisator Stabilisator merupakan komponen tambahan yang digunakan untuk membantu menjaga efektivitas suatu vaksin dengan menjaga antigen dan komponen vaksin lainnya tetap stabil selama proses pembuatan dan penyimpanan. Stabilisator mampu mencegah komponen vaksin menempel pada sisi vial vaksin. Contoh stabilisator adalah laktosa dan sukrosa, glisin dan monosodium glutamat keduanya merupakan asam amino atau garam-garam dari asam amino, dan serum albumin manusia atau sapi. Gelatin, di mana merupakan hasil hidrolisis sebagian dari kolagen, biasanya berasal dari sapi atau babi, dapat ditambahkan ke dalam vaksin sebagai stabilisator. 5. Preservatif Preservatif atau pengawet digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi jamur dan atau bakteri dalam vaksin. Pengawet terdapat pada beberapa vaksin, tapi tidak semua vaksin. Awalnya, pengawet digunakan untuk mencegah kontaminasi bakteri dari kemasan dosis ganda, namun saat ini kemasan dosis ganda sudah jarang bahkan tidak lagi digunakan. Pengawet yang digunakan di antaranya tiomersal, fenoksietanol, dan fenol. 6. Komponen Jejak Komponen jejak adalah sejumlah kecil sisa zat yang telah digunakan pada tahap awal proses produksi vaksin. Keberadaan komponen ini bergantung pada proses manufaktur yang digunakan, bisa berupa cairan kultur 22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sel, protein telur, ragi, antibiotik, atau agen penginaktif. Biasanya, hanya sedikit sekali zat ini terdeteksi dalam produk akhir sediaan vaksin.

2.3.4 Proses Produksi Live-Virus Vaksin