Fisiologi Berkemih Fisiologi Berkemih
                                                                                9
Retikulum  sarkoplasma  yang  tidak  berkembang  sempurna  menyebabkan otot  polos  sangat  bergantung  pada  influks  Ca
2+
dari  cairan  ekstra  sel  untuk memulai proses kontraksi. Ca
2+
juga bisa didapatkan dari retikulum sarkoplasma.
6
Pada otot detrusor kandung kemih terdapat reseptor M
3
dan M
2
yang akan menerima rangsang dari saraf parasimpatis terminal. Namun reseptor M
3
dianggap lebih  berperan  dalam  kontraksi  otot  detrusor  kandung  kemih.  Enzim
phospholipase-C  PLC  yang  diaktifkan  oleh  reseptor  M
3
yang  berpasangan dengan  G-protein  akan  mengubah  dari  phosphoinositides  PIP
2
menjadi  bentuk inositol triphosphate IP
3
dan diacylglycerol DAG.
6
Retikulum  sarkoplasma  yang  menyimpan  cadangan  Ca
2+
akan mengeluarkan  Ca
2+
karena  adanya IP
3
.  Retikulum  sarkoplasma  juga  akan mengeluarkan  Ca
2+
melalui  mekanisme  lain  yaitu  Ca
2+
-induced  Ca
2+
release CICR  yang  disebabkan  karena  aktivasi  reseptor  ryanodine  pada  retikulum
sarkoplasma. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kadar Ca
2+ .
6
Reseptor purinergic P2X merupakan kanal kation non selektif yang dapat terbuka akibat aktivasi oleh ATP sehingga terjadi influks Ca
2+
kedalam sitoplasma.
6
Gambar 2.5 Proses kontraksi otot polos
Sumber: Yoshimura N, 2011
Pada  otot  rangka,  kehadiran  Ca
2+
akan  memulai  proses  kontraksi  dengan berikatan  dengan  troponin  C,  namun  pada  otot  polos,  miosin  ATPase  harus
10
terlebih  dahulu  diaktivasi  agar  dapat  memecah  ATP  menjadi  ADP  untuk menghasilkan  tenaga.  Ikatan  antara  Ca
2+
dengan  kalmodulin  akan  membentuk sebuah  kompleks  yang  dapat  mengaktifkan  miosin  kinase  rantai  ringan  yang
bergantung  pada  kalmodulin  calmodulin-dependent  myosin  light  chain  kinase atau  disingkat  MLCK.  Fosforilasi  yang  dikatalisis  oleh  miosin  yang  telah
terfosforilasi akan meningkatkan aktivitas ATPase.
14
Miosin  yang  telah  mengalami  fosforilasi  akan  mengalami  defosforilasi sehingga  ikatan  antara  Ca
2+
-kalmodulin  akan  terdisosiasi  sehingga  otot  polos kembali  dalam  keadaan  relaksasi.  Defosforilasi  dilakukan  oleh  miosin  fosfatase
rantai  ringan  myosin  light  chain  phospatase  atau  disebut  juga  MLCP.  Namun relaksasi  tidak  hanya  terjadi  akibat  defosforilasi  oleh  MLCP.  Mekanisme  lain
dapat menyebabkan relaksasi juga. Salah satunya adalah mekanisme latch bridge. Latch  bridge  menyebabkan  kontraksi  dapat  bertahan  lebih  lama  dengan
penggunaan energi  yang sedikit walaupun konsentrasi Ca
2+
menurun diakibatkan miosin  tetap  berikatan  dengan  aktin.  Hal  ini  sangat  bermanfaat  bagi  otot  polos
yang  kontraksinya  terjadi  terus-menerus.  Mekanisme  lain  yang  dapat menyebabkan  relaksasi  otot  polos  adalah  peningkatan  kadar  cAMP  yang  akan
mengaktivasi PKA yang mampu memfosforilasi MLCK. Kerja MLCP juga dapat dihambat  oleh  DAG  yang  mengaktifkan  protein  kinase-C  PKC.  PKC  dapat
memfosforilasi  MLCP  sehingga  kontraksi  dapat  meningkat  akibat  penurunan fungsi MLCP yang dapat memicu relaksasi otot polos.
6
Kontraksi  otot  polos  dapat  terjadi  walaupun  tanpa  adanya  rangsangan ekstrinsik.  Peningkatan  kontraksi  dapat  terjadi  apabila  terjadi  peregangan  pada
otot  polos.  Peregangan  dapat  menurunkan  potensial  membran,  meningkatkan frekuensi  spike,  dan  meningkatkan  tonus  secara  umum.  Apabila  dilakukan
penelitian untuk merekam potensial intrasel secara in vitro dengan menggunakan otot polos usus halus maka akan didapatkan hasil peningkatan potensial membran,
penurunan  frekuensi  spike,  dan  relaksasi  otot.  Efek  yang  berlawanan  akan dihasilkan apabila sediaan otot polos tersebut diberikan asetilkolin.
14
Otot polos lebih mirip kepada sebuah masa yang bersifat kental dan tidak kaku  karena  apabila  otot  polos  diregangkan  maka  akan  terjadi  peningkatan
tegangan  yang  akan  diikuti  dengan  penurunan  tegangan  apabila  peregangan